Renatta Putri Setiawan, seorang gadis berusia 22 tahun. Hidup dalam kemewahan dan kemanjaan dari keluarganya. Apapun yang menjadi keinginannya, selalu ia di penuhi oleh orang tua dan saudaranya.
Namun, suatu hari gadis manja itu harus menuruti keinginan orang tuanya. Ia harus mau dijodohkan dengan seorang pria berusia 40 tahun, agar keluarga Setiawan tidak mengalami kebangkrutan.
Renatta yang membayangkan dirinya akan hidup susah jika keluarganya bangkrut, terpaksa menerima perjodohan itu. Asalkan ia tetap hidup mewah dan berkecukupan.
Gadis itu sudah membayangkan, pria 40 tahun itu pasti berperut buncit dan berkepala plontos. Namun, siapa sangka jika pria yang akan dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Tetangga depan rumahnya, dosen di kampusnya, serta cinta pertama yang membuatnya patah hati.
Apa yang akan Renatta lakukan untuk membalas sakit hatinya pada pria yang pernah menolaknya itu?
****
Hai-hai teman Readers. Kembali lagi bersama Author Amatir disini.
Semoga cerita kali ini berkenan, ya.
Ingat, novel ini hanya fiksi belaka. Tidak ada ikmah yang dapat di ambil setelah membacanya.
Terima Gaji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Maafkan Kami Yang Telah Membohongi Mu.
Renatta sedang melakukan rutinitas malam sebelum ia tidur. Sementara, Daniel sedang berada di ruang kerja, karena ada e-Mail dari Dirga yang harus ia periksa.
Wanita itu tiba-tiba kembali teringat dengan kamar di lantai tiga.
Apa benar jika di dalam kamar itu hanya ada berkas-berkas penting kantor? Kenapa sampai tidak boleh ada orang lain yang masuk? Bukannya, orang-orang rumah ini tidak mengerti tentang dokumen perusahaan? Tidak mungkin mereka akan mencurinya ‘kan?
“Apa iya kamar itu hanya menyimpan berkas kantor? Bukannya om sudah punya ruang kerja. Bisa ‘kan simpan disana.” Wanita itu bermonolog.
“Apa aku harus mencari tahu? Tetapi, apa itu sopan? Tetapi, sekarang ‘kan aku istrinya dia.” Ucap Renatta lagi.
“Sayang.” Suara Richard terdengar menggema di dalam kamar.
Renatta pun mempercepat kegiatannya di dalam ruang ganti.
“Ya, om. Aku di ruang ganti.” Teriak Renatta.
“Belum selesai?” Tanya Richard sembari membelit leher sang istri dengan kedua tangannya.
Renatta yang sedang duduk itu kemudian mendongak. “Sudah.” Ucapnya.
Richard dengan sigap menggendong sang istri.
“Om. Nanti aku sampai jatuh.” Renatta mengalungkan kedua tangan pada leher suaminya. Takut jika dirinya tiba-tiba jatuh dan membentur lantai.
“Memang kenapa jika kamu jatuh?” Tanya Richard tak memperdulikan sang istri yang terus meronta.
“Om tidur di kamar tamu.” Hardik Renatta.
Richard menjatuhkan tubuh sang istri di atas ranjang.
“Ancamanmu sadis sekali, sayang.” Pria itu menjatuhkan dirinya di samping sang istri.
Tangan nakalnya pun tak tinggal diam.
“Lagi pula, selama empat puluh tahun ini juga om tidur sendiri. Jadi, jika sekarang tidur sendiri lagi, tidak masalah bukan?”
Renatta mengambil tangan sang suami. Kemudian merematnya dengan kencang.
“Tidak bisa seperti itu, sayang. Dulu aku lajang. Dan sekarang sudah ada kamu, istriku. Untuk apa aku menikahimu, jika aku harus tidur sendiri lagi?” Pria itu menyeringai.
Dengan secepat kilat mengukung tubuh sang istri.
“Tidak boleh durhaka pada suami, sayang. Ingat, aku adalah orang yang harus kamu hormati setelah kamu pergi dari rumah orang tuamu.” Desis pria itu.
Renatta menelan ludahnya kasar. Wajah Richard begitu dekat dengannya.
“Om..”
“Ya.. apa kamu mengerti?”
Seperti terhipnostis, Renatta pun mengangguk pelan.
Setelah itu, Richard pun mulai beraksi. Dan pertempuran panas kembali terjadi antara Richard melawan Renatta.
***
Pulang kuliah, Renatta memutuskan untuk mengunjungi sang mama. Richard mengatakan akan pulang terlambat, karena akan ada acara makan malam bersama seorang klien dari luar kota.
Wanita itu pun meminta ijin pada sang suami untuk berkunjung ke rumah orang tuanya. Bagaimanapun, ia harus menjadi istri yang hormat dan patuh pada suami.
Meski hanya pergi ke rumah depan, Renatta harus tetap meminta ijin.
Dan Richard bukanlah suami pengekang. Pria itu mengijinkan sang istri pergi, ia bahkan mengatakan akan menjemputnya saat pulang kantor.
“Bagaimana kabar hubungan kalian?” Tanya mama Dona sembari menyiapkan makanan ringan untuk putrinya itu.
