Rinjani Nestia Dwilaga atau yang kerap disapa Jani karena kecerobohan dan keisengannya terjebak di satu kamar dengan seorang pria.
Charles Smith Willian yang diberi obat tidur oleh seseorang dibuat terkejut karena saat bangun ia berada satu ranjang dengan seorang gadis.
Ditangkap basah oleh kakak gadis itu dan disuruh menikah.
"Kalian harus menikah!!"
"Kami tidak melakukan apa-apa." Ucap keduanya.
Merasa terjabak dengan pernikahan ini mereka berdua membuat perjanjian. Setelah setahun pernikahan mereka akan bercerai.
" Jangan saling mencampuri urusan masing-masing!" ucap keduanya kompak
Akankan mereka benar akan bercerai?
Atau akankah timbul benih cinta pada keduanya.
Tolong baca setiap bab dan jangan lupa tinggalkan jejak, jangan tabung bab ya. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cintaku-Perjaka Tua 15
" Janiiii banguun!!!"
Suara Sekar menggelegar memenuhi kediaman Dwilaga. Ibu Ratu yang berkuasa di kediaman itu sedang menunjukkan bagaimana kekuatan suara bisa membangunkan seisi rumah. Terlebih anak gadisnya yang sudah digedor berkali-kali pintu kamar miliknya juga belum kunjung bangun. Padahal perias pengantin sudah datang sejak 15 menit yang lalu.
" Bunda ih, manggilnya pelan apa. Jani masih ngantuk bund"
Sekar mengusap wajahnya dengan kasar. Hampir saja tangan Sekar melayang ke telinga Jani bersiap menjewer gadis itu. Beruntung Jani langsung ingat kalau hari ini di akan menikah. Gadis itu langsung berlari ke kamar mandi, mandi sebentar lalu melaksanakan kewajiban 2 rakaat. Dengan langkah seribu Jani langsung menuruni tangga dan mengatakan pada sang bunda bahwa dia siap.
" Heheh, maap ya mbak. Semalam tidur telat jadi bangunnya telat."
" Oke mbak, nggak masalah. Masih cukup kok waktunya. Akad jam 8.00 kan?"
Sekar menghembuskan nafasnya dengan penuh kelegaan, sang MUA termasuk pribadi yang sabar dan pengertian. Lagi pula Sekar memang membooking MUA itu untuk full satu hari, jadi mbak tukang rias tersebut tidak terburu-buru untuk pergi merias di tempat lain.
Di saat Jani di rias, anggota keluarga lain tampak sudah siap. Kakak dan kakak ipar Jani mulai menyambut beberapa tamu yang diundang. Tidak banyak memang, hanya segelintir saja karena memang niat awalnya mereka tidak melakukan pesta besar.
Beda dengan Jani yang sama sekali tidka ada kegugupan, Charles sedari bangun dan memakai tuxedo hitamnya itu terlihat begitu gelisah. Di ruang tamu beberapa orang sudah menunggu, ada adik dan kedua orang tuanya beserta ketiga sahabat dekatnya tentunya.
Rosa jelas sekali bisa melihat raut gelisah di wajah sang putra. Wanita paruh baya itu mendekat ke arah putranya lalu memegang tangan dan mengusap dada Charles dengan lembut dengan sesekali menepuknya.
" Mommy tahu kamu begitu gugup, tapi mommy akan bertanya sekali lagi, apakah sudah siap?"
" InsyaaAllaah siap."
" Satu hal yang ingin mommy sampaikan, jaga pernikahanmu. Usahakan satu untuk selamanya. Ingat, menikah itu ibadah bukan untuk main-main."
Deg
Bagai ditampar menggunakan sebuah gada yang panjang nan besar. Kata-kata Rosa membuat Charles seperti diingatkan atas apa perjanjian dirinya dengan Rinjani Tempo hari. Seketika wajah Charles berubah, bukan gelisah melainkan takut.
Menikah? Ibadah? Jangan untuk main-main? Tapi kami sudah sepakat untuk berpisah nanti.
Charles bergumam dalam hati. Panggilan sahabat-sahabatnya pun sedikit ia acuhkan hingga sang adik menarik tanga miliknya.
" Bang, ayo! Udah ditunggu. Cilla tahu abang gugup, tapi kita harus bergegas. Mumpung masih pagi biar nggak kena macet."
" Ah iya, ayo."
Charles menyadarkan diri dengan semua lamunannya. Entah apa yang akan terjadi nanti, tapi yang jelas saat ini pernikahan harus dilakukan.
Sesampainya di mobil, ponsel Charles berdering. Dilihatnya sepintas, tertera sebuah nama di sana, Agatha. Charles mengacuhkan panggilan tersebut dan memilih untuk mematikan ponselnya.
