Aluna tiba-tiba diceraikan oleh suami nya Wardana, tepat saat anniversary pernikahan mereka yang ke 7 tahun. Padahal malam itu dijadikan Luna sebagai momen untuk membagi kabar bahagia, kalau ia telah sembuh dari sakit kanker yang menyerangnya selama 4 tahun terakhir.
Wardana mengatakan ingin menikahi Anita Yang sedang hamil anak kakak nya, Tapi fakta baru terungkap, keluarga Wardana menginginkan kematiannya, dapatkah Luna mengungkap tabir misteri yang keluarga Wardana sembunyikan?
Yuuk dukung karya terbaru aku.. jangan lupa subscribe nya ya..
karena subscribe kan kalian sangat berarti untuk menambah imun biar lebih semangat lanjutin cerita nya❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanayaa Irany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Aji meremas ponselnya saat Aluna tak merespon panggilannya, ia mengambil ponsel yang satu nya lagi lalu menghubungi anak buah nya, sementara panggilan aluna tetap ia sambungkan tanpa ia putus sama sekali.
“Halo.. kalian datang ke perumahan Batavia di jalan melati no.13 sekarang! Kabarkan padaku apa yang sedang terjadi disana menjelang aku sampai!” kata Aji dengan suara keras, membuat adik nya Gita yang sedang lewat diruang kerja kakak nya pun berhenti dan menoleh..
Aji buru-buru mengambil sweater dan kunci mobil sport nya, namun Gita menghadang nya didepan pintu.
“Mas, mau kemana?”
“Aluna dalam bahaya.. mas pergi dulu!”
“Aluna?? Tunggu mas aku ikut!”
“Duh Git.. ini genting banget situasinya.. aku buru-buru loh!”
“Iya tapi ini masalah sahabat aku mas.. pokoknya aku ikut!”
“Ya sudah ayo!”
Dalam perjalanan menuju rumah Aluna, Gita sempat mengabari Bintang soal kejadian ini..
Sementara itu, Aluna masih meringkuk ketakutan dibalik pintu.. namun ia ingat kalau tadi dia akan menelpon Bintang. Saat ia dengan tangan gemetar mengambil ponselnya yang terjatuh agak jauh dari dirinya, Aluna kembali mendengar gedoran pintu dari Wardana.
“Aluna kenapa kamu mengunci pintunya? Mas tidak akan melukai kamu Lun.. Justru mas akan melindungi kamu!” kata Wardana dengan usaha nya yang masih berusaha membuka pintu kamar Aluna.
Aluna berhasil mendapatkan ponselnya lagi, Ia agak kaget kenapa justru ia menelpon kakak nya Gita dan bukannya Bintang. Apalagi panggilan itu sudah berlangsung selama 10 menit lama nya.
“Halo..” Aluna mencoba bicara untuk memastikan apa telepon itu masih menyala.
[Aluna.. apa yang terjadi, Wardana melakukan sesuatu?] Tanya Aji diujung telepon, jelas sekali kalau suara nya terdengar sangat cemas.
[Aluna jawab aku! Kenapa kau diam saja..]
“Mas Aji…”
[Iya Aluna.. aku dan Gita sedang dalam perjalanan menuju rumah kamu..]
Aluna menelan saliva nya..
“Aluna!! Kalau kamu nggak buka pintunya.. mas akan dobrak!” teriak Wardana dengan suara kencang, membuat Aluna semakin takut.. ternyata ucapan Bintang benar, harusnya ia pergi saja dari sini secepat nya.. meskipun tadi Wardana tidak melakukan apapun, tapi entah kenapa ia merasa sangat takut.. pelukan suami nya tadi seperti bukan suaminya selama ini.
[Aluna kamu masih mendengarkan aku? Dengar.. jangan takut, sebentar lagi aku sampai, anakbuah ku juga ada dibawah.. tenang lah.. dan usahakan cari jalan keluar dari sana.
“Mas Aji.. aku berada di lantai dua.. mas Wardana.. aku takut padanya mas.. bisakah kamu membantu ku mas!”
[Aku akan membantumu.. kamu tenang sekarang ya.. coba kamu keluar ke jendela atau pintu.. supaya anak buah ku bisa melihat mu, dan mereka akan mencari cara untuk meurunkan kamu dari sana!]
“Iya..”
[Aluna.. jangan takut.. tenangkan pikiran mu lebih dulu yang penting.. aku tahu saat kau panik kaki mu akan terasa lemas kan.. jadi tenang lah Lun.. sebentar lagi kami akan sampai!] kata Gita yang ikut bersuara.
Benar yang dikatakan Gita, saat panik kaki Aluna susah untuk digerakkan.. entah kenapa bisa seperti itu, tapi saat detak jantung nya beretak sangat kuat, maka kaki nya akan semakin sulit untuk berjalan.