“Baik-baik saja, ma.” Renatta menerima piring yang sang mama berikan. Meski tadi ia sudah sempat mengisi perut di kampus bersama Gista, namun istri Richard itu tidak menolak ketika sang mama memberinya makan lagi.
“Kamu tidak berbohong? Kalian tidak bertengkar ‘kan? Maksud mama, mengingat hubungan kalian di mulai dengan terpaksa. Mama khawatir, jika sampai sekarang kamu tidak bisa menerima Richard.”
Mama Dona duduk di samping sang putri. Menemani buah hatinya menikmati makanan buatannya.
Wanita paruh baya itu juga menuangkan air putih untuk Renatta.
“Hubungan kami memang benar-benar baik, ma.” Renatta menghela nafas pelan. Ia menikmati makanannya dengan pelan.
“Sejauh ini, om Rich bersikap baik padaku. Dan bukankah seharusnya aku juga bersikap sama padanya?”
Mama Dona menganggukkan kepalanya.
“Dia selalu memberikan apapun yang aku inginkan, bahkan sebelum aku mengatakannya.” Jelas Renatta lagi.
“Syukurlah. Mama sempat khawatir jika kalian sering bertengkar karena berbeda pendapat. Jika ada apa-apa, kamu jangan ragu untuk mengatakannya pada mama. Mama siap mendengarkannya.”
Renatta tersenyum. Ia kembali menikmati makanan.
‘Apa aku harus cerita sama mama tentang kamar di lantai tiga? Tidak, itu urusan di rumah kami. Aku harus ingat yang mama Luna katakan, tentang om Rich, aku harus mengeluhkan pada mamanya. Bukan pada mamaku.’
“Hmm, apa dalam waktu dekat ini, mama sudah akan menimang cucu?” Tanya mama Luna kemudian. Wanita paruh baya itu dapat melihat perubahan fisik pada sang putri. Ia juga merasakan pinggul sang putri lebih lebar, saat memeluknya tadi.
Renatta terbatuk mendengar pertanyaan sang mama. Dengan cepat ia menyambar gelas air yang ada di hadapannya.
“Tidak, ma. Maksud aku. Belum tahu. Om masih mau kita pacaran dulu. Karena kita menikahnya mendadak.” Jelas Renatta kemudian.
Mama Dona tergelak. “Kamu memanggil suami kok begitu sih? Nanti kalau orang lain mendengarnya, di kira kamu itu keponakannya, loh.”
Renatta mengerucutkan bibirnya. “Lalu aku harus memanggil dia apa, ma? Seingatku, selama ini aku memanggil dia ‘om’. Kami memang seperti om dan keponakan sebelumnya. Lalu tiba-tiba menikah. Jadi, aku sudah terbiasa memanggilnya begitu. Biar saja orang lain menganggap aku keponakannya.”
Mama Dona kembali tergelak. “Ya kamu pikirkan lah nama panggilan lain. Sayang, cinta, papa, atau daddy mungkin.”
“Ih, apa-apaan sih, ma. Panggilan itu terlalu berlebihan. Tidak apa kami tidak punya panggilan sayang. Yang penting itu saling mencintai.” Renatta mendorong piring kosongnya ke sisi lain meja makan.
“Jadi kalian sudah saling mencintai?” Selidik mama Dona.
Renatta nampak berpikir. Ia kemudian menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak tahu, ma. Om Rich belum pernah mengatakan jika dia mencintai aku. Tetapi, sejauh ini sikap dia sangat baik sama aku.”
Mama Dona mengangguk paham.
“Ingat jaga sikap kamu. Jangan sekali kamu memanfaatkan kebaikan suami kamu. Mama mengenal Richard dengan baik, dia pria yang bertanggung jawab.”
“Iya, ma. Aku tahu diri kok, ma. Apalagi, om Rich sudah begitu baik membantu keluarga kita. Dia mau membantu keuangan perusahaan supaya tidak bangkrut. Aku sudah bersyukur sekali. Ada banyak orang yang bekerja dengan kita. Jika sampai gulung tikar, bagaimana nasib mereka? Untungnya ada om Rich.”
Mama Dona termenung mendengar ucapan sang putri.
‘Sayang, seandainya kamu tahu jika keuangan perusahaan kita tidak pernah bermasalah, apa yang akan kamu lakukan? Maafkan kami yang telah membohongi mu demi menyatukan kamu dan Richard. Mama berharap, semuanya akan baik-baik saja kedepannya.’
“Ma?” Renatta mengusap lengan mama Dona sehingga membuat wanita paruh baya itu tersentak.
“Ya, ada apa sayang?”
“Seharusnya aku yang bertanya. Mama sedang memikirkan apa? Kenapa tiba-tiba diam?” Tanya Renatta.
“Ah itu, tadi mama membeli buah melon import. Kamu mau mencicipinya? Sebentar, mama ambil dulu.”
Dahi Renatta berkerut halus. Ia merasa ada yang aneh dengan tingkah sang mama.
“Mama kenapa?”
***
Bersambung
dimana mana bikin gerah 😜🤪
aku baru nemu cerita ini setelah kesel nunggu cerita sisa mantan 😁