NovelToon NovelToon
Lovestruck In The City

Lovestruck In The City

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Keluarga / Karir / Romansa / Bapak rumah tangga / Office Romance
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Bagi beberapa orang, Jakarta adalah tempat menaruh harapan. Tempat mewujudkan beragam asa yang dirajut sedemikian rupa dari kampung halaman.

Namun, bagi Ageeta Mehrani, Jakarta lebih dari itu. Ia adalah kolase dari banyak kejadian. Tempatnya menangis dan tertawa. Tempatnya jatuh, untuk kemudian bangkit lagi dengan kaki-kaki yang tumbuh lebih hebat. Juga, tempatnya menemukan cinta dan mimpi-mimpi baru.

“Kata siapa Ibukota lebih kejam daripada ibu tiri? Kalau katamu begitu, mungkin kamu belum bertemu dengan seseorang yang akan membuatmu menyadari bahwa Jakarta bukan sekadar kota bising penuh debu.”—Ageeta Mehrani, 2024

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

She's Acting Weird

Satu hal yang tidak Reno sukai dari cuaca akhir-akhir ini adalah perubahannya yang tidak pasti. Setelah kemarin hujan badai hingga menyebabkan beberapa titik area tergenang banjir, hari ini matahari bersinar terik sekali. Gedung perusahaan yang full AC pun nyatanya tidak membantu banyak. Reno masih tetap kegerahan hingga kini kemeja biru yang ia kenakan basah dibanjiri keringat.

Di momen seperti ini, delivery es kopi dari coffee shop depan bisa menjadi alternatif untuk membantu mengademkan tubuh dan pikiran. Tetapi masalahnya, pesanannya tidak akan datang dalam waktu relatif singkat mengingat sekarang telah memasuki jam makan siang. Kalau sudah begitu, satu-satunya opsi terbaik adalah pergi ke pantri.

Masih dengan menenteng map berisi berkas-berkas sisa meeting, Reno mengayunkan langkahnya ringan. Handle didorong, pintu pantri pun terbuka. Dari posisi awalnya sebelum menerobos masuk, sudah terlihat Ageeta yang berada di counter. Tangan kecilnya seperti biasa dengan cekatan membersihkan area di sana dan memastikan tidak ada satu titik pun yang terlewat dari sapuan lap di tangannya.

“Git, tolong bikinin saya es kopi,” pintanya, lantas berjalan menuju meja miliknya. Kepalanya sudah penuh kini, membayangkan betapa segar dan nikmatnya es kopi buatan Ageeta mendarat sempurna di lidah sebelum turun lurus mengaliri tenggorokannya. Ah, membayangkannya membuat air liur Reno berkumpul banyak di dalam mulut.

Dari counter, Ageeta tidak mengatakan apa pun. Tetapi yang jelas, Reno mulai mendengar suara gelas yang diambil dari rak, air panas yang dikucurkan dari dalam teko, serta denting sendok yang bertabrakan dengan dinding gelas dan es batu. Tidak butuh waktu lama, es kopi pesanannya sudah tersedia.

“Thank you,” ucapnya seraya meraih gelas yang baru saja Ageeta letakkan di atas meja.

Akan menyenangkan untuk segera menenggak es kopi di dalamnya, tetapi karena ucapan terima kasihnya pun tidak mendapatkan jawaban, Reno akhirnya mengurungkan niat. Gelas diturunkan, matanya menatap lekat Ageeta sebelum bibirnya lancar bertanya, “Kamu kenapa, sih? Sakit?” lantas mengulurkan tangan dengan niat untuk memeriksa suhu tubuh Ageeta.

Namun, belum sampai tangannya mendarat di dahi Ageeta, sang gadis sudah lebih dulu menarik diri, mengambil langkah mundur. Hal tersebut tentu saja membuat Reno semakin keheranan.

“Kenapa?” tanyanya lagi.

“Nggak kenapa-kenapa, tuh,” sahut sang gadis, acuh tak acuh seraya melarikan pandangan ke segala arah.

Reno tidak lantas percaya begitu saja. Diperhatikannya Ageeta dengan lebih saksama. Menolak eye contact, menggaruk-garuk daun telinga dengan gerak acak, serta kaki-kaki kurus yang tidak bisa diam itu adalah indikasi keras bahwa ada yang tidak beres dengan sang gadis.

Kecurigaannya semakin membesar tatkala Ageeta bergerak serabutan merogoh saku seragam, mengeluarkan ponsel dari sana dan menempelkan benda pipih itu ke telinga. Bibirnya lancar berceloteh seolah sedang mengobrol dengan seseorang di seberang, padahal jelas-jelas Reno menyaksikan dengan kedua mata kepalanya sendiri bahwa layar ponsel gadis itu sepenuhnya padam.

