Nayla adalah seorang wanita cantik yang pekerjaannya tidak menentu, ibunya sudah meninggal sementara ayahnya pergi yang entah kemana.
Tanpa sengaja Nayla mendengar percakapan dua orang yang berencana ingin membunuh seseorang. Yang pertama nyawa Nayla terselamatkan lalu Nayla bertemu lagi dengan pria itu. Nayla pun diculik dan dibawa ke mansion miliknya untuk dijadikan sebagai pelayan pribadi melayani selama 24 jam.
Lambat laun perubahan sikap pria itu berubah-ubah, Nayla tidak bisa menebak kepribadian si pria pembunuh ini. Bahkan Nayla menjadi bahan gosip oleh para pelayan karena ulah si pembunuh. Pada suatu hari mereka pergi ke pasar, ada seseorang yang ingin menusuk Nayla dengan pisau.
Bagaimana kehidupan Nayla di mansion si pria pembunuh? Akankah bernasib baik atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikurung lagi
HAPPY READING!!!
.
.
.
“Apa kau ingin aku tarik lagi?”
Nayla menggeleng cepat. “Jalan lah duluan, aku akan mengikuti mu dari belakang.”
Rayan berjalan duluan menuju kamar samping disusul Nayla sambil bergumam kesal. Abe (Kepala pelayan) terkekeh melihat tingkah kekanak-kanakan Nayla.
“Kenapa bapak malah menertawakan ku?”
“Lucu, Nona seperti kanak-kanak.”
“Dia yang kekanak-kanakan.” Nayla menunjuk Rayan. “Dia sangat mudah marah, cepat tua.”
Abe (Kepala pelayan) berdehem. “Tuan Rayan memang sudah tua.” Sahutnya.
Sesaat Nayla menoleh. “Tua? Memangnya umur dia berapa?” penasaran.
“Kalau Nona sendiri umur berapa?”
“Aku? Aku 27 tahun, pengangguran padahal sudah mendapatkan panggilan kerja tetapi gara-gara dia aku tidak jadi kerja.” Nayla bercerita penuh kekesalan.
“Ternyata Nona masih sangat muda, kalau Tuan Rayan sudah mau 40 tahun. Mungkin umur Tuan 37 atau 38, saya lupa.”
Uhukkk… Uhukkk… Uhukkk…
Nayla yang mendengar itu langsung terbatuk-batuk, Nayla sangat tidak percaya kalau umur Rayan 37 tahun karena dari segi fisik apalagi parasnya seperti umur 29 atau 30 tahunan. Rayan suka berolahraga dan juga menjaga pikiran agar tidak stress sehingga membuat dirinya menjadi awet muda. Bahkan beberapa orang juga tidak percaya kalau Rayan umur 37 tahun, apalagi Nayla.
Rayan menoleh ke belakang. “Kenapa kau berjalannya sangat lama?”
“Tidak, rumahmu saja yang terlalu besar.” Sahut Nayla. “Apa kau tidak bisa bersikap baik kepadaku?”
“Tidak bisa, memangnya kau siapa?” berdehem. “Bukankah kau hanya seorang pelayan? Kenapa aku harus bersikap baik kepadamu?”
Nayla memasang wajah kesalnya sambil mengepalkan kedua tangan. “Ka-kau…”
Kini mereka bertiga sudah berada di halaman kecil yang dipenuhi bunga-bunga dan juga satu pohon besar. Terlihat di depan sana ada sebuah kamar, kamar itu akan menjadi tempat tinggal Nayla selama menjadi pelayan pribadi Rayan.
Nayla melihat sekitar. “Tempat apa ini?”
“Tempat ini adalah tempat yang akan menjadi tempat tinggal Nona.” Jelas Abe (Kepala pelayan).
Nayla tersenyum bahagia. “Benarkah?”
Abe (Kepala pelayan) mengangguk. “Tuan menyiapkan tempat ini khusus untuk Nona.”
Nayla berjalan menghampiri Rayan lalu berdiri tepat di hadapannya. “Apa benar?”
“Apa kau menyukai tempat ini? Kalau tidak suka, pindah ke tempat lain saja.”
Nayla memegang tangan Rayan. “Aku sangat menyukai tempat ini, sungguh aku suka.”
“Kenapa kau masih berdiri disini? Masuklah ke dalam.”
Nayla berlari kecil masuk ke dalam kamar itu diikuti Rayan dan Abe (Kepala pelayan). Dilihatnya sebuah kamar lumayan besar, didekat ranjang juga ada sofa empuk, dilengkapi kamar mandi mandi dan lemari pakaian.
“Wah, kalau begini aku tidak jadi menyesal ikut denganmu.” Ucap Nayla. “Benar-benar kamar bagus dan mewah.”
Ketika Nayla sedang mengamati kamarnya itu, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi kebingungan. Tiba-tiba perasannya menjadi gelisah, entah kenapa merasa tidak tenang.
“Oh iya bukankah aku datang kesini sebagai pelayanmu?”
Rayan mengangguk. “Ya, kenapa?”
“Aku hanya bingung, bagaimana bisa kau memberikan tempat tinggal yang mewah seperti ini untukku?"
