Idola! kebanyakan orang pada umumnya, memiliki seseorang yang menjadi idolanya. Tidak soal kamu tua mau pun muda.
Seperti Freya Collie Lambert, gadis berusia dua puluh tiga tahun, diam-diam mengagumi seorang pria dewasa, yang semua orang kenal pria itu sangat kejam dan dingin.
Tidak tahu kapan persisnya, Freya sangat mengagumi sosok pria kejam itu, yang ia ingat, ia tanpa sengaja melihat pria itu membantai sekumpulan pria pembunuh bayaran dengan begitu kerennya.
Austin Chloe, tidak menyangka di usianya yang memasuki hampir empat puluh, yang tepatnya tiga puluh sembilan tahun, di kagumi oleh seorang gadis muda yang sangat jauh di bawah usianya.
Bagaimana sikap Austin Chloe, si pria yang dulunya di anggap semua orang pria sampah, menghadapi gadis muda dan polos yang jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15.
*****
Freya membantu Ayahnya berpakaian, setelah Ayahnya selesai mandi tanpa bantuan darinya. Seperti biasa Freya hanya membantu mencuci rambut saja.
Setelah ia selesai mencuci rambut Ayahnya, biasanya Erick akan mandi sendiri menggunakan shower, dengan duduk di kursi roda khusus untuk mandi.
Ia akan menggunakan tangan kanannya, untuk membersihkan tubuhnya yang masih bisa melakukan apa pun, walau tangannya tidak sekuat dulu lagi.
"Papa sangat wangi!" ucap Freya sembari tersenyum, menghirup aroma pada rambut Erick.
Erick tersenyum mendengar perkataan Freya, yang selalu Freya ucapkan setelah ia selesai mandi. Membuat ia merasa senang, karena ia merasa masih seperti dirinya sebelum terkena stroke.
Setelah mengganti kursi roda, Freya mendorong Erick keluar dari dalam kamar, setelah Erick selesai berpakaian dengan rapi, menuju ruang utama apartemen.
Freya kemudian membantu Erick untuk duduk di sofa, tepat di depan layar televisi seperti biasanya. Duduk santai sembari mengangkat kakinya, pada sebuah kursi kecil di depannya.
Drrrt!
Ponsel Freya bergetar. Freya melihat pada layar ponselnya, nama Bos pemilik toko dessert tempat ia bekerja.
Freya mengerutkan keningnya merasa heran, karena biasanya Bosnya tidak pernah menghubunginya pada malam hari. Dengan perasaan heran, Freya mengangkat panggilan Bosnya tersebut.
"Halo!" sahutnya.
"Freya, apakah kamu mau lembur malam ini? gajinya lumayan!" terdengar suara Bos Freya dari dalam ponsel.
"Lembur?" Freya melirik Ayahnya, yang menoleh ke arahnya, begitu mendengar Bos nya yang menelepon.
"Iya! malam ini ada pesta di kapal pesiar, dessert kita di pesan untuk makanan penutup pada pesta itu, gajinya lumayan untuk kebutuhan mu dan Ayah mu! empat juta sampai jam sebelas malam!"
"Empat juta??" mata Freya membulat terkejut, mendengar gaji yang lumayan besar.
Freya kembali melirik Ayahnya yang tengah memandangnya. Ia begitu tergoda mendengar jumlah gaji lembur, yang di sebutkan Bos nya.
"Iya, kamu akan pergi dengan Elsa, Jennifer, dan Milly, bagaimana? apakah kamu mau pergi?" tanya Bos Freya.
Gaji lembur dalam tiga jam, sungguh menggiurkan. Memikirkan soal ekonomi mereka yang berkekurangan, tentu saja Freya tergoda dengan gaji lembur yang di sebutkan Bos nya.
"Pa!" Freya menjauhkan ponselnya dari telinganya.
Ia tidak ingin Bosnya mendengar pembicaraannya dengan Ayahnya, untuk meminta persetujuan Ayahnya, agar ia di perbolehkan kerja lembur malam ini.
Erick memejamkan matanya, untuk menenangkan perasaan khawatirnya. Putrinya masih muda, harus banting tulang mencari nafkah untuk mereka berdua.
"Nak.. tellalu malam pulang.. Papa khawatil.. kamu anak pelempuan... bahaya... " Erick dengan susah payah mengeluarkan suaranya, merasa keberatan Freya kerja lembur.
Freya menjatuhkan dirinya berlutut di lantai, ia harus mendapatkan gaji empat juta itu. Ia akan menjaga diri dengan baik, dan pulang membawa uang dengan keadaan baik-baik saja.
"Papa, bukan aku saja yang pergi, aku pergi dengan tiga temanku, tugas kami hanya untuk menyiapkan makanan penutup saja!"
Erick beberapa detik menatap wajah Freya, yang tampak penuh harap agar ia ijinkan untuk pergi bekerja lembur.
Perlahan Erick menghela nafas, ia tidak bisa terlalu keras menentang putrinya itu. Melihat raut wajah yang penuh harap, membuat ia jadi luluh.
Tangan kanan Erick yang tidak terkena stroke, perlahan ia angkat menyentuh kepala Freya. Lalu ia elus dengan lembut.
"Jaga dili dengan baik, nak! hati-hati bekelja... jangan sampai kamu.. di ganggu lelaki iseng!" pesan Erick dengan percaya penuh akan keselamatan putrinya tersebut.
"Iya, Pa!" Freya tersenyum lebar, merasa senang sekali di setujui oleh Ayahnya bekerja lembur.
Ia pun bangkit dari berlututnya, lalu memberi jawaban kepada Bos nya, kalau ia bersedia kerja lembur bersama ke tiga temannya.
Pesta di kapal pesiar, biasanya pesta kalangan atas. Hanya orang-orang berduit saja, yang mampu mengadakan pesta di kapal pesiar.
Biasanya kalangan elite, ada yang memiliki sikap yang arogan, ia akan hati-hati dalam bersikap setelah berada di area pesta tersebut.
Setelah meletakkan kembali Ayahnya ke kursi roda dengan aman, Freya pun berangkat ke toko dessert.
Ia dan ke tiga temannya akan membawa makanan penutup, yang telah di pesan pihak Tuan rumah pesta, ke tempat pesta di adakan.
Bersambung......
Entah memang sebuah kebetulan atau bertemu secara kebetulan, berbincang karena pilihan, dan kunfayakun " Segala sesuatu terjadi pada saat yang seharusnya"
Akhirnya Austin ketemu Erick🤗