Sya yang merupakan fresh graduate tahun ini telah diterima bekerja di PT Santoso Group. Di hari pertamanya bekerja dia dikagetkan dengan seorang bocah berusia 3 tahun yang memanggilnya " Bunda".
" Dunda.. Dunda.. Kendla mau pipis. " seorang bocah laki-laki menarik celana kerjanya saat Sia berdiri di lobi kantor.
Maureen Calisya Putri ( 23 )
Sungguh mengejutkan ternyata bocah yang memanggilku Bunda adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Raditya Diko Santoso ( 30 )
Kamu hanya akan menjadi ibu sambung untuk anakku karena dia menginginkannya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka disaat salah satu diantara mereka melanggar perjanjian yang sudah disepakati?
Akankah terus bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Peka
" Bapak bisa nggak sih, kalau mau ngelamar saya jangan kayak gini, yang romantis gitu. Emang ada ya cowok yang ngelamar ceweknya saat makan sop pedes sampe keselek." Ujar Maureen setelah menghabiskan susunya sambil memelototkan matanya.
" Saya tidak sedang melamar kamu Maureen, hanya meminta kamu untuk menikah dengan saya. "
" Lahh bedanya apa Pak? "
" Tentu saja berbeda, lamaran romantis itu untuk sepasang kekasih. Sedangkan saya bukan kekasih kamu."
Siapa POV~
Mendengar jawaban Pak Radit langsung membuatku sedikit spechles. Apaan dah, lamaran romantis cuma buat sepasang kekasih? Baru tau aku ada orang dengan pemikiran seaneh dia.
Aku berusaha menetralkan suaraku dengan berdehem.
" Ekhemm... Sebelumnya maaf ni Pak, jadi maksud Pak Radit melamar saya apa? Eehh salah. Maksud Bapak meminta saya menikah dengan Anda itu atas dasar apa? " Tanyaku dengan serius. Untuk saat ini sudah tidak ada lagi rasa gugup ataupun rasa di intimidasi olehnya. Yang aku butuhkan sekarang hanya kejelasan dari Pak Radit saja.
" Agar saya bisa menyenangkan hati Mama saya dan juga Kendra. Dan satu lagi, agar kamu menjadi Bunda untuk Kendra." Ucap Pak Radit datar.
"Apa-apaan ini, apa orang ini tidak memikirkan perasaanku? Sebegitu tidak pentingnya kah perasaanku buat dia?" Ucapku dalam hati. Aku berusaha menahan rasa sesak yang tiba-tiba muncul di dada. Rasanya aku ingin melemparkan sendok yang saat ini masih aku pegang. Menatap sop sapi yang tadi terasa sangat menggoda, sekarang menjadi tidak ada sedikitpun selera untuk memakannya. Rasa lapar yang dari tadi aku rasakan pun seperti hilang tidak berbekas.
" Kenapa aku merasa sedikit kecewa mendengar kata-kata Pak Radit? "
" Kenapa Pak Radit tidak melamar kekasih Anda saja Pak? Dengan begitu Anda tidak perlu menikah dengan saya. Kekasih Anda juga secara otomatis akan menjadi Bundanya Kendra. Apa sebegitu tidak pentingnyakah perasaan saya saat dengan mudahnya Pak Radit berbicara seperti itu?" Ucapku lagi. Dapat aku lihat Pak Radit seperti tersentak dengan ucapanku.
Beberapa lama aku menunggu jawaban darinya. Namun tidak aku dengar lagi sepatah katapun terucap dari bibir laki-laki itu.
" Kalau begitu saya permisi dulu Pak, saya mau kembali keruangan saya lagu. Terimakasih buat makan siangnya." Ucapku langsung beranjak dari tempat duduk tanpa menunggu jawaban dari Pak Radit.
_____________________
Sepeninggal dari Sia, Radit hanya terdiam ditempat duduknya menatap makanan Sia yang tadi hanya termakan satu suap.
" Apa yang salah dari perkataanku tadi? Bukankah lebih baik aku jujur dari awal, jika aku menikahinya hanya untuk menjadikannya sebagai sosok ibu untuk Kendra." Batin Radit bingung.
Berbeda dengan Radit yang masih memikirkan kejadian tadi namun masih tidak merasa ada yang salah dengan ucapannya, maka Sia saat ini sedang ada di kantin bersama Tio, Leo dan Dia. Walaupun 15 menit lagi jam istirahat akan segera habis, Sia tidak peduli. Saat ini dia merasa sangat lapar setelah emosinya sedikit terkuras saat berbicara dengan Radit.
" Lu kenapa mukanya bete begitu? " Tanya Dian begitu melihat Sia mendudukkan dirinya sambil menghela nafas panjang.
" Nggak papa." Jawab Sia singkat.
