Takdir seakan mempermaikan kehidupan Syakira Anastasia. Kehidupannya yang bergelimang harta, terlahir dari keluarga mapan, gak pernah sekali pun membuatnya menangis karena derita.
Namun takdir membawanya pada seorang pria beruban, dengan fisik bak pria matang.
Membawanya pada hubungan yang gak pernah ia bayangkan. Mampu kah Syakira menjalani perannya sebagai seorang istri di usia labilnya? Atau berakhir menderita seperti yang di inginkan Jims Prayoga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ban 15 Kamu menuduh ku, Ra?
Di depan ruang operasi dengan di temani Serli. Syakira menatap penuh harap jalannya operasi yang tengah di lakukan tim medis untuk sang ayah.
“Pah, papa harus bertahan demi Kira! Papa jangan pernah tinggalin Kira. Kira gak bisa hidup tanpa papa. Kira janji, Kira akan cari keberadaan mama. Karena Kira yakin, wanita yang ada di ruang jenazah itu bukan mama, pah!” jelas Syakira, dengan air mata yang gak lagi tertahan.
Pluk.
Serli berdiri di samping Syakira dengan satu tangan menepuk bahu sang sahabat.
“Ra, operasi om Bayu masih lama selesainya. Apa gak sebaiknya kita ke ruang jenazah, Ra! Kamu belum pastiin orang yang berada di sana itu tante Sasmita kan!” bujuk Serli.
Syakira memejamkan ke dua matanya sejenak, seolah tengah mengumpulkan harapan yang kian menipis akan keselamatan nyawa sang ibu.
‘Ya Tuhan, tolong selamatkan nyawa mama ku di mana pun ia berada! Jangan kau berikan duka pada ku atas sesuatu yang gak ku harapkan.’ batin Syakira penuh harap.
Serli menatap iba Syakira, ‘Maaf ya, Ra! Aku jadi sahabat jahat bangat sama kamu. Udah jelas bukan Wili dalang dari kecelakaan orang tua mu. Tapi aku terpaksa, Ra! Maaf Ra! Tolong maafin aku!’
Syakira membuka ke dua matanya, di lihatnya Serli yang tengah menatapnya.
“Kamu kenapa, Ser?” tanya Syakira.
“Gak apa apa. Jadi kita ke ruang jenazah Ra?” tanya Serli, mengalihkan perhatian Syakira.
“Kita pastiin, meski aku tau. Wanita itu bukan mama. Aku yakin Ser, di mana pun mama aku berada, mama pasti dalam keadaan sehat wal afiat.” ujar Syakira dengan keyakinan yang ia miliki.
Serli tersenyum tipis, "Semoga seperti yang kamu harapkan ya, Ra!"
Ke duanya melangkah meninggalkan ruang operasi, beralih menuju ruang jenazah. Guna memastikan akan identitas jenazah yang berada dalam satu mobil dengan Bayu saat kecelakaan terjadi.
Sesekali Serli melirik Syakira penuh tanya, 'Aku masih penasaran. Sebenarnya siapa pria misterius itu? Kenapa pria itu sangat ingin Kira membenci Wili? Bodoh nya aku gak ada pilihan selain mengikuti perintahnya.'
“Kamu gak apa apa kan, Ra?” tanya Serli memastikan.
Syakira mengepakkan ke dua tangannya dengan erat, dengan tatapan kebencian menerawang jauh ke depan. Merasakan ketidak puasannya akan masalah yang tengah ia hadapi.
“Mana mungkin aku bilang, aku baik baik aja Ser! Hati aku hancur. Setelah tau Wili dalang dari kecelakaan yang menimpa ke dua orang tua ku. Dan aku gak bisa menjebloskan Wili kepenjara.”
“Kalo aku jadi kamu, aku cuma bisa menjauh dari Wili dengan kesakitan hati aku, Ra! Membawa orang orang yang bearti dalam hidup ku, menata kembali hidup ku di tempat yang baru, di mana gak ada Wili di sana. Aku rasa itu akan jauh lebih baik, Ra!” jelas Serli.
“Bicara itu mudah! Tapi aku yang menjalaninya gak semudah kata yang kamu rangkai, Ser!” sarkas Syakira.
“Seperti yang aku katakan sebelumnya, Ra! Wili cukup beralasan untuk mencelakai ke dua orang tua mu. Terlebih jika rencana Wili berjalan dengan mulus, gak akan mustahil baginya untuk mendapatkan mu dan perusahaan yang sudah pasti menjadi milik mu.” ucap Serli dengan nada meyakinkan.
Syakira menatap Serli penuh selidik, “Itu dari sudut pandang mu, atau Wili yang mengatakan nya langsung pada mu, Ser?”
Serli menelan salivanya dengan sulit, keringat dingin kembali ia rasakan menyadari tatapan Syakira yang kini meragukan perkataannya.
Gugup dan gelisah kian ketara di wajah Serli, dengan kata kata dusta yang kembali berlontar dari bibirnya.
“Ke- kenapa kamu bertanya begitu sama aku, Ra? A- aku mana mungkin punya pikiran seperti itu. I- itu jelas pengakuan Wili pada ku. I- iya benar. Itu itu pengakuan Wili pada ku.” jelas Serli dengan gugup.
“Sejak kapan Wili merencanakan kecelakaan orang tua ku, Ser? Pasti Wili mengatakannya juga kan pada mu! Atau kamu juga ada andil dalam kecelakaan yang menimpa orang tua ku!” tuduh Syakira dengan nada gak santai.
“Kamu menuduh ku, Ra?” Serli gak kalah ngegas.
Dari lorong lain rumah sakit, suara Mega menggema. Menarik perhatian Serli mau pun Syakira.
“Kira! Serli! Kalian, tunggu aku!” teriak Mega dengan perasaan lega, menjumpai keberadaan ke dua sahabatnya.
Syakira mengerutkan keningnya, sesekali melirik Mega yang tengah berjalan ke arahnya dan Serli yang ada di sampingnya dengan tatapan penuh tanya.
“Kenapa Mega bisa ada di sini! Kamu yang memberi tahu Mega?” tebak Syakira.
Serli mengerdikkan ke dua bahunya, “Sejak tadi aku bersama mu, apa kamu lihat aku bermain ponsel!” ketus Serli.
“Bisa saja kan!” celetuk Syakira cuek.
‘Kenapa Kira jadi menjengkelkan gini sih! Tadi Kira percaya aja dengan perkataan ku. Tapi kenapa sekarang Kira jadi ragu.’ gerutu Serli dalam benaknya.
Mega langsung berhambur memeluk Syakira. Mengelus punggung Syakira seolah tengah menguatkan hati sang sahabat dari masalah yang tengah ia hadapi.
“Kamu kuat, Ra! Aku yakin kamu bisa hadapi masalah ini dengan hati ikhas. Percaya deh sama aku. Tuhan itu lagi menguji mu lewat kecelakaan orang tua mu, Ra!” jelas Mega panjang kali lebar pada Syakira.
Syakira mendorong lengan Mega hingga ke duanya menjarak.
“Kamu tau dari mana aku di sini, Ga!” tanya Syakira to the poin.
Bersambung…