Shahira atau lebih akrab dipanggil Ira. Dia dijuluki perawan tua, karena belum juga menikah bahkan diusianya yang sudah menginjak 34 tahun. Dia menjadi bahan gunjingan ibu ibu komplek.
Shahira pernah di lamar, tapi gagal karena ternyata pria yang melamarnya menyukai adiknya, Aluna.
Tapi, kemudian Ira dilamar lagi oleh seorang nenek untuk menjadi istri dari cucu kesayangannya. Nenek itu pernah di tolong Shahira beberapa waktu yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Hari ini Shahira pulang ke rumah ibu, karena ibu sakit. Dia sudah pamit sama nenek, tapi tidak pada suaminya. Apa pedulinya dengan laki laki itu yang selalu sibuk bekerja. Ah mungkin bukan sibuk bekerja, tapi sibuk berduaan dengan Aluna.
"Nak, apa kamu sudah izin sama suamimu untuk menginap di sini?"
"Sudah buk."
"Kalian baik baik saja kan?"
"Baik kok buk. Memangnya kenapa ibu bertanya seperti itu?"
Ira duduk di samping ibunya yang terbaring lemah di ranjangnya.
"Ibu lihat dari wajah kamu yang tampak lelah dan seperti sedang menyembunyikan sesuatu."
Ira tersenyum, "Gak ada kok buk. Semuanya baik baik saja."
"Ra, ibu kenal kamu nak. Ibu tahu kamu sedang ada masalah kan?"
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Ira tidak lagi mampu berbohong. Dia berakhir memeluk ibunya dan menangis dalam pelukan hangat wanita yang paling dicintainya itu.
Dia tahu putrinya dengan baik. Dia tahu putrinya sedang tidak baik baik saja. Tebakannya ternyata benar. Kini putri sulungnya itu menangis terisak dalam pelukannya. Tangisannya terdengar sangat pilu dan menyayat hati.
"Ibu tidak tahu masalah apa yang sedang kamu hadapi. Kalau pun kamu belum siap cerita sama ibu, tidak masalah nak. Tapi, datanglah pada ibu saat kamu bersedih atau sedang butuh pelukan hangat ibu. Ibu akan memeluk kamu dengan erat, ibu juga akan membiarkan kamu menangis sebanyak apapun kamu ingin menangis." mengelus punggung Ira dan sesekali memberi ciuman di puncak kepala Ira.
Ira tidak bisa mengatakan apapun saat ini. Dia tidak ingin membuat ibunya jantungan mendengar perselingkuhan Aluna dan Nicho. Tapi, diam saja juga bukan solusi terbaik, karena itu artinya Ira membiarkan adik dan suaminya berbuat maksiat. Ira harus bicara.
Puas menangis dalam pelukan ibunya, Ira pun kembali tersenyum dan merawat ibu dengan baik.
"Buk, boleh Ira keluar sebentar?"
"Mau kemana, nak?"
"Menemui teman buk. Kebetulan dia sedang ada urusan di daerah sini."
"Ya sudah pergilah."
"Ibu gak apa apa aku tinggal bentar ya buk."
"Iya sayang, ibu sudah baik baik saja kok."
"Kalau ibu butuh sesuatu langsung telpon aku ya buk. Aku gak jauh dari sini kok."
"Hmm. Sudah pergi sana."
Ira pergi setelah mencium ibunya.
Tujuan Ira saat ini untuk menemui Randi. Ya, saat dia tiba di rumah ibu tadi siang, Randi mengirim pesan padanya. Randi bilang mau membicarakan hal penting yang berkaitan dengan Aluna.
Disinilah mereka sekarang, di kafe yang tidak jauh dari daerah perumahan ibu.
"Hai, Ra. Apa kabar!" Sapa Randi saat Ira datang yang dibalas dengan senyuman saja oleh Ira.
"Aku dengar ibumu sakit. Apa sudah baikan?"
"Hmm, ibu sudah baikan."
Sebentar obrolan mereka terhenti karena Randi memesan minuman untuknya dan juga untuk Shahira.
"Ra, aku mau minta maaf atas apa yang dulu aku lakukan sama kamu." Randi meminta maaf dengan berlutut dihadapan Ira.
"Randi, kamu ngapain?!"
"Maafkan aku, Ra. Aku tahu aku pengecut. Tapi aku bersungguh sungguh ingin melamar kamu malam itu, perasaanku nyata, aku cinta sama kamu Ra."
"Randi, jangan seperti ini. Semua orang menatap padaku. Aku mohon, duduk lah di kursimu!"
Randi pun akhirnya bangkit dari posisi berlututnya dan dia kembali duduk seperti semula.
"Aku pengecut. Saat itu aku terlalu takut dengan ancaman Aluna." ujar Randi yang membuat Ira semakin tidak mengerti.
"Ra, sebenarnya Aluna mengancamku. Dia yang membuat aku membatalkan lamaranku untukmu malam itu."
"Randi kamu ngomong apa?!"
"Aku serius, Ra. Siangnya sebelum aku datang untuk melamar, Aluna menemuiku di apartemenku. Aluna menciumku secara paksa, lalu dia membuat adegan seakan aku memaksanya. Semua itu dia rekam tanpa aku sadari..."
"Randi kamu jangan asal ngomong! Jangan sembarangan memfitnah Aluna."
