S 2
"Aku Punya Papa." Tiga kata yang selalu diucapkan Farzan bocah berusia 6 tahun itu, ketika teman-teman seusianya mengolok dirinya tidak punya papa.
Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya yang selalu diolok, namun Zana hanya bisa diam karena dia tidak bisa menunjukkan siapa ayah dari anaknya.
Hingga ketika Farzan dinyatakan mengidap Pneumonia, penyakit yang bisa mengancam nyawanya, membuat dunia Zana seakan runtuh. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk pengobatan putranya, namun hasilnya selalu nihil bahkan semua yang ia punya telah habis terjual. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Zana kembali ke kota kelahirannya untuk mencari sosok ayah biologis putranya, yaitu laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya 7 tahun lalu, dengan harapan laki-laki itu bisa menolong putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15. HAMPIR CELAKA
"Wah Farhan, kau sangat tampan sekali memakai baju pengantin ini." Keyla langsung bergelayut manja di lengan Farhan begitu calon suaminya itu keluar dari ruang ganti.
"Aku jadi sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan kita." Lanjutnya. Wanita itu tersenyum sumringah membayangkan hari pernikahannya yang akan digelar dengan sangat meriah, terlebih nanti tidak akan ada lagi Farzan yang akan menganggu hubungannya dengan Farhan setelah menikah.
"Key, jangan seperti ini. Tidak enak dilihat orang." Farhan berusaha menjauhkan Keyla yang memeluk lengannya. Selain merasa risih, ia tidak ingin membuat Farzan semakin merasa sedih bila melihatnya.
"Oh ya, Farzan dan Zana ada dimana? Kenapa mereka tidak ada disini?" Tanyanya kemudian.
"Aku tidak tahu." Jawab Keyla terdengar ketus, ia merasa kesal Farhan sedikit mendorongnya tadi.
"Bagaimana bisa kau tidak tahu?" Farhan mengedarkan pandangannya mencari sosok yang katanya sangat ingin melihatnya memakai baju pengantin ini. Namun, dimana dia sekarang.
"Keyla, apa kau benar-benar tidak melihat kemana perginya Farzan dan mamanya?" Tanya Farhan lagi, entah kenapa ia menjadi cemas tidak melihat keberadaan ibu dan anak itu.
"Paling mereka juga pergi jalan-jalan diluar." Ujar Keyla, namun itu tak membuat Farhan merasa lega. Entah kenapa feeling-nya mengatakan sesuatu yang lain. Ia merasa cemas.
"Key, aku harus mencari mereka dulu." Ujar Farhan. Namun, baru akan melangkah, langkah kakinya terhenti ketika melihat kedatangan Zana yang membawa satu setel pakaian santai.
"Kau sendirian, Farzan ada dimana?" Tanyanya langsung begitu Zana telah berdiri dihadapannya.
Mendapat pertanyaan itu, Zana langsung melempar tatapannya pada Keyla. Yang membuat wanita itu langsung nampak gugup, meskipun yakin om Wiliam berhasil dengan rencananya namun tetap saja ia merasa takut jika Farhan mengetahuinya.
"Tadi Keyla memintaku untuk mencari pakaian, dan Farzan ada bersamanya." Ujar Zana dengan menatap Keyla.
"I-ya itu benar, tapi tadi Farzan mau cari Mamanya katanya. Aku pikir kalian berjalan-jalan diluar." Tutur Keyla sedikit gugup.
Mendengar penuturan Zana dan calon istrinya, Farzan nampak garam menatap kedua wanita itu bergantian.
"Kalian berdua ini bagaimana? Bagaimana bisa kalian tidak memperhatikan Farzan, bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya?" Farhan langsung saja meninggalkan kedua wanita itu untuk mencari putranya, ia tidak mengerti kenapa perasaannya tiba-tiba saja menjadi cemas. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.
Melihat Farhan nampak panik, Zana pun ikut menjadi cemas. Ia meletakkan pakaian yang dibawanya disembarang tempat lalu menghampiri Keyla dengan tatapan mengintimidasi. "Tadi Farzan ada bersamamu, dimana putraku?" Tanyanya dengan nada yang sedikit meninggi. Kedua matanya membulat menatap Keyla.
"Dia bilang tadi ingin menyusul mu, aku sudah melarang tapi dia tetap ngotot. Ya sudah daripada dia menangis ya aku biarkan saja." Jawab Keyla terdengar santai, namun dalam hatinya benar-benar merasa takut. Ia berharap om Wiliam sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Zana merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan Keyla, wanita itu terlihat biasa saja bahkan terkesan tidak perduli dengan keadaan Farzan. Seharusnya ia tidak mempercayainya begitu saja, seharusnya ia tidak meninggalkan putranya bersama wanita itu. Tanpa mengucapkan apapun lagi, Zana langsung saja meninggalkan Keyla dan menyusul Farhan mencari putranya.
Luasnya butik itu mereka jelajahi mencari keberadaan Farzan sambil bertanya pada siapapun yang mereka jumpai, namun tak satupun melihat keberadaan Farzan.
Ketakutan mulai melanda Zana, nalurinya sebagai seorang ibu mengatakan bahwa putranya tidak baik-baik saja saat ini. Menghilangnya Farzan adalah sesuatu yang perlu ia khawatirkan, karena sebelumnya tidak pernah kejadian seperti ini. Meskipun putranya baru berusia enam tahun, tetapi Farzan memiliki daya ingat yang cukup kuat. Putranya itu bisa mengingat dan menghafal tempat yang bahkan baru didatanginya.
