NovelToon NovelToon
Tarian-tarian Wanita

Tarian-tarian Wanita

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Slice of Life
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Made Budiarsa

Pada akhirnya dia terlihat menari dalam hidup ini. dia juga seperti kupu-kupu yang terbang mengepakkan sayapnya yang indah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : Ayu kecil

Ketika Aku berdiri di bukit, cahaya matahari pagi seperti biasa menyinari danau. Danu Beratan terlihat membiru dan gelombang-gelombangnya terlihat tenang di berbagai arah.

Bayangan-bayangan bukit yang mengitari danau terpantau jelas di Danau. Aku memilih memandangnya. Pantulan itu terlihat lebih indah dari yang aslinya. Terkadang yang palsu terlihat lebih indah.

Di pagi hari itu ada perahu di danau. Di dalamnya ada seorang gadis kecil bersimpuh. Cahaya mentari pagi yang hangat menyentuh kelembutan pipinya. Kebaya putih polosnya terlihat mencolok dalam bayang-bayang cahaya matahari. Selendang kuning terikat dengan indah di pinggangnya yang ramping. Di sampingnya ada kakek-kakek tua mendayung perahu, yang membuat beberapa gelombang-gelombang indah di danau.

Pada saat kecil aku juga pernah ingin menaiki perahu, tapi hingga sekarang aku tidak pernah melakukannya. Keinginan hanya keinginan. Ayu kecil pernah bersamaku. Gadis kecil cantik itu bercita-cita menjadi penari dan sama sepertiku. Kami pernah bersama-sama.

Di depan danau waktu itu, dia memandang danau dari kejauhan, seperti sedang menatap masa depan. Berbalik menatapku, dia mengatakan ingin menjadi seorang penari dan membuat komunitas yang sangat besar. Tapi dia kemudian ragu-ragu apa cita-citanya akan terpenuhi.

Aku meyakinkannya pada waktu itu, semua keinginannya akan tercapai.

“Apa Mbok juga ingin mendirikannya?”

“Ya, aku juga ingin mendirikannya.”

“Kita akan melakukannya bersama-sama, bagaimana?”

“Boleh saja.”

“Aku akan menunggu hingga tumbuh besar dan ahli dalam menari.”

“Di sana ada keong, bagaimana kalau kita membawanya pulang?”

“Jangan! Dia berhak hidup, dia akan mati jika kita membawanya pulang?”

“Maksudmu karena mabuk perjalanan? Itu tidak mungkin.”

Ketika aku ingin menangkapnya, Ayu melarangnya.

“Tidak boleh! Aku melarangnya! Dia akan mati nanti.”

“Ayu, kamu aneh.”

“Mbok juga. Mbok juga pernah menceritakan tentang pohon Kamboja yang tua itu di rumah.”

“Itu hanya imajinasi anehku.”

“Dan ini juga sama denganku.”

“Terserah kamu saja.”

Segera kami seperti kakak beradik dan saling menyayangi. Tapi suatu ketika kami berpisah. Ayu pergi ke kota bersama orang tuanya. Dia mengatakan akan bertemu denganku Suatu saat nanti ketika komunitasnya berkembang dan menjadi seorang penari ahli. Sampai sekarang dia tidak kelihatan. Aku penasaran bagaimana rupanya sekarang

Perahu di danau Semakin menjauh dan terus berlayar.

Di sana sebelumnya aku pernah melihat dua hujan saling bertemu. Mereka berasal dari utara dan selatan. Suara hujan itu mengingatkanku dengan sesuatu yang romantis. Hujan akhirnya bertemu di tengah-tengah danau dan menggabungkan dua hujan itu.

*******

Aku kembali ke rumah. Tidak ada ayah di rumah lagi. Rumah di samping jalan ini kesepian. Setelah ibu dan adik meninggal, rumah ini menjadi sangat kesepian. Kesepian rumah ini bukan karena tidak ada orang, tapi juga anak-anak kecil.

Ketika adikku belum lahir, aku adalah harapan satu-satunya ayah dan ibu. Mereka ingin sekali mencarikanku pasangan yang mau tinggal di rumah kami. Kelihatannya akan sulit dan aku berjuang di sana.

