Artara terpisah dari teman-temannya saat satu kelas terpanggil ke dunia lain.
Disaat semua orang terpanggil di sebuah kerajaan, hanya Artara yang terpanggil ke sebuah pulau aneh.
The Island Of Dark Forest, pulau yang dipenuhi monster-monster mengerikan bersemayam.
Artara bertahan hidup di pulau yang mengerikan itu, tapi dia tidak usah khawatir tentang kematian, berkat job Immortal yang dia miliki.
Walaupun begitu, dia mengalami kematian yang terus berulang, dan di setiap kematiannya, dia akan naik level. meski harus menahan sakit dari kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Spiral King, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Semua tatapan tertuju pada Anala yang berdiri tepat di hadapan mereka, tidak satupun dari mereka yang bergerak, tubuh mereka seakan membeku. Hanya mata yang dapat digerakkan, itupun tidak leluasa.
"Kalian patuh atau melawan?"cetus Anala acuh tak acuh.
Anala menjentikkan jarinya. Seketika Gurandal dapat menggerakkan anggota tubuhnya, hanya dia yang dapat bergerak.
"Patuh atau melawan?"tanya Anala mengulangi.
Keringan di wajahnya tidak terbendung, Gurandal tau pasti jika wanita dihadapannya bukan orang sembarangan. Tanpa adanya diskusi dengan kelompoknya, Gurandal langsung mengatakan "patuh". Setelah jawaban dilontarkan, sekali lagi Anala menjentikkan jarinya, semua orang sudah dapat bergerak.
Anala setelahnya berjalan meninggalkan mereka dibelakang. Diikuti oleh Gurandal dan semua orang tanpa bertanya, mereka sudah paham apa maksud wanita itu, yaitu mengikutinya.
Disisi lain Hema sudah lebih dahulu membawa semua monster ke padang rumput. Ada ribuan monster dengan ras berbeda-beda mengikutinya dibelakang yang berbaris rapi sesuai perintahnya.
"Tuan, apa Sister belum juga sampai?"tanya Hema hormat.
"Dia sedikit terlambat. Karena bagian selatan dan timur dipenuhi monster-monster yang cukup kuat."balas Artara."Apa kau mengalami kesulitan saat membawa mereka kemari?"tambahnya bertanya.
"Tidak sulit! Hanya puluhan monster yang menolak ikut. Membunuh mereka bukan hal yang sulit!"jawab Hema santai.
Tiga puluh menit berlalu, sudah terlihat dari kejauhan Anala dan kumpulan monster dibelakangnya.
Pada saat itu juga semua monster di pulau Dark Forest berkumpul di satu tempat. Daratan tengah penuh diisi berbagai monster dari segala ras, membentuk lingkaran dengan Artara ditengahnya.
Anala melangkah ke depan, dia tidak sendiri. Dibelakangnya ada seekor Drake mengikuti.
"Tuan, anda pasti mengenalinya! Dia Drake yang pernah anda tolong dan memberikan tumpangan pada kita untuk menuju daratan tengah."ucap Anala.
Drake itu melangkah mendekati Artara."Kau terlihat seperti orang yang berbeda! Aku tidak menyangka kau bisa sekuat ini dalam hitungan bulan."ucapnya kagum.
"Aku juga tidak menyangka kita bisa bertemu lagi!"ucap Artara santai. "Apa kau mau menjadi bawahan ku? Ini bukan paksaan, kau bisa menolak jika mau."tambahnya bertanya.
Drake itu berpikir sejenak.
"Tidak ada ruginya menjadi bawahan dari orang sekuat dirimu! Saya siap mengabdi bila anda menjadikan saya bawahan."ucap Drake menundukkan kepalanya.
Artara tersenyum puas."Aku tau kau akan menerimanya!" Ucap Artara singkat. Dia memegang tengkuk Drake yang merunduk. Terasa sama saat pertama kali dia memegangnya, keras bagai bebatuan tak tertembus.
"Taming!"
Skill Taming tidak sama dengan Taming biasa, Artara menyalurkan energi dari tangannya ke tubuh Drake. Cahaya bersinar memenuhi tubuh Drake, yang membuatnya merasakan ngantuk tak tertahankan, dia terbaring di rerumputan bersamaan dengan pilar cahaya yang muncul menembus awan, sinar yang sama dengan dua sinar kecil sebelumnya sebagai tanda evolusi.
[Drake mulai berevolusi]
"Apa seperti ini jika terjadi evolusi?"
"Benar Tuan!"jawab Anala memperhatikan.
