Mantanku Seleb

Keadaan fisik Raka lebih baik dari kemarin, tetapi tidak dengan hati Raka sekarang. Ingatannya belum pulih, hati dan pikirannya masih tertuju pada Ajeng.

“Pak Raka, hari ini adalah sesi terakhir Anda melakukan terapi!” Daniel memberi tahu padanya saat Raka berusaha untuk berdiri dari kursi rodanya.

“Baguslah! Aku ingin segera berjalan,” tegas Raka.

Daniel menatap terharu melihat semangat Raka. Sepertinya jiwa Raka yang pantang menyerah itu sudah kembali ke tubuhnya.

Daniel dengan senang hati menemani pengobatan Raka sampai benar-benar pulih. Apalagi sebagai teman dekat, tentu saja dia inginkan Raka agar bangkit lagi.

“Butuh berapa waktu lagi saya bisa kembali berjalan?” tanya Raka pada dokter terapisnya.

“Jika Anda rutin minum obat dan sering melatih otot kakinya dalam waktu dekat Anda sudah bisa kembali berjalan,” jawab dokter.

Raka tersenyum tipis. Sepertinya dia sudah tidak sabar lagi untuk bisa berjalan. Ada sesuatu yang memicunya bersemangat seperti ini. Dia ingin merebut Ajeng kembali lagi di sisinya. Dia tidak peduli jika dia adalah tunangan orang lain. Pria tampan itu masih yakin kalau Ajeng tidak menghilangkan perasaan cintanya dengan mudah untuk orang lain.

“Raka! Besok aku kembali lagi ke Jerman. Apa kau tidak ingin mencoba pengobatan di sana?” Bayu kakaknya memberinya saran.

Raka menatap wajah kakaknya itu dengan perasaan asing. Dia masih tidak percaya jika Bayu sangat baik padanya. Bukankah kakaknya itu dulu sangat membencinya. Apalagi dia juga berusaha merebut Ajeng darinya.

Raka menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut dengan kakaknya karena dia masih merasa asing jika hubungan mereka akur.

“Jika kamu butuh bantuan, jangan sungkan untuk menghubungiku!” sambung Bayu dengan nada serius.

“Oh jadi begini rasanya punya seorang kakak,” gumam Raka dalam hati.

Setelah Bayu pergi Raka bertanya pada Daniel.

“Daniel, bagaimana hubunganku dengannya selama lima tahun ini?” tanya Raka yang penasaran

“Selama ini Pak Bayu jarang ke Jakarta. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di Jerman bersama ayah dan ibu Anda.”

“Benarkah?” tanya Raka. Ada sesuatu yang membuat hatinya merasa berlubang. Hidupnya terasa terkekang berada dalam kekuasaan neneknya. Sementara Bayu sepertinya lebih bebas bersama kedua orangtua mereka. Kenapa rasanya Raka menjadi sebuah tawanan.

“Pak Raka, aku sudah mengurus semua urusan rumah sakit. Hari ini juga kita pulang ke rumah!” ucap Daniel memberi kabar baik.

“Syukurlah semakin cepat semakin bagus!” ucap Raka.

Daniel mengangguk senang. Sepertinya suasana hati Raka sedang bagus. Apakah gara-gara dia bertemu dengan tunangan Ajeng dia berubah seperti ini.

Meski perkembangan Raka sudah bagus, tetap saja dia masih membutuhkan bantuan untuk berjalan. Dengan memakai kruk dia bisa bergerak. Dengan diantar Daniel, akhirnya Raka bisa pulang ke rumah. Benar saja, di rumah suasana rumahnya berubah tidak sesuai dengan ingatannya yang terakhir. Tidak ada lagi pajangan fotonya dengan Ajeng. Bahkan Raka merasakan hawa sepi dalam rumah ini seperti tidak ada kehidupan.

“Pak Raka, aku sudah menyewa suami istri untuk membantumu di rumah ini!” Daniel mengenalkan dua orang yang akan menjadi asisten rumah tangga.

“Ini Pak Gun dan Bu  Lia.”

“Selamat siang Pak Raka!” sapa Pak Gun dan Bu Lia.