“Git,”

“Aduh, saya dipanggil sama Pak Harun nih, Pak. Saya permisi dulu, ya!” seru Ageeta, lalu kalang kabut meninggalkan pantri masih dengan ponsel menempel di telinga.

Reno menatap kepergian Ageeta dengan kepala yang menggeleng tak habis pikir. Oh, ya jelas, dia tidak percaya pada apa yang Ageeta katakan. Pertama, gadis itu tidak akan begitu ceroboh untuk menemui Direktur Pemasaran dengan lap buluk tersampir di bahunya. Dan yang kedua, orang yang Ageeta sebutkan namanya tadi sedang tidak ada di kantor hari ini. Pak Harun sedang mengambil cuti, mungkin sekarang sedang bersantai bersama keluarganya di Maldives!

“Orang kalau nggak biasa bohong emang jadi aneh banget tingkahnya,” gumamnya, lantas menyambar lagi gelas es kopi dan menenggak isinya dengan rakus.

...****************...

Tujuan awal Laras mendatangi ruangan Reno adalah untuk meminta sign di atas berkas-berkas yang perlu diproses hari ini juga, tetapi ia malah berakhir menghabiskan banyak waktu di sana. Awalnya masih membahas soal pekerjaan, lalu mulai merembet ke luar jalur tanpa bisa ditahan.

The one and only yang akan Reno tanyakan kepada dirinya di luar urusan pekerjaan adalah Ageeta. Biasanya, lelaki itu hanya akan menanyakan beberapa hal untuk memastikan bahwa Ageeta tidak tengah mengalami kesulitan. Lalu ketika ternyata ada kesulitan, ia akan cepat-cepat mencari solusi dan meminta Laras membantunya mengeksekusi.

Kali ini, pembahasannya agak lain. Out of the blue, Reno tiba-tiba bertanya apa kiranya yang terjadi pada Ageeta dari kemarin sore sampai pagi tadi, sebab katanya, gadis itu telah bertingkah tidak biasa.

“Tingkahnya aneh, kayak habis kesambet demit dari mana tahu.” Reno mengutarakan kecurigaannya dengan Lugas. Sementara Laras masih mendengarkan dengan saksama.

“Kamu yakin nggak terjadi apa-apa kemarin? Dia nggak ada cerita apa pun ke kamu?” cecar Reno.

Laras mencoba mengingat lagi apa saja yang Ageeta lalui sampai jam pulang kemarin. Namun, ia hanya menemukan hal-hal baik saja. Malahan, Laras sendiri menyaksikan Ageeta pulang dengan senyum yang melebar sampai ke telinga.

“Masalahnya sama Bapak kali?” Laras melemparkan bola panas, Reno menangkap dengan tangan kosong. Alhasil, terbakar sudah. Output-nya tidak baik. Laras sampai harus menutup telinga karena suara Reno menggelegar terlalu keras.

“Balik dari ruangan saya kemarin, dia masih biasa aja. Kamu sendiri yang bilang sama saya kalau dia happy habis terima kado, kan?”

“Ya ... Iya.” Laras menarik kursi dan duduk di depan meja kerja Reno. Berhubung pembicaraan ini akan berlangsung lama, dia tidak akan dengan sukarela terus berdiri. “Saya nggak bohong sewaktu bilang Ageeta happy.”

Reno terdiam, berpikir keras. Diingat-ingat lagi, dia yakin tidak melakukan kesalahan apa pun sampai bisa membuat Ageeta berubah sikap begini terhadapnya.

“Atau mungkin memang lagi jelek aja kali mood-nya, Pak,” potong Laras, membuyarkan konsentrasi Reno yang masih berusaha mencari di mana letak salahnya. “Biarin aja dulu, nanti juga baik sendiri.”

“Kalau nggak kunjung membaik gimana?”

“Ya....” Laras menjeda cukup lama, hanya untuk berakhir mengedikkan bahu dan membuat Reno berdecak.

“Coba kamu cari tahu, terus kasih tahu saya. Nggak enak banget kepikiran begini.”

Bukannya menerima atau menolak, Laras malah hanya diam sambil mesam-mesem tidak jelas.

“Ras?” tegur Reno. Wajahnya garang, sedikit banyak sudah bisa memahami apa isi kepala Laras kendati perempuan itu tidak mengutarakannya.

“Siap, Pak!” seru Laras seraya membuat sikap hormat, bahkan sampai mengentakkan kedua kakinya penuh semangat. “Tapi nggak gratis, ya...” susulnya, dengan cengiran lebar.

Reno menggulung beberapa lembar kertas di mejanya secepat kilat, lalu menggunakan gulungannya untuk memukul kepala Laras. “Jangan perhitungan sama saya!” serunya.

