Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curiga
Satu minggu kemudian,
Pagi ini, Anya sudah siap untuk memulai kembali aktivitasnya selepas satu minggu menenangkan dirinya di rumah. Sanak saudara Anya hanya beberapa saja yang datang, itu pun tidak lama karena mereka merasakan tidak nyaman berada di rumah Anya yang kecil.
Sedangkan Axel juga hampir setiap hari datang ke rumah Anya untuk melihat keadaan Anya dan menemaninya beberapa waktu. Setelah Hellen datang, mereka berdua pasti langsung pulang dan Anya, lagi-lagi menghabiskan waktunya sendiri di rumah.
‘Aku, kini hanyalah wanita malang yang hidup sebatang kara tanpa adanya sanak saudara. Satu minggu kepergian Papa membuat aku sadar jika aku harus tetap berjalan di atas dunia dengan kuat seperti kata papa.’
‘Meski rasanya cukup berat, namun aku tetap tidak boleh menyerah. Anya, bukanlah Wanita yang lemah. Melainkan Wanita yang sangat hebat.’
Anya menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Tak lama kemudian terdengar suara klakson mobil di depan rumahnya, pertanda Asisten Axel sudah datang menjemputnya untuk pergi bekerja.
Anya pun langsung beranjak dari tempat duduknya dan langsung meraih tasnya. Melangkahkan kakinya menuju ke pintu dan Anya langsung mengernyitkan dahinya saat yang ada di depan rumahnya ternyata bukanlah Pak Tian, melainkan Dokter Firman.
“Dokter Firman!”
“Hai, Anya! Maaf, aku baru datang pagi ini ke rumahmu dan –”
“Oh, tidak masalah, Dokter! Tapi saya sebentar lagi mau pergi bekerja!” ucap Anya yang tentunya tidak bisa menerima Dokter Firman sebagai tamunya.
“Aku memang sengaja datang untuk mengantarmu pergi bekerja, Anya!” ucap Dokter Firman.
Tak lama kemudian mobil milik Axel pun datang. Kali ini. Axel sengaja menjemput Anya sendiri tanpa membawa Tian bersamanya.
“Pak Axel!” gumam Anya saat melihat Axel keluar dari pintu mobilnya.
Kini Axel dan dokter Firman saling melemparkan pandangan mereka.
“Anda menjemput karyawan anda untuk pergi ke kantor?” tanya Dokter Firman dengan nada menyindir.
“Tentu saja!” Jawab Axel yang langsung melangkahkan kakinya mendekati Anya. “Restoranku membutuhkannya, Jadi wajar bukan jika aku menjemputnya!” timpal Axel.
“Aneh sekali ya! Kenapa anda tidak menyuruh seorang supir untuk menjemput Anya, Pak Axel?” balas Dokter Firman yang mulai merasa janggal dengan sikap Axel kali ini.
“Untuk apa menyuruh supir, jika aku selalu melewati rumahnya saat hendak pergi bekerja!”
“Ayo, Anya! Kita langsung berangkat sebelum terlambat!” ajak Axel sambil melewati Dokter Firman begitu saja.
“Dokter Firman, saya pamit dulu yaa! Terima kasih untuk tawarannya tadi!” ucap Anya mengikuti langkah Axel.
Dokter Firman hanya mengangguk dan terus memperhatikan Anya masuk ke dalam mobil. Rasa curiganya semakin besar ketika melihat Anya dibukakan pintu oleh Axel dan duduk di samping kemudi.
“Aneh! Ini benar-benar sangat aneh! Aku yakin, Axel pasti sedang bermain di belakang Hellen!” gumam Dokter Firman.
“Aku harus menceritakan hal ini dengan Cintia agar ia memberitahukan sahabatnya tentang sikap Axel terhadap Anya.”
Dokter Firman akhirnya memutuskan untuk menuju ke butik milik Cintia. Kebetulan hari ini ia libur selepas lembur tadi malam. Namun, Dokter Firman justru terjebak dalam kemacetan yang panjang hingga ia baru sampai di butik Cintia sekitar satu jam kemudian.
“Selamat datang, Dokter Firman!” Sapa resepsionis butik.
“Cintia ada?” tanya Dokter Firman to the point.
“Ada di ruangannya, Dokter. Kebetulan sedang bersama dengan Miss Hellen!”
‘Kebetulan sekali ada Hellen di sini. Jadi aku bisa langsung memberitahukannya!’ humam Axel dalam hati yang langsung melangkahkan kakinya ke lantai kedua.
Tanpa menunggu waktu lama, Dokter Firman langsung menuju ke ruangan Cintia. Namun saat tangannya sudah membuka handle pintu ruangan Cintia, Dokter Firman langsung membeliakkan matanya.