“Di sini tidak ada bangunan yang buruk.” Ucap Rayan.
“Bukan begitu maksudku, kan biasanya kalau pelayan tidur dalam satu kamar dan ranjangnya juga yang bertingkat.” Jelas Nayla. “Apa semua pelayan tinggal di tempat seperti ini?” tanyanya.
Abe (Kepala pelayan) mendengar pertanyaan Nayla langsung menoleh Rayan dengan ekspresi bingung ingin menjawab apa kepada Nayla.
Sesaat Rayan berdehem. “Tidak ada yang perlu kau bingungkan, kalau kau tidak suka... Carilah tempat lain atau sekalian tinggal di dalam gudang dekat hutan.”
Nayla menggeleng cepat. “Aku sangat suka, aku akan tinggal disini.”
“Kalau kau suka tinggallah disini, jangan banyak bertanya!!!”
Nayla mengangguk sambil tersenyum. “Terima kasih.”
“Gunakan istirahatmu dengan baik. Ingat!!! Kau tinggal disini berstatus sebagai pelayan pribadiku, kapanpun aku bisa saja memanggilmu untuk melayaniku.”
“Baik Tuan.” Nayla tersenyum manis.
Rayan menoleh Abe (Kepala pelayan). “Pasang telpon genggam lalu sambungkan ke telpon ruangan kerja dan juga kamarku.” Perintahnya.
“Baik Tuan.”
Rayan beranjak pergi keluar dari kamar itu diikuti Abe (Kepala pelayan). Nayla menghempaskan badannya ke atas ranjang lalu menatap langit-langit kamar.
“Ah ini surga duniawi, ternyata tinggal bersama seorang pembunuh tidak terlalu menyeramkan.” Gumamnya. “Tinggal selamanya disini juga aku tidak masalah, benar-benar nikmat berbaring di atas ranjang mahal.”
.
.
.
Sore harinya cuaca berubah menjadi sangat mendung, beberapa kali terdengar suara petir diiringi kilat putih. Saat ini Rayan bersama kedua bawahannya sedang berada di dalam ruangan dekat tangga.
“Kurung wanita itu di gudang belakang, jangan sampai dia keluar dari gudang itu! Yang boleh masuk ke dalam sana hanya Abe (Kepala pelayan).”
“Kenapa bos ingin mengurungnya? Bukankah bos sudah memberikan kamar samping itu untuknya?” tanya Patrick (Bawahan 1).
“Lakukan saja!!!”
“Baik bos.”
Kedua bawahan bergegas keluar dari ruangan Rayan lalu berlari kecil menuju kamar Nayla, beberapa saat kemudian Rayan menyusul keluar. Rayan berdiri di teras mansion, ketika ingin masuk ke dalam mobilnya tiba-tiba melihat kedua bawahan menyeret Nayla.
Patrick (Bawahan 1) memegang Nayla sekuat tenaga karena Nayla berusaha melepaskan tangannya. “Wanita ini tenaganya sangat kuat.”
Bram (Bawahan 2) mengangguk. “Dia habis makan apa? Aku saja hampir kewalahan menghadapinya, dari tadi tidak bisa diam.”
Nayla bergerak-gerak agar kedua bawahan melepaskan tangan mereka. “KYAAA LEPASKAN AKU, KENAPA KAU INGIN MENGURUNGKU LAGI? KENAPA? MEMANGNYA AKU SALAH APA?” teriak Nayla kepada Rayan yang kebetulan sedang melihatnya. “PRIA GILA, UNTUK APA KAU MEMBERIKANKU KAMAR MEWAH KALAU UJUNG-UJUNGNYA KAU KURUNG DI GUDANG? JANGAN KURUNG AKU.”
Rayan sama sekali tidak peduli dengan teriakan suara Nayla yang berkata buruk tentangnya itu, sesaat menghela nafas lalu masuk ke dalam mobil. Rayan menjalankan mobil itu meninggalkan teras keluar gerbang, perlahan Rayan menarik ujung bibirnya.
.
.
.
Di dalam gudang belakang, Nayla hanya bisa diam duduk termenung. Nayla bingung apa yang sebenarnya terjadi kepadanya karena Rayan mengurungnya lagi, padahal baru saja dibahagiakan dengan diberi kamar mewah.
“Kenapa dia mengurungku disini? Ada apa dengannya?” cemberut. “Aku benar-benar tidak mengerti.” Membuang nafas kasar. “Apa dia memiliki penyakit gangguan jiwa? Perubahan sikapnya sangat drastis, apa yang diinginkan pria itu? Ahhhhh sangat tidak menyenangkan.” Kesalnya. “Apa yang bisa ku lihat di dalam gudang ini?”
Nayla memindahkan bokongnya duduk di paling ujung, rasanya ingin menyerah. Nayla berpikir seolah-olah takdir baik tidak berpihak kepadanya. Nayla merasa tidak ada yang tulus dalam memperlakukan nya, di tengah kekesalannya terdengar suara perut berbunyi karena merasa lapar.
...Bersambung…...
Jangan lupa dukung karya ini agar Author tidak malas untuk melanjutkan ceritanya:)