🍀🍀🍀
Akad nikah yang akan dilaksanakan puk 08.00 pagi ini tampaknya tidak akan ada halangan. Rombongan Charles sudah datang 15 menit yang lalu dan Jani sendiri juga sudah selesai di rias setengah jam yang lalu. Bahkan saat ini Charles sudah siap berada di meja akad menghadap ayah dari calon mempelai wanita, Arya Dwilga Suseno.
Baik Aryo maupun Charles terlihat sama-sama gugup. " Dua kali nikahin anak, sekarang baru ngerasain duduk di meja ini. Asli deg-deg an juga rupanya," gumam Aryo lirih.
Ya putra pertama dan putra keduanya sudah menikah dia juga sudah menyaksikan keduanya tapi ternyata menikahkan putrinya merupakan hal lain. Aryo sungguh merasa sangat gugup.
" Iyaaaak, mas manten dan pak mertua sama-sama gugup. Gimana, sudah pada siap to," tanya pak penghulu yang sudah siap di meja akad
" Siap pak!" jawab Aryo dan Charles bersamaan.
Aryo diminta menjabat tangan Charles, dengan satu tarikan nafas Charles mengucapkan kalimat ijab qabul dengan sangat lantang. Kata 'SAH' menggema dienjuru kediaman Dwilaga.
Di dalam rumah Jani sedikit terkejut saat kata itu diteriakan dwngan lantang. Jika biasanya yang membawa keluar pengantin wanita adalah ibu dan suadara wanitanya, tapi tidka dengan Rinjani. Rinjnai diapit oleh ketika kaka lelakinya.
Radi, Dika, dan Andra, ketiganya membawa Jani keluar dari rumah menuju pelaminan sederhana namun elegan yang sengaja Jani minta dari pihak WO.
Charles sejenak terpukau oleh kecantikan Jani. Gadis yang beberapa kali ia temui dengan dandanan kasual dan cenderung tomboy kini terlihat begitu cantik dan menawan dengan balutan kebaya berwarna baby blue. Rambut Jani ditata sederhana, riasan flawes cukup membuat wajah ayu Jani semakin bersinar.
Radi memberikan Jani kepada Aryo dan Aryo memberikan tangan sang putri kepada Charles.
" Jaga putriku, cintai dan sayangi dia. Jangan sekalipun kamu menyakitinya. Jika sudah tidak ada cinta lagi, lebih baik kamu kembalikan kepadaku maka dengan senang hati aku kan menerima kembali putriku."
" InsyaaAllaah saya akan menjaga putri ayah dengan baik, saya tidak bisa berjanji tapi saya akan memberi bukti."
Aryo tersenyum, ia sepintas mencium kening Jani. Air mata pria paruh baya itu mengalir tanpa permisi. Sebaris doa terucap dalam hati semoga orang tua Charles menyayangi Jani seperti ia dan sekar menyayangi Silvya dan Hasna.
Kedua pengantin kembali duduk dimeja akad untuk menyelesaikan administrasi dan ritual pemasangan cincin.
" Selamat jadi istri bocah," bisik Charles saat dia mencium kening Jani.
" Elaah om, suami-istri perjanjian ini," sahut Jani lirih.
Charles hanya menanggapi itu dengan senyuman. Jani merasa ada yang aneh dengan pria dewasa yang sekarang jadi suaminya itu.
Kok kayaknya om-om ini kayak beneran jadi suami gue yak. Gue ngerasa doi jadi gimana gitu. Bodo ah.
Rinjani bergumam dalam hati. Tapi sedetik kemudian dia fokus saat ibu dan kedua kakak iparnya mengucapkan selamat, pun dengan kedua mertua dan adik iparnya. Meskipun usia Jani lebih muda dari pada Cilla tapi Cilla tetap menghormati Jani dengan memanggil istri dari Abangnya itu kakak.
Jani sebenarnya canggung tapi dia ingat bagaimana Andra juga memanggil Hasna kakak ipar meskipun usia Andra lebih tua dari pada Hasna.
" Bersiaplah menjadi istri bocah."
" Eits inget om, jangan campuri urusan masing-masing."
" Ho ho ho, kita lihat saja nanti."
Entah mengapa Charles tampak begitu berbeda saat ini dimata Jani. Biasanya Charles bersikap dingin dan tenang, tapi sepanjang acara pernikahan berlangsung Charles begitu usil dengan kata-kata absurd yang keluar.
" Jika memnag pernikahan ini akan jadi satu selamanya maka perjanjian itu harus ku ubah. Aku akan membuat kita saling mencintai satu sama lain."
TBC
