"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EMPAT BELAS
Acara telah selesai. Sandra mengajak Alfian ke kamarnya untuk istirahat, tapi Alfian menolak. Dia menagih janji pak Wirya hari itu juga.
"Kamu tenang saja Alfian, saya pasti akan mencabut laporan dan membebaskan bapak kamu. Saya tidak mungkin ingkar janji. Sebaiknya kamu istirahat bersama istri kamu."
"Maaf pak!! Tapi saya mau bapak membebaskan bapak saya sekarang juga. Saya sudah menuruti keinginan bapak, sekarang saya minta bapak menepati janji bapak." Balas Alfian.
"Baiklah.....saya akan ke kantor polisi dan bebaskan bapak kamu sekarang juga." Kata pak Wirya.
"Kalau begitu saya juga akan kesana." Timpal Alfian
Lalu mereka pergi ke kantor polisi, setelah sebelumnya pak Wirya menghubungi pengacaranya.
Dibantu pengacaranya, pak Wirya mencabut semua laporan hingga akhirnya pak Hardiman pun bebas dan bisa pulang sore itu juga. Bu Ratih dan semua anggota keluarganya tentu sangat senang dan bersyukur.
Mereka semua berkumpul di rumah pak Hardiman, kecuali Arini, yang tidak tahu kalau pak Hardiman sudah bebas. Yang dia tahu hari ini adalah hari pernikahan suaminya dengan perempuan lain.
Arini menangis sendirian di kamarnya. Sekuat apapun Arini menahan rasa sakit dalam hatinya, tetap saja ia tidak kuat. Wanita mana yang akan kuat dan sanggup menerima suaminya menikah lagi.
Ya, mungkin ada diantara wanita-wanita sholehah yang ikhlas berbagi suami, tapi Arini tidak termasuk kedalam kategori wanita sholehah yang benar-benar ikhlas suaminya menikah lagi. Dia mengijinkan hanya di bibir saja, tapi dalam hati dia benar-benar tidak mau.
Kalau bukan karena rasa cintanya pada Alfian, dan juga permintaan ibu mertuanya, juga nasib Razka Arini juga tidak akan mau menyetujui pernikahan ini.
Sekarang Arini hanya berharap semoga saja benar, pernikahan ini hanyalah sebuah formalitas untuk menutupi aib keluarga pak Wirya. Arini berharap Alfian tidak berubah, tetap mencintai dirinya, juga tetap menjadi suami dan ayah yang baik.
Semoga kamu nggak pernah berubah mas Alfian. Aku nggak mau kehilangan kamu. Aku sangat mencintai kamu.
Dan tentang janji Alfian yang tidak akan pernah menyentuh Sandra, jujur saja jauh di lubuk hatinya, Arini meragukan itu. Dia tidak yakin Alfian benar-benar tidak akan menyentuhnya.
Bagaimana kalau seandainya wanita itu menggodanya, apa mungkin Alfian tidak akan tergoda. Mengingat bagaimana rupa Sandra yang cantik dan penampilannya yang menarik, Arini yakin lelaki manapun pasti akan tergoda, apalagi mereka suami istri yang sah. Kalaupun Alfian menyentuh perempuan itu, dia tidak akan berdosa.
Hah....menyakitkan sekali rasanya jika memikirkan hal itu, hingga air mata Arini kembali menetes membasahi pipinya yang baru saja kering.
Hari itu Arini benar-benar tidak keluar dari rumahnya. Seharian mengurung diri, karena kebetulan bu Dasima dan adiknya juga sedang tidak ada dirumah. Baik bu Dasima atau pun adik Arini, keduanya sama-sama tidak mengetahui pernikahan Alfian dengan perempuan lain. Begitupun tetangga dikampung Arini maupun di kampung Alfian. Dan semoga saja mereka semua tidak akan pernah mengetahuinya.
....
Jam 9 malam.
Tok...tok...tok.... Terdengar suara pintu rumah Arini diketuk dari luar. Arini bergegas membukanya, karena dia yakin itu pasti adiknya yang akan mengambil kunci rumah bu Dasima.
"Iya ...sebentar." Kata Arini lalu membuka pintu.
Dia terkejut saat melihat laki-laki yang dari tadi ia pikirkan berdiri di depan pintu. Laki-laki itu, yang tak lain adalah Alfian menatap Arini yang juga sedang menatapnya.
"M-m-mas Al-fian." Ucap Arini sedikit terbata. Hatinya tiba-tiba terasa berdenyut nyeri, matanya pun berembun, hingga cairan bening itu kembali menetes dipipinya.
"Arini." Ucap Alfian sambil menarik tubuh Arini lalu memeluknya dengan erat. Dia pun menangis sambil terus mengucapkan maaf. Alfian benar-benar merasa berdosa pada Arini, apalagi setelah dia melihat wajah dan mata Arini yang sembab, Alfian tahu istrinya itu habis menangis, dan sekarang dia kembali menangis.
"Maafkan aku Arini....maafkan aku!! Maafkan ibu dan bapakku. Karena mereka kamu harus melakukan pengorbanan sebesar ini." Kata Alfian.
Arini masih tidak menyahuti, tapi air matanya semakin berjatuhan, karena mendengar ucapan Alfian barusan. Alfian benar, kenapa Arini harus mengorbankan perasaannya sendiri. Kenapa harus dia?.
Alfian masih terus mengucapkan maafnya, walau Arini tetap diam.
"Sudahlah mas!! Kata maaf tidak akan mengubah apapun. Kenyataanya sekarang kamu sudah menjadi suami wanita lain. Walau tidak rela, tapi aku terpaksa harus bisa menerima kenyataan kalau selain suamiku, kamu juga adalah suami dari perempuan lain." Kata Arini.
"Jangan bicara seperti itu Rin. Kamu tahu sendiri aku juga tidak mau ini terjadi. Aku....aku juga terpaksa melakukannya. Aku benar-benar minta maaf atas keadaan ini. Aku janji Rin, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku akan tetap menjadi suami dan ayah yang baik untuk anak kita. Aku janji Rin."
"Aku harap semua itu benar mas. Aku harap kamu pegang dan buktikan janji kamu." Balas Arini.
"Iya Rin. Aku pasti akan membuktikannya. Kamu lihat kan sekarang?. Aku pulang kesini, ke rumah kita." Kata Alfian.
Malam itu, Alfian tidur di rumah Arini, juga malam-malam selanjutnya. Alfian belum pernah menginap di rumah Sandra, apalgi tidur bersamanya. Walau merasa senang, entah mengapa ada yang mengganjal di hati Arini.
Apa aku egois?.
Tidak Arini, kamu tidak egois. Kamu adalah istri Alfian. Orang pertama yang paling berhak atas dirinya Kamu tidak perlu merasa bersalah. Yang salah disini adalah wanita bernama Sandra itu. Dia yang datang ke dalam kehidupan rumah tangga kalian.
"TAPI bagaimana pun juga dia tetap istri mas Alfian yang sah. Apa aku dan mas Alfian tidak akan berdosa, telah mengacuhkannya?."
"itulah resiko yang harus dia terima, karena menikahi suami orang.
Dialog Arini dalam hati.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
follow me ya thx all