Kisah cinta antara Kharisma dan Soni putus karena orang ketiga yang tak lain adalah kakak Kharisma sendiri yang membuat hubungan Kharis dan Soni putus.
Setelah putus dari Soni.
Raihan mendekati Kharis hanya untuk mendapatkan Karina yang tak lain kakak keponakan Kharis sendiri.
Kharis yang kecewa dan patah hati memilih pergi dari kehidupan semua orang, kesedihan Kharis tak hanya tentang percintaan tapi dia juga di diagnosa kanker otak. Tak ada yang tau tentang penyakit hanya dia dan dokter nya saja.
Kharis memilih pergi menjauh dari semua orang. Hingga dia di pertemuan bertemu kembali dengan sang mantan yang memang masih belum bisa melupakan cinta pertama nya.
Soni pergi karena kecewa saat tau orang yang dia cintai sudah mengkhianati nya dan lebih percaya dengan semua ucapan kakak Kharis dari pada ucapan Kharis.
Akan kah benih cinta itu tumbuh kembali. Atau mereka berdua bagaikan orang asing yang tak saling mengenal.
yuk baca kisah nya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisah Cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Kharis menaiki taksi menuju kerumah Sintia, setelah dia menghubungi Sintia untuk bertemu. Tak lama dia sampai dan melihat rumah Sintia yang besar. Kharis hanya menarik nafas saat berharap ibu dari Sintia tak ada di rumah.
"Permisi pak. Saya mau bertemu dengan Sintia." ucap Kharis saat penjaga gerbang rumah Sintia melihat nya.
"Oh silahkan masuk mbak, non Sintia ada di dalam." ucap nya sambil membuka gerbang.
Kharis masuk dan berjalan menuju kearah pintu utama rumah tersebut. saat dia akan menekan bel pintu rumah terbuka dan muncullah Sintia.
"Kharis...! Ya ampun Ris kamu kemana saja. Kamu tau saya sangat takut saat itu." ucap Sintia.
"Saya ada urusan Si! saya cuma ambil laptop saya, di sana banyak disain yang harus saya buat lagi. Saya mau buka kembali butik itu, saya gak mau terlihat kalah hanya karena tak bisa membangun kembali usaha saya. Saya tak akan biarkan orang yang membenci saya menang." ucap Kharis.
Sinta menatap Kharis dia merasa heran saat mendengar ucapan Kharis yang ingin membuka dan memperbaiki tokonya lagi.
"Dari mana uang nya Kha, sedangkan uang nya sudah saya bayar buat gaji karyawan dan pesangon mereka. Hanya tersisa beberapa juta." ucap Sintia.
Kharis hanya tersenyum dia sudah memikirkan langkah apa yang akan dia ambil agar usaha nya bisa berdiri kembali.
"Kamu tenang saja saya akan gadaikan rumah yang baru saya beli untuk membangun usaha saya kembali."
"Rumah? kamu beli rumah. terus kalau gak terbayar kamu tidur di mana. apa kamu gak mau pulang kerumah Wijaya lagi?" tanya Sintia heran.
"Gak Sin terlalu banyak luka dirumah itu. hingga saya tak bisa kembali. Mungkin kepergian saya cukup untuk mengobati rasa malu mereka. Sudah mana laptop nya, kamu bantu saya ya nanti." ucap Kharis.
"Iya tenang saja. tunggu sebentar saya ambil dulu laptop kamu."
Saat Sintia pergi ke kamar nya ibu dari Sintia pulang dan terkejut saat melihat kedatangan Kharis.
"Kamu! Mau apa kamu kesini?" tanya Wilda ibu Sintia.
Kharis berdiri dan menatap kearah ibu dari temannya, dia tau sejak dulu ibu Sintia tak menyukai nya sejak mendengar rumor tentang dirinya.
"Tante jangan khawatir saya hanya ingin mengambil laptop saya saja. saya gak akan menginap di sini." ucap Kharis.
"Bukan. Kamu jangan salah paham! tante kaget saat melihat kamu, kamu kemana saja selama ini Kha. Jika kamu kesulitan kamu bisa tinggal di sini sementara waktu." ucap Wilda ibu Sintia.
Kharis kaget saat mendengar ucapan baik ibunya Sintia, yang dia tau selama ini ibunya Sintia tak pernah menyukai dirinya jika datang ke rumahnya.
"Terima kasih tante! saya bisa tinggal di tempat lain. saya hanya ingin meminta izin untuk Sintia ikut membantu saya membuka usaha saya lagi tante." pinta Kharis.
"Boleh. jika kamu butuh sesuatu bilang ya. tante ke dapur dulu mau masak." pamit Wilda.