“Hmm terima kasih sudah mau bekerja di sini,” ucap Raka.

“Kita yang harusnya berterima kasih karena sudah menawarkan pekerjaan ini,” jawab Pak Gun dengan penuh rasa hormat. Raka menatap satu-satu sepasang paruh baya itu. Sepertinya mereka orang baik dan dapat dipercaya.

Raka kemudian berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai satu dengan menggunakan kruk. Pak Gun hendak membantunya untuk membopong tetapi Raka menghindar karena selama dia masih bisa mandiri dan melakukannya sendiri.

“Pak Gun dan Bu Lia, saya titip bos ku ini ya. Kalau ada apa-apa nanti tolong hubungi aku!” Daniel memberi pesan pada meereka berdua.

“Baik Pak Daniel.”

“Sementara ini biarkan dia istirahat dulu! Kalian berdua bisa membereskan barang-barang kalian dulu di kamar yang sudah disediakan!” sambung Daniel memberi perintah.

Setelah memberi pengarahan pada asisten rumah yang baru itu, Daniel kemudian pergi meninggalkan rumah dan harus kembali lagi ke hotel. Selama Raka dirawat di rumah sakit, Daniel harus bertanggungjawab atas semua pekerjaan Raka.

Raka menuju ruang kerjanya. Dia ingin mencari sesuatu yang pernah ia tinggalkan di sini. Duda tampan itu kemudian membuka laci mejanya dan membongkar semua isinya. Entah apa yang ia cari, mungkin sesuatu yang berhubungan dengan Ajeng. 

Raka tidak menemukan apapun di laci meja. Apa benar dia tidak memiliki barang Ajeng sepotong pun di sini sebagai kenangan. Melihat layar komputer ia pun menyalakan layarnya dan membuka semua folder di sana. Siapa tahu ada petunjuk yang bisa membuatnya mengingat yang penting.

Dia mengecek kotak masuk dan keluar akun email-nya. Mengscrol layar dan menelisik isi surat yang masuk. Mencari siapa tahu ada pesan yang dikirim oleh Ajeng yang belum atau yang pernah ia buka. 

Selama lima tahun setidaknya ada beberapa pesan yang masuk darinya. Cukup jauh juga dia mencari sepanjang jangka waktu lima tahun itu. Tetapi tidak ada satu pun yang masuk. Ternyata komunikasi mereka pun tertutup.

Rasa kecewa mendera hatinya. Jadi selama lima tahun ini dia tidak pernah berhubungan sama sekali dengan Ajeng.

Baru saja Raka hendak menutup akun emailnya. Dia melihat ada beberapa pesan masuk dari perusahaan produksi film yang sering bekerja sama dengannya waktu dia masih aktif di industri film.

Mau tidak mau Raka akhirnya membuka kotak masuk dan mulai membacanya.

Setelah dia membaca satu persatu surat itu dan intinya mereka ingin mengajak Raka untuk memproduksi sebuah film layar lebar lagi.

Rasanya memang Raka vakum hanya beberapa bulan saja dari dunia sutradara. Meski secara hitungan sudah enam tahun lebih dia vakum.

Apakah ini yang dinamakan sebuah takdir. Raka mengetahui kalau rumah produksi film itu akan menawarkan beberapa nama aktris yang akan diajak untuk syuting ternyata salah satunya adalah A.J Agustina. 

“Ini mungkin kesempatan dari Tuhan yang dikirimkan kepadaku!” guman Raka dalam hati.

Nama Raka Mahesa tentu saja sudah memiliki nama yang tenar di antara sutradara film Hollywood.

Rumah produksi film yang bernama AJ Production itu rupanya bekerja sama dengan salah satu brand market place terbesar di Indonesia. Dikarenakan skenario film ini akan berlatar di beberapa kota di Indonesia. Tentu saja sentuhan Raka sebagai asli orang Indonesia akan dibutuhkan.

Tanpa banyak pikir panjang lagi, Raka kemudian membalas pesan itu dan mengatakan bersedia untuk menjadi sutradara produksi film tersebut.

Raka merasa kalau Tuhan sudah memudahkan dirinya untuk mendekati Ajeng lagi.