Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ide Yolanda
Semua karyawan bingung harus menjawab apa, karena bos mereka ada di hadapan orang itu, mereka tidak berani bicara karena mereka masih membutuhkan pekerjaan ini.
Mereka hanya sebagai pelayan restoran tapi gaji dan pasilitas nya melebihi pekerja kantoran, maka dari itu mereka sangat engga untuk melepaskan pekerjaan nya.
Mereka termasuk orang yang beruntung bisa bekerja di restoran ini, banyak sekali orang yang mengenal kebaikan Ricard dan mendambakan jadi pekerja nya.
Para pengunjung sudah dari tadi berbisik-bisik, tapi mereka tidak ada satu pun yang berani ikut campur, karena ini memang bukan masalah mereka.
"Kenapa kamu diam saja, ayo kasih tahu bos kalian dimana, saya mau bertemu dan mau melaporkan pelayan miskin ini kepada bos kalian, agar dia di pecat secara tidak hormat." Lagi-lagi teriakan mas Bagas terdengar di seluruh ruangan restoran ini.
"Rupanya ada yang mencari saya." Suara seseorang yang baru masuk membuat aku langsung membalikan tubuh ku dan menatap nya.
Semua mata menatap nya termasuk aku sendiri.
Para pelayan hanya diam dan mengikuti alur bos dan asisten nya itu, mereka tahu kalau itu Leo asisten nya Ricard, dan di restoran ini pun Leo mempunyai ruangan dia sendiri.
"Pak Leo." Ternyata itu suara pak Leo, aku masih mengenal nya karena dia pernah membeli lukisan ku.
"Bagus, kamu selalu datang tepat waktu, urus seperti biasa nya." Gumam bathin Ricard dengan tatapan penuh arti.
Leo mengerti akan tatapan dari Ricard, karena bukan baru kali ini saja Leo harus ngurus orang-orang seperti Bagas ini.
Leo sedikit mengangguk kan kepalanya tanda ia mengerti dengan apa yang harus di lakukan nya.
"Oh kebetulan sekali tuan anda datang, saya ingin melaporkan pelayan yang sudah berbuat kurang ajar ini." Ucap mas Bagas sambil menunjuk Ricard dengan jari telunjuk nya.
"Gawat Card, bagaimana kalau kamu di pecat?" Aku berbisik kepada Ricard.
"Kamu tenang saja, aku tidak bakalan sampai di pecat, paling di kasih sp doang."
Aku sedikit tenang dengan jawaban Ricard, tapi karena belum ada keputusan dari pak Leo, hatiku masih gelisah dan khawatir takut Ricard di pecat.
"Kita bicara di ruangan saya, ngga enak di lihatin semua orang." Ucap Leo sambil menatap semua yang ada di restoran.
"Gaya mu Le, sudah pantas kamu jadi seorang bos." Gumam bathin Ricard dan sedikit menggelengkan kepala nya.
"Aldi, bawa mereka semua ke ruangan saya." Aldi langsung mengajak mas Bagas dan Elena termasuk aku dan juga Ricard.
Setelah kepergian mereka, Leo meminta maaf kepada semua pengunjung restoran karena sudah di buat tidak nyaman dengan kejadian barusan, setelah mengucapkan permohonan maaf nya, Leo pun pergi dan masuk ke ruangan nya.
Pelayan lain dengan sigap langsung membersihkan pecahan kaca yang bercecran di lantai.
Kini kami semua sudah berada di ruangan Leo, dengan wajah sombong nya mas Bagas duduk, dan selingkuhan nya yang tidak tahu diri itu terus saja nempel di tubuh nya membuat aku ingin sekali menjambak nya seketika itu juga.
Kalau di bilang cemburu, jujur aku cemburu, karena mas Bagas adalah pria pertama yang aku suka, tapi aku sadar diri kalau cintaku bertepuk sebelah tangan.
Ku lihat Ricard yang duduk di sampingku, dia tetap tenang dan santai seolah-olah tidak ada kejadian apapun.