Kharis menatap heran perubahan sikap ibu dari sahabat nya itu. Entah apa yang membuat nya berubah dia tak tahu.
Sintia yang melihat Kharis menatap ibunya tersenyum dan mendekat kearah Kharis.
"Jangan kaget! Saya sudah cerita jika semua gosip tentang kamu itu salah dan mama percaya dengan semua ucapan saya. ini laptop kamu." ucap Sintia dengan memberikan laptop kearah Kharis.
Sintia menatap heran saat melihat Kharis yang tenang saat butik nya kebakaran.
"Apa kamu sudah tau siapa pelakunya Kha?" tanya Sintia.
"Iya! dua orang pria. saya baru liat di ponsel saat menuju kesini. Dan saya yakin dua orang itu pasti ada yang memerintah nya." jawab Kharis dengan mata nya fokus kearah laptop nya.
"Kamu sudah lapor polisi?"
"Belum tapi akan saya usut. Saya gak mau pelaku aslinya merasa senang saat melihat saya terpuruk."
Setelah mengecek semua desain nya Kharis pergi untuk mempersiapkan segala nya, pertama dia akan merapi semua sebelum dia ke bank untuk melakukan pinjaman uang. Sintia pun pamit untuk ikut pergi membantu Kharis merapikan semuanya.
Melihat tekad Kharis yang kuat untuk membuka kembali butik Sinta ikut membantu, agar semua berjalan lancar.
*****
Sedangkan di desa tempat tinggal keluarga Wijaya mereka tinggal di rumah orang tua Haris.
"Mana Kharis. Har! Kenapa dia tidak kelihatan?" tanya sang ibu nenek dari Kharis dan Karin.
Mendengar jika sang ibu yang sudah tua mencari keberadaan cucu kesayangan nya anak dari adik nya Adi. Merasa bingung dia tak tahu harus mengatakan apa.
"Kharis akan menyusul bu. Kita kesini untuk memberi kabar pernikahan Karin dan Raihan yang akan di adakan beberapa minggu lagi, Sekalian kita datang untuk menjemput ibu dan yang lain agar bisa datang." jawab Hariz.
Tempat tinggal sang ibu memang di desa tapi rumah nya cukup besar untuk menampung keluarga anak - anak nya jika ingin datang berkunjung dan menikmati waktu bersama.
"Ibu kira kharis akan ikut." ucap nya.
Karina yang mendengar sang nenek sibuk menanyakan keberadaan kharis merasa kesal. Seolah keberadaan dirinya tak di anggap.
"Nenek ini kenapa nyari yang gak ada. Kharis gak ada Karin kan ada." ucap Karin.
"Bukan begitu nak. Nenek sudah lama gak lihat cucu nenek yang satu itu, dia harta peninggalan om kamu adik ayah kamu Adi hanya dia yang di tinggal kan ayah dan ibunya." ucap sang nenek.
Karin hanya membuang muka dia malas mendengar ucapan tentang Kharis. Semua orang masuk kedalam rumah dan melihat rumah yang begitu besar dan luas. Karin menuju ke kamar di mana biasa Kharis menempatinya.
Rika yang melihat Karin menuju ke kamar yang biasa di tempati Kharis langsung mencegah. karena di dalam kamar itu banyak foto kenangan kedua orang tua Kharis. Yang Karin tak tahu.
"Karin kamu di kamar yang satu nya saja ya! itu kamar Kharis." ucap Rika sang nenek.
"Lho kenapa nek! Kharis kan gak ada juga?" tanya Karin menatap heran.
Raihan yang melihat perlakukan berbeda dari sang nenek terhadap calon istrinya merasa heran. Semua yang di lakukan Karin salah di mata sang nenek.
"Bukan gak boleh kamu menempatinya, di kamar itu banyak kenangan kedua orang tua Kharis, Kamu bisa tempati kamar yang lain."
Karin dengan wajah kesal menghentak kan kaki saat mendengar ucapan sang nenek, dia berjalan dengan kesal menuju ke kamar yang lain yang bisa dia tempati.
"Awas saja kamu Kha! Saya akan buat mereka semua menyesal sudah membuat saya malu di hadapan Raihan. kamu begitu berartikan untuk nenek. lihat saya saya akan buat nenek. membenci mu selama nya." batin Karin.
Dia tak rela jika semua orang begitu perduli dengan Kharis hanya karena Kharis sudah tak memiliki kedua orang tua.
Tapi tetep salah kalo ngajakin Kharis nikah lari, mending berjuang dapetin restu orang tua dulu Son