" Cewek mah suka gitu, ditanya kenapa jawabnya mentok cuma nggak papa, giliran didiemin ngambek." Ujar Leo.
" Apaan sih Mas, orang aku emang nggak papa, laper aku tuh, boleh minta pesenin makanan nggak? " Ujar Sia memberikan senyuman khas miliknya.
" Ya udah sini biar gue pesenin, lo mau makan apa? " Tanya Leo.
" Sop buah sama nasi goreng, eehh sama puding mangga satu cup." Jawab Sia menyebutkan makanan yang ingin dia makan.
" Buset Si, lo pesen banyak amat? Lo nggak makan berapa hari? " Tanya Dian kaget. Sedangkan Leo dan Tio hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tidak biasanya Sia makan sebanyak ini. Ujar mereka bertiga dalam hati.
Leo langsung beranjak dari tempat duduknya untuk memesankn makanan untuk Sia.
" Nggak papa, aku laper banget soalnya, capek juga gendong anaknya Pak Radit tadi. Udah berat dia." Ujar Sia sambil meneguk es teh milik Dian.
" Kamu tadi kok nggak langsung nyusul kita? Kemana aja? Disuruh jagain anaknya Pak Radit tidur? Siapa tadi nama anaknya? " Tanya Tio pada Sia.
" Namanya Kendra, Tadi tuh aku udah mau nyusul kalian, tapi pas ambil dompet tiba-tiba Kendra nangis nggak mau digendong Pak Radit, ya udah jadinya aku inisiatif aja buat nganter Kendra keruangan Pak Radit, ternyata ruangan Pak Radit bagus banget ya, disana ada lemari kan, nah waktu Pak Radit pencet salah satu tombol ternyata ada kamar gede kaya hotel dibaliknya, kalian tau nggak? " Ujar Sia berceita kepada teman-temannya, namum tanpa kejadian saat Pak Radit memintanya menjadi istrinya.
" Tau gue, udah tau dari dulu." Jawab Dian.
" Emang lo pernah ke ruangan Pak Radit? " Tanya Tio pada Dian.
" Nggak pernah, cuma kalau di novel-novel kan ruangan atasan diperusahaan memang seperti itu, bagus. Jadi gue nggak kaget sih kalau beneran disana ada kamar pribadi sendiri." Jawab Dian santai.
Sia dan Tio yang mendengar jawaban Dian hanya terkekeh, meraka kira Dia tau karena memang pernah masuk ke ruangan Pak Radit. Ternyata hanya tau dari novel-novelnya saja.
Tidak lama Leo datang dengan nampan berisi makanan Sia.
" Wwaahhhhh, Yummy.... " Sia seperti anak kecil yang diberikan permen oleh orang tuanya begitu melihat makanannya datang.
" Makasih ya Mas. Uuhhh... Aku laper banget ya ampyun, emosiku sudah terkuras sampai titik terdalam." Ujar Sia tanpa sadar.
" Lo emosi sama siapa sampe kelaperan gitu? " Tanya Leo.
" Hhaaahhh... Apa? kamu bilang apa Mas? " Dengan mulut penuh nasi goreng Sia bertanya kepada Leo.
" Lo emosi kenapa? " Leo mengulang pertanyaannya.
" Siapa yang emosi deh, biasa emosi karena laper." Jawab Sia pendek.
" Gue tau ada yang lo sembunyiin dari kita kan! " Ujar Dian kepada Sia.
" Hahaha, nyembunyiin apa sih? Nggak ngerti aku tuh." Jawab Sia semakin memenuhi mulutnya dengan nasi goreng.
" Pelan-pelan makannya, aku nggak bakal minta." Ujar Tio.
" Tadi lo belum jadi cerita tentang hubungan lo sama Pak Radit kan? Jadi gimana? " Tanya Dian.
" Ya nggak gimana-gimana, aku nggak punya hubungan apapun sama Pak Radit." Jawab Sia tenang. Memang benar bukan jika dia tidak ada hubungan dengan Pak Radit walaupun dia sudah memintanya untuk menjadi Ibu sambung untuk putranya?
" Terus kenapa lo dipanggil Bunda sama Kendra? " Dian masih kekeh jika Sia memiliki hubungan khusus dengan Pak Radit.
" Eeehh, kalian nggak masuk? Ini udah mulai jam kerja lho? Aku bentar lagi deh ngabisin ini. Nanti aku bilang ke Pak Sean kalau balik agak telat." Ujar Sia mengalihkan pembicaraan. Untung saja jam istirahat memang sudah lewat 2 menit.
Alvaro Kenandra Putra Santoso ( Kendra )
selalu ngalamin itu, karena nama asli saya juga panjang banget 😂
kali ini Lo salah sya, gimana kalau keadaannya di balik?
mengingat sifatnya diawal bagaikan freezer 😂