"Bagaimana, apa kau sudah menemukan Farzan?" Tanya Farhan ketika ia bertemu dengan Zana di parkiran.
Zana hanya mampu menggeleng. Membuat Farhan langsung berdecak marah.
"Aku memintamu ikut untuk menjaga Farzan, tapi lihatlah apa yang kau lakukan. Aku tidak akan mengampuni kamu jika terjadi sesuatu pada Farzan!" Tukas Farhan, ia menatap Zana dengan tajam.
"Aku tidak akan meninggalkan Farzan jika kamu tidak menyuruh Keyla untuk memintaku memilih pakaian apapun di butik ini!" Balas Zana menatap laki-laki didepannya itu tak kalah tajam, ia tidak terima disalahkan.
"Apa, menyuruhmu memilih pakaian? Dengar ya Zana, jangan coba-coba mengarang cerita dan jangan melimpahkan kesalahanmu pada orang lain. Ini semua kesalahanmu yang tidak becus menjaga anak!" Ucap Farhan lagi. Ia semakin dikuasai oleh amarahnya. Sampai tidak berpikir sebelum berucap, seakan selama ini ia yang membesarkan putranya.
"Calon istrimu yang tidak becus! Baru sebentar aku menitipkan Farzan padanya, tapi putraku sudah menghilang. Atau jangan-jangan dia memang sengaja!" Ucap Zana dengan berteriak. Sebagai seorang ibu yang selama ini selalu mengusahakan yang terbaik untuk putranya, tentu tidak terima disalahkan seperti itu.
"Pelan kan suaramu dan jaga bicaramu, Zana! Bisa-bisanya kau melimpahkan kesalahanmu pada Keyla." Farhan benar-benar tidak habis pikir Zana bisa berbuat seperti itu.
"Kau yang jaga bicaramu!" Zana pun turut dikuasai emosinya. "Aku yang sudah melahirkan dan membesarkan Farzan sendirian, jadi apa kau pikir aku tega membahayakan putraku sendiri, huh? Kenapa kau tidak menanyakan hal itu pada calon istrimu?" Ucapnya dengan tatapan berapi-api.
"Zana, kau..." Farhan mencekal pergelangan tangan Zana, wanita itu benar-benar sudah membuatnya marah.
"Pa, lepaskan Mama." Teriak Farzan yang tiba-tiba saja datang bersama beberapa orang yang menemaninya.
Zana dan Farhan serentak menoleh ke asal suara, keduanya seketika laga berlari begitu melihat putranya itu.
"Farzan, kau dari mana saja Nak? Mama cemas mencari mu. Mama takut terjadi sesuatu padamu. Kau tidak apa-apakan?" Tanya Zana seraya memeriksa seluruh tubuh putranya.
"Anak kalian baik-baik saja, orang yang hampir menabraknya yang sedang tidak baik-baik saja karena mobilnya malah menabrak trotoar. Dan sekarang dia dilarikan ke rumah sakit." Ucap seorang laki-laki yang ikut mengantarkan Farzan kembali ke butik.
"Apa, hampir ditabrak?" Farhan terperangah mendengar penuturan laki-laki itu, ia langsung mengarahkan tatapannya pada Zana.
"Lihat apa yang sudah kau lakukan, karena kecerobohanmu itu Farzan hampir saja celaka!"
"Pa, Mama tidak salah. Tadi Tante Keyla yang menyuruhku untuk membeli ice cream didepan sana." Ujar Farzan, tadinya ia ingin menutupi masalah ini. Namun melihat mamanya yang disalahkan ia tidak terima. Dan berpikir jika mungkin memang sebaiknya papanya mengetahui kejahatan calon istrinya itu.
Farzan tahu mobil yang hampir menabraknya itu adalah suruhan Keyla, mengingat bagaimana wanita itu menyuruh mamanya untuk pergi memilih pakaian kemudian menyuruhnya untuk membeli ice cream. Beruntung ia bisa bergerak dengan lincah mengecoh mobil itu sehingga mobil tersebut menabrak trotoar.
"Kau dengar sendiri kan apa yang dikatakan Farzan? Aku jadi semakin yakin kalau calon istrimu itulah yang sudah merencanakan ini. Saat dia memintamu untuk melakukan tes DNA, disitu aku sudah bisa melihat kalau dia tidak menyukai putraku." Ujar Zana, dia menatap Farhan dengan tatapan berkaca-kaca bercampur kilat kemarahan.
Farhan terdiam, tenggorokan terasa tercekik sehingga ia tidak mampu berkata-kata. Tadi ia sudah dengan lantang menuduh Zana yang ceroboh menjaga putranya, namun itu semua ternyata perbuatan calon istrinya sendiri.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun ia langsung berbalik dan melangkah cepat masuk kedalam butik untuk mencari keberadaan Keyla.
Setelah Farhan kembali masuk ke butik, Zana merendahkan tubuhnya bersimpuh dihadapan Farzan. Ia menggenggam tangan putranya itu dengan erat dan menatapnya dengan sendu. "Sayang, Mama sudah memenuhi janji Mama untuk mempertemukan mu dengan Papamu. Tapi sayangnya kondisinya tidak seperti yang kamu harapkan, Papamu akan menikah dan kita tidak bisa menganggu kehidupannya."
"Tapi, Ma," Farzan terlihat sedih. Ia tahu apa yang dimaksud oleh mamanya.
.
.
.
TBC.......✨✨✨
Tinggalkan like dan komennya dong, terimakasih. ☺️🙏🙏🙏