Kejadian menakjubkan itu terekam jelas dimata Gurandal, Gram, Elrick, Roku, dan prajurit lainnya. Mata mereka ternganga tidak memahami apa yang dilakukan laki-laki berpakaian bulu dihadapan mereka. Tidak ada orang yang bisa menjawab rasa bingung mereka, bertanya pun tidak bisa.
"Apa jangan-jangan dua pilar kecil sebelumnya juga karena ini?"ucap Gram berbisik dari balik kumpulan monster.
"Kemungkinan besar memang begitu! Tapi bagaimana cara dia melakukannya? Dia bisa membuat seekor monster mengeluarkan tekanan energi begitu kuat. Sementara aku tidak bisa merasakan energi dari tubuhnya."ucap Roku yang
juga berbisik.
"Hanya dia yang tau! Mungkin kita bisa bertanya dengannya, dia terlihat seperti manusia pada umumnya. Tidak seperti wanita dan monyet disampingnya."ucap Gurandal menatap ke depan.
"Bertanya padanya mungkin bukan ide bagus! Apa kau tidak mendengar, wanita itu memanggil laki-laki itu Tuan. Dia pasti bukan manusia biasa, atau mungkin bukan manusia!"ucap Roku menyangkal.
"Bukannya kau mengatakannya sendiri bahwa kau tidak bisa merasakan energi pada laki-laki itu. Seharusnya dia tidak sekuat wanita dan monyet yang memiliki tekanan kuat, bahkan tubuh ku masih bergetar saat dia memamerkannya."ucap Gurandal bergidik.
"Kita yang terlalu lemah, maka dari itu kita tidak bisa merasakan kekuatannya!"balas Roku datar.
"Kurasa tidak ada salahnya bertanya. Mungkin dia tidak seburuk yang kita bayangkan! Wajahnya tidak terlihat seperti orang yang akan berbuat jahat."timpal Elrick dengan polosnya.
"Rasanya aku pernah melihatnya, meski ada beberapa perubahan dari penampilannya. Tapi aku tidak ingat siapa."cetus Marko menatap Artara.
"Apa yang kalian bicarakan?"ucap Gurandal bingung.
Percakapan mereka terpotong setelah Artara mengangkat tangannya ke atas. Lingkaran sihir seluas ratusan meter melebar secara bertahap memenuhi padang rumput. Cahaya muncul di setiap garis lingkaran, menyinari seluruh tempat hingga beberapa detik berikutnya redup bersamaan dengan semua monster yang merunduk, memberikan hormat.
Mata mereka semua takjub sekaligus takut, tidak paham dengan apa yang baru saja mereka lihat.
"Tidak bisa dipercaya! Dia bisa membuat lingkaran sihir sebesar ini."ucap Margaretha dengan mata berbinar-binar.
"Apa memang sehebat itu?"tanya Elrick menatap Margaretha yang begitu takjub.
"Tentu saja! Lingkaran sihir sebesar ini hanya ada dalam cerita dongeng masyarakat. Aku tidak percaya jika ini nyata."ucapnya kegirangan, kagum.
Percakapan singkat Margaretha dan Elrick cukup membuat kebisingan ditelinga Anala. Hal itu membuatnya jengkel.
Tubuh para manusia terangkat ke udara, Anala yang melakukannya dengan telekinesis. Semua orang ribut karena tidak lagi menapak tanah, terlebih mereka dibawa ke tengah-tengah menuju Artara berdiri.
Artara menatap bingung."Apa! Manusia. Apa yang mereka lakukan disini, dan bagaimana bisa mereka sampai kemari?"ucapnya dalam hati."Aku tidak bisa merasakan keberadaan mereka, level mereka terlalu kecil."tambahnya menggunakan Skill Eye of God.
Anala menurunkan mereka di barisan terdepan, wajah penuh keringat dan ketakutan membuat mereka tidak berani menatap ke depan, bahkan para petualang dan prajurit gemetar karena takut.
"Sedari tadi aku terus mendengar ocehan kalian! Apa yang kalian bicarakan dibelakang Tuan?"ketus Anala.
Gurandal mencoba memberanikan diri, dia maju ke depan."Kami tidak membicarakan apapun tentang kalian!"ucapnya bergidik."Kami hany-"ucapannya terpotong.
"Berlutut!"Suara Anala berdengung. Tubuh Gurandal dan semua manusia yang berdiri, berlutut secara paksa, seakan ada tekanan di pundak mereka.
"Kalian harus tua dengan siapa kalian bicara, dan gunakan bahasa yang sopan dihadapan tuan!"tambahnya tegas.
Skill Behest, skill yang dapat memberikan perintah dengan cara apapun, entah dengan suara, jentikan, atau kedipan mata. Skill ini hanya bisa digunakan pada monster yang lebih lemah dari pengguna.