Bertahun-tahun kemudian adikku lahir. Semua kasih sayang ayah dan ibu di curahkan padanya. Aku merasa iri, tapi harus memendamnya. Adiku akan tinggal di rumah menjaga ayah dan ibu, sementara aku akan pergi menikah. Adiku akan mendapat pasangan yang lebih mudah, tapi aku akan kesulitan. Hidup kami sudah di bedakan dari lahir, dari status hingga jenis kelamin. Menurutku laki-laki dan perempuan merupakan dua makhluk yang setara, tapi di lingkunganku, laki-laki lebih unggul dan di inginkan dalam sebuah keluarga.

Aku membuka pintu. Ternyata tidak di kunci.

Nuansa rumah sangat sederhana. Ada bunga pucuk palsu di dinding rumah. Pucuk itu aku gunakan ketika sedang menari. Tapi sekarang tidak lagi di gunakan. Ayah dan ibu masih menyimpannya. Mungkin di gunakan untuk mengenangku dan mengingatkan mereka jika pernah memiliki seorang putri. Ayah masih bekerja mungkin dan aku akan menunggunya sekarang. Sudah lama aku tidak melihatnya. Dia sekarang pasti semakin tua dan berkeriput.

Pada matahari menjelang siang, ayah akhirnya datang. Dia menyambutku. Ingin membuatkan Teh. Aku menolaknya. Aku memandangnya beberapa saat. Ayah Tumbuh semakin tua dan wajahnya terlihat lebih tua dari aslinya. Kulitnya terlihat pucat dan hitam. Penderitaan-penderitaan tertanam jelas di wajahnya. Pria tua itu masih saja memperlihatkan kegagahannya. Dia lah yang telah memotivasiku untuk menjadi semakin kuat dan hebat. Wajahnya sekarang tidak setegas seperti dulu, tapi aku melihat pria tua itu tidak lebih berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Ketika ibu meninggal dan ketika aku menikah, ayah hanya mengucapkan selamat dan selamat tinggal. Dia tidak terlihat bersedih tapi berusaha mengatakan pada dirinya, semua itu memang harus terjadi. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana pria itu mengikhlaskan kepergian aku dan ibu. Tapi ketika adik meninggal, ayah hanya sedikit bersedih ketika aku mengunjungi beberapa hari setelah pemakamannya. Ayah berkata, “Putra kecilku meninggalkan kami.”

Dan dia tidak berkata apa-apa lagi. Aku masih bisa melihat kesedihan kehilangan putranya hingga sekarang.

Ayah pada akhirnya sendiri, bayangan masa depan hanya tanpa aku ternyata sangat berbeda, selain tanpa aku, bahkan ibu juga meninggalkannya. Ayah takut jika aku pergi dari rumah, ayah takut tidak memiliki cucu dan takut ketika tua tidak ada yang mengurusinya. Sehingga aku adalah harapan satu-satunya, tapi ketika adikku lahir, dia adalah harapannya. Tapi sekarang semua sirnah dan akhirnya ini yang terjadi. Ayah dan aku kemudian duduk di kursi panjang di natah.

“Bagaimana dengan sari?”

“Dia ada di rumah.”

“Lain kali, kau harus mengajaknya ke sini. Ayah ingin lihat bagaimana cucu kecil ayah.”

“Dia sudah besar.”

“Ayah bahkan lebih besar darinya.”

“Tidak menarik.”

“Jangan dipikirkan. Apa dia sehat?”

“Selalu.”

“Bagaimana dengan dirimu? Apa kau lebih baik, aku dengar kau masuk rumah sakit dan koma.”

“Aku harus rutin memeriksakan diri satu kali ke rumah sakit dalam se-minggu.”

“Kau terlahir kembali.”

“Suamiku mengatakan aku juga seperti itu. Dia juga mengatakan aku memiliki banyak keberuntungan.”

“Orang yang koma, sangat sulit untuk sehat kembali. Apa yang di katakannya benar adanya.”

“Aku merasa jengkel mendengarnya.”

“Kenapa merasa jengkel?”

“Aku tidak tahu.”

“Kumala, apa yang kau lakukan jika memiliki dua putri?”

“Aku tidak terlalu mementingkan anak laki-laki.”

“Tapi suamimu?”

“Dia juga sama.”

“Kau akan sedikit kesulitan memiliki menantu.”

“Aku tidak peduli.”

“kau membenci kami?”

“Kenapa aku membencinya?”

“Ah, sudahlah, itu sudah berlalu.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!