Dengan tertatih seperti orang lumpuh, Aluna menyeret kaki nya menuju jendela yang terhubung ke arah jalan, susah payah ia membuka kunci jendela nya, saat berhasil barulah ia melihat empat orang laki-laki berpakaian seperti preman melambai padanya dengan tulisan ‘Kami orang nya Pak Aji!’ .. Aluna membalas dengan melambaikan tangan juga.
Tak lama setelah itu barulah Aji dan Bintang tiba bersamaan disana.
“Aluna..” Bintang sangat cemas dengan keadaan Aluna yang seperti itu.
“Kau! Kenapa kau bisa ada disini?” Tanya Aji dengan ketus pada Bintang.
“Gita yang mengabari ku!” jawab Bintang tak kalah ketus, sontak Aji langsung menatap adik nya dengan tatapan kesal.
“Mas sudahlah.. lupakan dulu soal dendam kalian itu, kita selamatkan Aluna lebih dulu, dan jangan sampai Wardana bisa mendengar kita!” kata Gita menengahi.
Anak buah Aji langsung membuat simpul tali untuk menurunkan Aluna, tali itu mereka lemparkan pada Aluna yang berada diatas, Aluna mencoba meraihnya.. namun genggaman tangannya tak sekuat itu.. hingga beberapa kali mencoba tali itu tetap terlepas.
Aji memutar otaknya.. hingga akhirnya ia memutuskan untuk naik keatas membawa Aluna turun.
“Kenapa kau yang naik.. aku saja!” kata Bintang menginterupsi.
“Kau bisa apa? Lebih baik kau berjaga dibawah dan bersiap memberikan pertolongan padanya.. kau bawa obat-obatan tidak?”
“Justru kalau aku yang keatas aku bisa langsung menangani Luna!”
“Bukannya menangani, kalian justru akan ketahuan oleh Wardana..”
“Astaga.. Cukup!! Bisa tidak kalian berdua jangan beretengkar, itu Luna diatas sana.. dia butuh kita, kalau kalian berdua bertengkar terus aku saja yang naik keatas!” sahut Gita menengahi.
“Jangan! Ya sudah kau saja yang naik, kalau kau macam-macam pada temanku, aku akan membuat perhitungan!” sahut Bintang pada akhirnya menunjuk Aji.
Aji tak menjawab, ia meminta anak buah nya mengingatkan tali tadi ketubuhnya.. sedang tali yang satunya sudah berada diatas. Setelah siap barulah ia mulai memanjat ke lantai dua rumah Aluna. Tak butuh waktu lama untuk Aji sampai keatas..
“Aluna.. maaf apa tidak apa-apa kalau aku menggendong kamu?”
Luna menggeleng lemah.. taka da cara lain karena saat ini ia lemas sekali. Aji pun menanyakan itu mengingat Aluna memakai hijab. Akhirmya Aji menggendong Aluna di pundaknya, karena bobot tubuh Aluna yang mungil memudahkan Aji membawa nya turun.
Setelah sampai ke bawah, Aluna langsung disambut oleh Gita dan Bintang. Sementara suara dobrakan dari arah lantai atas terdengar sangat kuat, membuat mereka semua kaget.
“Sepertinya mas Wardana sudah berhasil membobol kamar ku.. bawa aku pergi dari sini Git..”
“Ya sudah kalau begitu kita kerumah saja ya Lun.. Bintang ikut kami ya,, Aku takut Luna perlu perawatan!”
“Oke.. masuklah ke mobil kakaknya Gita Lun,, aku akan mengikuti kalian dari belakang..cepatlah sebelum Wardana tahu.”
“Aluna?? Sayang.. kau kemana?” Wardana berteriak dengan sangat kuat membuat beberapa tetangga keluar dari dalm rumahnya..
Saat beberapa tetangga mulai berdatangan ke rumah Wardana, mobil Aji dan juga Bintang sudah agak menjauh dari sana.
“Ada apa?” Tanya tetangga wardana,
“Istriku hilang pak.. tadi kami sempat bertengkar.. tapi aku tak menyangka kalau dia akan meninggalkan aku!”
“Apa bapak memukul istrinya?”
“Tidak pak! Saya berani bersumpah kalau saya tidak menyakiti nya,,” Wardana duduk lemas diatas rumput, ia tak menyangka sikapnya tadi justru membuat Aluna merasa takut dan cemas.
“Sabar ya pak.. tadi saya melihat ada 3 mobil disini.. saya tidak lihat dengan jelas siapa didalam nya,, ada Bu Aluna atau tidak saya tidak tahu..”
"3 mobil?"