Aku selalu tersakiti.
Tetapi, aku tidak membencinya.
Tidak. Seditikpun tidak.
Bahkan aku selalu berdoa untuknya.
"BANGSAT!!!, Ngapain kamu disitu? atau biar semua orang tahu kalau kamu adalah orang paling tersakiti? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juu_30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 Sendiri
"Ayah.... Vasca juga anak ayah".... Kata-kata itu terus meracun didalam pikiran Vasca, seorang gadis malang dan terlihat sangat menyedihkan. Vasca, dalam ruangan dingin yang begitu sepi, menangis dalam diam, sambil terus mengingat nasibnya, dan juga mendiang ibunya.
" Bunda.... pulang bunda... Vasca kangen sama bunda... hikss... hiks... "
Tidak ada satupun yang menemani Vasca karena semuanya masih dirumah sakit. Toh, kalaupun dirumah, pasti Vasca disakiti oleh mereka. Vasca tahu, mereka membencinya.
Hampir 3 jam berlalu, Vasca masih setia meringkuk dipojokan kamarnya, tepat dibawah meja belajarnya, duduk, memeluk kedua lututnya sambil terus menangis. Vasca terus mengingat semua cinta yang Ayah dan bunda berikan kepadanya.
Tok... tok... tok...
suara ketukan dipintu kamarnya, membuyarkan lamunan Vasca. Vasca dengan cepat merapikan rambutnya, dan membersihkan matanya walaupun orang yang melihatnya pasti tahu apa yang terjadi pada dirinya.
"Iya Bi.... kenapa ya? " Tanya Vasca setelah membuka pintu kamarnya, Ternyata bi Aning yang mengetuk pintu kamarnya.
"Dek... makan dulu ya... jangan nangis terus, besok kan adek Vasca ujian".jawab Bi Aning prihatin.
Betul... besok Vasca ujian akhir di sekolahnya. Vasca terlalu sibuk uring-uringan di pojokan kamarnya, sampai lupa bahwa besok juga adalah hari dimana ia akan menentukan masa depannya.
" Iya bi makasih ya, Vasca mandi dulu".Jawab Vasca dengan senyuman tipis tapi sendu.
"Iya Non.. " Jawab bi Aning sopan.
"Eh bi..... Ayah sama Kak Vasco dan Kak Vaiser belum pulang ya? " Tanyaku penasaran.
"Katanya sebentar non... udah sampai rumah".
Jawab Bi Aning.
" Oh... gitu ya Bi... maksih ya".
Senyum diwajah Vasca perlahan memudar. Ia takut akan apa yang terjadi nanti ketika mereka pulang. Apakah ia akan mendapatkan kesakitan lagi?
Entahlah....
"Dek Vasca..... Tuan udah pulang". Kata Bi Aning dari luar kamarku yang tidak dikunci.
" Iya Bi... makasih ya, aku turun sekarang ".
Kataku antusias sambil cepat membereskan buku yang aku pakai untuk belajar.
" Ayah.... ayah udah pulang ya.... Vasca kangen ayah". Sambut ku kepada ayah yang masih diruangan tamu, dengan senyum bahagia.
Plak....
Bunyi tamparan keras memenuhi ruangan tamu itu Vasca yang merindukan cinta dan pelukan dari ayahnya, Lagi-lagi mendapatkan perlakuan yang membuat keadaannya semakin hancur.
"Berani-beraninya kamu sentuh saya... siapa kamu? " Tanya Nickolas dengan suara yang menggelegar membuat Vasca tertunduk takut dengan air mata yang membasahi kedua pipinya.
"Udahlah Yah.... Ayah istirahat dulu, gk usah peduli sama dia". Kata Vasco menengahi.
" Iya sayang". Jawab Nickolas kepada putranya dengan senyum ramah, berbanding dengan ketika dia memandang Vasca.
Vasca memandang kepergian ketiga orang yang sangat amat ia sayangi dengan tatapan sendiri, dan tanpa sengaja bertatapan dengan Vasco kakaknya. Ketika melihat wajah kakaknya, Vasca kembali menjatuhkan air matanya, karena dulu Vasco sangat menjaganya. Namun, Vasco berlalu begitu saja tanpa sepatah katapun.