Laras mengusap kepalanya yang habis dipukul, berkomat-kamit sampai bibirnya menyon-menyon dan matanya melirik sinis. “Kenapa hobi banget mukul orang sih, Pak? Mau saya laporin ke Disnaker?”

“Gih, laporin aja sana! Habis itu saya jamin kamu nggak lagi dapat uang jajan!” tantang Reno.

Mendengar itu, Laras memberengut. Kalau sudah disangkutpautkan dengan uang jajan, ia jelas kalah. Walaupun sudah tidak independen begini, dia juga masih tidak rela kalau uang jajannya dipotong, apalagi sampai ditiadakan.

“Ya udah, iya, nanti saya cari tahu!” kesalnya. Sambil bersungut-sungut, ia bangkit dari duduknya, memunguti berkas-berkas yang sudah diberi sign dan siap pergi meninggalkan ruangan Reno.

“Kabarin saya secepatnya, kalau bisa hari ini juga.”

“Iya!” sahutnya, lalu cepat-cepat mengayun langkah dan betulan pergi.

Dari kursinya, Reno hanya menyaksikan kepergian Laras yang dibumbui dengan drama mengentak-entakkan kaki khas bocah ngambek. Lalu ia hanya bisa menggelengkan kepala pelan tatkala mendengar Laras mengoceh, “Kalau bukan karena sayang, nggak akan sudi aku begini!” dengan suara merajuk yang khas.

Bersambung...

1
F.T Zira
lha... gak sadar main nyelonong😅😅😅..
ninggalin 🌹 dulu buat ka author✌️✌️✌️
Zenun
Tidur aja, Renonya lagi kena pelet masa lalu😁. Tapi dia lagi di obatin sama Noa sama Laras kok
nowitsrain: Atuh nggak bisa goyang
Zenun: ehehehehe, digoyangin aja
total 5 replies
Zenun
tuh dengerin Ren
nowitsrain: Iyaaa
Zenun: ya ampun, se-rombeng itukah kuping Reo
total 5 replies
Dewi Payang
Untung bukan roh jahat🤣🤣
Dewi Payang: wkwk🤣
nowitsrain: Roh jahat mah udah dipaten sama Pak Ruben
total 2 replies
Dewi Payang
Sisa hidup kamu Ren.... ingat kata2 itu Ren....😄😄
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄
nowitsrain: Iya tuuu
total 2 replies
Dewi Payang
Jangan, tar kamu jadi kuda lumping Ren
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣
nowitsrain: Wkwk mau debus dia kak
total 2 replies
Alesha Qonita
baca judulnya mirip sama drakornya babang ichang dan mami Ji-won 😂, Yangyang couple 🤭
Dewi Payang
sepupuan yaa saama si Laras?
nowitsrain: Bukan Kak hehe
total 1 replies
Dewi Payang
Untuk selalu ada? What? Aduh Ren....
Dewi Payang: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
nowitsrain: Sebagai sesama manusia 😭
total 2 replies
Nana Hazie
kenapa teresa nggak suka banget ma clarisa ya
Aresteia
good
esterinalee
luar biasa
Zenun
tuh kan tuh kan
nowitsrain: Salahhhhhh sayangkuuu
Zenun: iiiihh bener itu
total 5 replies
Zenun
setelin lagi last child coba
Zenun: penantian😄
nowitsrain: Wkwk lagu yang mana nih yang cocok untuk menggambarkan suasana suram ini
total 2 replies
Zenun
ada mah, di dengkul hehe
Zenun: hihihihi
nowitsrain: Wow, pantes...
total 2 replies
Zenun
lagi begulet jangan-jangan
Zenun: nyok 🏃‍♀️
nowitsrain: Astaghfirullah... ayo kita grebek!
total 2 replies
Zenun
Omelin mak. Reno masih aja bermain-main sama masa lalu hihihi
Zenun: Reno sukanya nyari kuman nih
nowitsrain: Emang sukanya nyari penyakit
total 2 replies
Dewi Payang
Ren.... Ren... bisa ga sih, ga usah pake peluk2 gitu.....
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣👍
nowitsrain: Bener sih ini...
total 6 replies
Dewi Payang
Seperti Clarissa bakalan lama deh Mam,🤭
nowitsrain: Betul...
Dewi Payang: Dia memang gak jahat kak, tapi situasi akan membuat dia terlihat jahat karena berada diantara Reno dan Ageeta, iya gak kak....
total 7 replies
Dewi Payang
Baru baca fikirannya si Mami, kok udah buat aku antipati sama si Clarissa🤭
nowitsrain: 😌😌 begitulah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!