Aku heran sih sebenar nya, aku lihat dari pertama mas Bagas datang wajah Ricard selalu tenang, padahal sebentar lagi bos nya akan memarahi dia dan bahkan akan memecat nya.
"Tidak di rumah, tidak di luar rumah, kamu itu selalu saja membuat masalah." ucap mas Bagas pelan.
"Kenapa kulit wajah dia tidak melepuh sih, apa air kopi nya kurang panas." Gumam Elena yang masih bisa aku dengar, aku hanya diam dengan ucapan-ucapan yang mereka lontar kan.
"Selamat sore semua nya, bisa di jelaskan dengan semua ini?" Tanya Leo sambil duduk di kursi kerja nya.
Mas Bagas langsung mengadukan semua nya, dan seperti biasa Elena wanita selingkuhan nya itu selalu menjadi kompor buat mas Bagas dan lain nya untuk menyudutkan aku.
Pak Leo hanya diam dan mendengarkan semua penjelasan dari mas Bagas, sedangkan aku dan Ricard hanya diam.
"Sudah penjelasan nya?" Aku sampai heran karena hanya itu yang keluar dari mulut nya pak Leo.
Ku lihat wajah pak Leo tetap santai dan tenang seperti Ricard, tidak ada tatapan marah sama sekali kepada Ricard.
"Maaf kalau nona ini istri bapak, terus perempuan yang selalu nempel sama bapak ini siapa?" Leo bertanya dengan kening berkerut, seperti nya dia masih bingung dengan status Elena.
"Em, ini, sebenar nya begini pak, Elena ini adalah kekasih saya dari dulu, tapi kakek saya menjodohkan saya dengan wanita gendut dan jelek itu." Hinaan mas Bagas sudah seperti makanan sehari-hari ku saat ini.
"Terus kenapa anda harus marah melihat istri anda dengan pria lain, sedangkan anda sendiri juga dengan seorang perempuan, menurut saya apa yang di lakukan istri anda sudah benar."
Sungguh demi apapun baru kali ini aku ada yang membela, ucapan terima kasih ku buat pak Leo, ku ucapkan di dalam hati.
"Sudah lah lupakan, saya ingin bertemu dengan anda untuk melaporkan pelayan miskin yang tidak tahu diri ini bukan mau mengurus rumah tangga saya."
Pak Leo tersenyum, begitulah mas Bagas, kalau dirinya sudah mentok.
"Baiklah kalau memang masalah ini bukan masalah keluarga anda, kalau begitu nona saya mohon anda tunggu di luar saja." Dengan sopan Leo menyuruh aku keluar dari ruangan nya.
Aku melirik ke arah Ricard, ku lihat Ricard mengangguk kan kepala nya, sedangkan mas Bagas dan Elena tersenyum penuh kemenangan.
"Baiklah kalau begitu saya permisi pak." Aku pergi keluar dengan perasaan yang masih khawatir dengan nasib Ricard.
Untung di depan ruangan ada sebuah kursi, jadi aku bisa duduk menunggu Ricard keluar dari ruangan pak Leo.
Aku akan sangat merasa bersalah jika Ricard sampai di pecat oleh pak Leo, bagaimana pun semua ini adalah kesalahan dirinya.
Aku terus berpikir dan merenung dengan semua yang terjadi, dan terlintas dalam pikiranku kalau sampai Ricard di pecat, aku akan memohon kepada pak Leo untuk tetap menjadikan Ricard jadi pelayan di restoran ini, dan untuk mengganti piring pecah, aku akan siap menjadi pelayan juga walau tidak di bayar sama sekali.
Aku sedikit tersenyum dengan ide ku ini, aku tidak perduli kalau aku harus mencuci piring atau yang lain nya, yang penting Ricard tidak di pecat.
Aku tidak mau memutuskan rezeki orang lain, apalagi Ricard seperti nya sangat membutuhkan pekerjaan ini.