Setelah pembantaian yang terjadi di desanya, dua gadis kecil entah bagaimana bisa selamat.
Setelah itu, karena takut para pelaku akan kembali, mereka diam-diam meninggalkan desa tempat kelahiran mereka.
Namun, sebuah insiden kembali menimpa keduanya yang membuat mereka berpisah.
Sang kakak perempuan 'Seina' memiliki pertemuan misterius yang akan mengubah jalan hidupnya.
Demi balas dendam, demi adiknya, Seina memulai perjalanannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilachuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tumpangan
"Maaf menunggu!"
Pesananku datang dan aku segera menyingkirkan peta yang ada di mejaku.
Namun saat kukira makanan itu akan segera diletakkan di meja, ternyata tebakanku salah.
Aku mengangkat kepalaku dan melihat tubuh kaku dari pelayan kedai itu.
Wajahnya sedikit merah dan matanya tampak sedang memandangi sesuatu.
Aku sedikit khawatir dengan perilakunya, jadi aku mencoba untuk bertanya. "Anu, apakah kamu baik-baik saja?"
"...E-eh, maafkan saya. Aku sedikit lengah barusan." dia mengatakan itu dan dengan cepat menurunkan pesananku.
"Lengah?" aku penasaran, jadi aku mencoba untuk mengejar topik tersebut.
Kemudian wanita itu menunjuk ke arahku, atau lebih tepatnya ke arah Wise. "H-habisnya itu sangat lucu dan imut, aku benar-benar tidak tahan dengan yang seperti itu."
Ah, jadi seperti itu.
Pernyataan wanita itu membuatku sedikit tercerahkan, memang ada beberapa gadis yang mencintai hal-hal yang imut.
Atau mungkin kebanyakan ya?
Karena aku tidak memiliki kepribadian yang seperti itu, agak sulit bagiku untuk menyimpulkannya.
"Kalau begitu, apakah kamu ingin menyentuhnya sedikit?"
"B-bolehkah aku?"
"Emm..." aku mengangguk dan menyerahkan Wise dengan lembut.
"Wah... imutnya~" aku mendengar nafas wanita itu menjadi lebih cepat, wajahnya juga tampak lebih merah dari sebelumnya.
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi kepadanya, tapi aku akan menarik kembali pernyataanku sebelumnya.
Memang banyak para gadis yang menyukai hal-hal imut di luar sana, tapi tidak semua dari mereka memiliki fetish aneh seperti wanita ini.
Mengesampingkan tentang topik barusan, aku mengingat tujuanku datang ke kedai ini, jadi aku harus mencoba untuk memastikan.
"Anu, aku ingin tahu apakah ada seseorang di sini yang sedang menuju ke kota Lunar? Aku saat ini sedang membutuhkan tumpangan."
Mungkin pertanyaanku datang sedikit tiba-tiba, jadi itu sedikit merusak momen bahagianya.
Namun Wise sendiri juga pengertian, saat wanita itu diseret kembali pada kenyataan, dia langsung melompat keluar dari pelukannya dan segera masuk ke tempat persembunyiannya.
Aku melihat wajah itu sedikit menyesal, tapi dia tetap menjawab dengan antusias. "Ada kok orang yang menuju ke kota Lunar."
Setelah itu dia mengalihkan pandangannya ke suatu tempat dan berbicara dengan agak keras. "Kimu-san, nona ini mau pergi ke kota Lunar, apakah anda mau memberikan tumpangan?"
"Oh, penumpang ya... Tidak masalah kok, Sofya-chan. Cukup sepuluh koin perunggu saja untuk biayanya."
"Terima kasih banyak." setelah itu dia kembali mengalihkan perhatiannya kepadaku. "Begitu katanya."
"Terima kasih. Aku tidak bermasalah dengan total biayanya."
"Ngomong-ngomong, bagaimana aku harus memanggilmu ya? Ah, maaf karena menanyakan hal yang tiba-tiba. Hanya saja aku merasa bahwa nona memiliki aura yang sedikit berbeda, jadi aku hanya ingin kenalan. Namaku Sofya, pemilik kedai ini."
"Aku, Seina. Salam kenal, Sofya-san."
"Ah, sama-sama, Seina-san."
Setelah itu, Sofya-san kembali ke pekerjaannya dan aku mulai menyantap makanan yang ku pesan.
Tapi aku masih tidak menyangka, Sofya-san awalnya kukira adalah pelayan, ternyata dia adalah pemilik kedai yang sebenarnya.
Memiliki usaha sendiri di usia semuda itu, mungkinkah hidup seseorang bisa menjadi sangat mujur?
"...Ini enak sekali."
Setelah itu, aku menghabiskan makananku dan hanya membayar biaya dua koin perunggu.
Kemudian dengan bantuan Sofya-san, aku berkenalan dengan Kimu-san yang sama-sama memiliki tujuan ke kota Lunar.
Jadi tanpa membuang banyak waktu, kami langsung berangkat ke kota tersebut.
Ngomong-ngomong bukan hanya kami berdua yang menuju ke kota tersebut.
Ada beberapa orang lainnya, dan ada dua petualang yang menumpang di tengah jalan.
Mereka sepertinya sibuk membicarakan tentang festival atau hal semacamnya.
Ini mengusik minatku, namun aku tidak bisa memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka.
Bergoyang.
Tepat saat hari hampir gelap, sesuatu tiba-tiba terjadi kepada kereta kuda Kimu-san.
"Ada apa, Kimu-san?"
"Maafkan aku, sepertinya terjadi kerusakan pada roda kereta. Jadi kalian tolong turunlah sebentar selagi aku membenahinya."
"Apakah itu akan memakan waktu lama?" tanya salah seorang penumpang wanita.
Ia memiliki kacamata di wajahnya, dengan gaun coklat tua.
Dilihat dari penampilannya yang sopan, sepertinya dia adalah orang yang terpelajar.
"Aku tidak bisa memastikannya. Jika itu tidak parah, kita akan bisa melanjutkan perjalanan sebelum malam tiba."
Kimu-san mengatakannya seperti itu, namun kerusakan pada roda kereta ternyata lebih parah dari dugaannya, dan kami semua terpaksa bermalam di tengah jalan.