"Aku menceritakan kejadian sebenarnya, Ra. Dengarkan aku dulu kali ini saja. Aku tahu, meski aku menceritakan kebenarannya kamu tidak akan pernah menjadi milikku dan sepertinya kamu juga akan bertambah membenciku. Tapi aku pikir aku harus mengatakan ini. Karena inilah satu satunya caraku untuk menembus kesalahanku sama kamu, Shahira." celoteh Randi cepat tidak memberi jeda untuk Ira menyela ucapannya.
Tapi Randi masih harus menahan dirinya, karena saat ini pelayan kafe sedang meletakkan minuman yang tadi di pesan di meja mereka.
"Selamat menikmati, mas, mbak!"
"Terimakasih." ucap Randi dan Ira hampir bersamaan.
Setelah mereka kembali tinggal berdua, Randi tidak langsung melanjutkan ucapannya. Dia mereguk minuman untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. Sedangkan Ira, hanya diam saja. Dia masih terlalu bingung saat ini.
"Tahukah kamu, Ra. Rekaman yang Aluna ambil, memperlihatkan seakan aku melecehkannya. Aluna mengancamku dengan rekaman itu."
"Jangan mengada ngada Randi. Aluna tidak mungkin berbuat serendah itu. Lagi pula apa untungnya dia melakukan itu. Toh tidak sedikitpun Aluna mempunyai rasa buat kamu. Jangan mengkhayal terlalu jauh Randi."
Randi tersenyum getir mendengar kalimat barusan. Rasanya sakit, tapi ya sudahlah.
"Benar kata Aluna. Kamu tidak akan pernah percaya pada siapapun kecuali dia."
"Tentu aku lebih mempercayai adikku. Bukankah darah lebih kental dari pada air?" Ira tersulut emosi.
Randi mengambil hp dari saku jaketnya. Sebentar dia mencari sesuatu dilayar hp nya, lalu mendorong hp itu tepat di depan Ira.
"Lihat sendiri rekaman ini."
Dengan cepat Ira melihat rekaman video yang terputar di payar hp Randi. Matanya membola kala melihat adegan itu.
"Beraninya kamu melecehkan Aluna?!" Teriak Ira tertahan karena dia sadar dimana posisinya saat ini.
"Aku sudah menebak, kamu pasti akan berpikir begitu. Tapi tunggu dulu Shahira. Aku rasa kamu harus mendengarkan aku sampai selesai kalau kamu masih berniat untuk menyelamatkan pernikahanmu."
Kalimat Randi barusan membuat Shahira yang tadinya hampir berdiri untuk meninggalkannya pun menjadi tertunda. Ira pun duduk kembali dan menatap tajam wajah Randi yang malah tersenyum padanya.
"Setelah mendapatkan rekaman itu, Aluna mengancam akan menyebarkan video itu kalau aku tidak membatalkan lamaranku."
"Cukup Randi. Aluna tidak mungkin seperti itu. Dia adikku. Berhenti mengadu domba kami!"
"Aku tidak mengadu domba. Aku mengatakan faktanya, Ra. Bahkan Aluna mengatakan pada kedua orangtuaku bahwa kamu tidak perawan lagi. Kamu pernah punya pacar dan kamu hamil bahkan sampai menggugurkan kandungan. Karena itulah kamu selalu gagal menikah." ucap Randi cepat dengan diselimuti emosi tapi masih bisa dia kendalikan.
"Aku rasa kamu tidak sehat, Randi."
"Ya, aku memang tidak sehat, Ra. Aku hampir gila karena tidak bisa melindungi wanita yang aku cintai dari adiknya sendiri!"
Randi melemparkan beberapa lembar kertas photo di tengah tengah meja mereka. Photo Aluna dan Nicho.
"Dari mana kamu mendapatkan photo ini?!"
"Tidak perlu tahu. Aku melakukan semua ini karena aku masih punya hati nurani, Ra. Aluna tidak sebaik dan sepolos yang kamu kira."
Randi menceritakan semuanya pada Ira. Termasuk tentang cara Aluna menggagalkan setiap kali ada yang melamar Shahira. Aluna melakukan hal yang sama pada pria pertama dan pria pria selanjutnya yang melamar Shahira. Semua skenarionya sama.
Aluna merekam video seakan pria pria itu akan melecehkannya, lalu dia mengancam akan memperlihatkan video itu pada Shahira dan semua orang. Lalu menceritakan pada orangtua mereka bahwa Shahira sudah tidak perawan dan pernah menggugurkan kandungan. Shahira bukan wanita yang baik untuk mereka jadikan menantu.
Entah apa tujuannya berbuat seperti itu Randi dan beberapa pria lain yang menjadi korbanpun tidak mengetahui pasti. Hanya yang Randi tahu, Aluna sangat jahat dan sepertinya Aluna tidak mau kalah dari Shahira atau malah dia memang seorang wanita gila yang tidak akan membiarkan Shahira merasakan hidup bahagia sedikitpun.
"Kalau kamu mau menyelamatkan pernikahanmu, jangan mempercayai Aluna. Hanya sejauh ini aku bisa membantumu, Ra. Anggap ini sebagai permintaan maaf dariku karena pernah melukai hatimu."
Randi hendak melangkah pergi, tapi sesaat kemudian dia menoleh lagi pada Shahira.
"Suamimu... dia tidak akan bisa melepaskan diri dari Aluna jika kamu tidak membantunya untuk lepas. Percaya padaku. Aluna sangat licik." ucap Randi mengingatkan.
semoga ibu nya shahira cpt tau kelakuan aluna merusak keretakkan rumah tangga kakak nya sendri biar ibu merasa menyesal