"Dek.... Kakak sayang kamu, tapi kakak gk bisa ada buat kamu, ingat kamu itu terlalu manis untuk disakiti". Batin Vasco
🌹🌹🌹
Pagi harinya, Vasca sudah siap dengan seragam sekolahnya. Sebisa mungkin Vasca mengusir semua perasaan yang terus menerus menimpanya akhir-akhir ini. Dia bertekad untuk harus fokus dengan ujiannya. Dia harus mendapatkan nilai baik, mungkin dengan itu dia bisa kembali mendapatkan perhatian dari keluarganya. MUNGKIN.
Ujian sedang berlangsung, suasana hening begitu terasa karena ratusan sista sedang bertarung dengan soal-soal ujian. Ada yang menggerutu kesal karena apa yang dipelajari tidak seperti dengan apa yang keluar di soal itu, Ya serasa cinta bertepuk sebelah tangan, pikir mereka. Ada yang memutar kedua jarinya untuk mendapatkan jawaban, menggaruk kepala yang walaupun tak gatal.
Tetapi, tidak untuk Vasca dan Bara. Keduanya sibuk mengerjakan soal ujian itu selayaknya seperti orang cerdas. Diam, tenang, berpikir, dan menulis.
Setelah hampir 30 menit berkutat dengan soal, sekarang waktunya istirahat.
"Eh Vasca, gimana soal tadi menurut lo susah gk? " tanya Adele begitu sampai di kantin.
"Gk si biasa aja, gue bisa kerja kok" jawab Vasca bangga.
"Ya iyalah lo kan jago dalam bahasa Inggris". Jawab Adele sambil tertawa.
mereka terus berbicara sambil menyeruput es jeruk yang mereka pesan.
Sepulang sekolah, Vasca langsung menuju ke parkiran karena sopirnya sudah menunggu. Ya, Vasca masih diantar oleh sopir pribadinya karena Nickolas belum membahas soal itu apakah Vasca akan kesekolah sendiri atau tidak.
" Siang kak aku pulang " Kata Vasca ketika memasuki rumah dan mendapati Vasco yang sedang memainkan ponselnya.
Tidak ada jawaban sama sekali, melirik pun tidak. Vasca terus ke kamarnya dengan senyum masam.
"Kak... aku ada sesuatu buat kakak". Vasca menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Vaiser yang datang keruangan tamu menemui Vasco.
" Apasih sayang, jangan ganggu deh kakak lagi belajar" jawab Vasco kepada Vaiser
"Ah... kakak lihat dulu". Vaiser terus merengek
" Iya sayang iya" Vasco mengalah
"Ya udah kak aku kekamar dulu da... " Kata Vaiser bangga karena Vasco memuji hasil karyanya, sambil berlari kekamar.
Tampa mereka sadari, ada seseorang yang terus memperhatikan mereka dari jauh, dengan hati yang terluka, rapuh, dan air mata yang mengalir dipipi kanannya, berharap bahwa ia ada disana juga, merasakan momen itu bersama kedua kakaknya
Brakkk....
Tampa sengaja, tas yang ia genggam sampai jatuh. Vasca tersadar apalagi saat Vasco melihatnya berdiri disitu dengan air mata yang terus keluar. Melihat Vasco yang memandang kearahnya, Vasca buru-buru berlari ke kamarnya.
Vasco yakin bahwa adiknya sengaja berdiri disitu dan menyaksikan kedekatannya dengan Vaiser dengan perasaan sakit.
"Dek... kakak berlebihan ya?.... pasti kamu rasa sakit banget kan, apalagi tidak ada yang peduli padamu... maaf... tapi kakak tidak bisa berada di sisimu. Kakak harap kamu baik-baik saja, walaupun itu mustahil". lirih Vasco dengan air mata yang jatuh. Dia sadar bahwa dia adalah kakak yang pengecut, yang tidak bisa membela adiknya, tapi apalah dahannya bahwa dia juga adalah seorang anak yang harus patuh kepada orang tuanya.
Sementara dikamar yang kosong, dipojokan itu, Vasca menangis dengan diam.... sekarang, sepenuhnya dia sadar bahwa dia sekarang sendiri.
🙏