Malam Petaka Berakhir Di Pelaminan

Ayam berkokok lantang mengusik ketenangan mimpi apa indahnya. Jalan yang masih basah dan terlihat beberapa ruas jalan yang tergenang air hujan masih cukup terlihat sepi. Hanya satu atau dua pengendara yang melintas di jalan yang masih jarang penduduknya itu.

Pagi harinya sekitar pukul enam lewat beberapa menit, sebelum kepergian keluarga kecilnya pak Rizal menuju kota Makassar. Tepatnya di dalam sebuah mobil berwarna putih.

“Arg!” Erangannya ketika berhasil membuka matanya sambil mengurut pelipisnya yang sedikit pusing.

Seorang pria bangun dari tidurnya setelah beberapa jam tertidur pulas. Ia tidur dalam keadaan tidak memakai pakaian apapun.

Dia menyangka kalau semalam apa yang dilakukannya hanyalah mimpi saja. Tetapi, betapa terkejutnya ketika tersadar dan melihat kondisinya yang cukup berantakan.

Dia memperhatikan sekujur tubuhnya yang bertelanjang bulat tanpa memakai pakaian selembar pun. Ada beberapa tanda goresan di dada bidangnya dan juga rasa perih

“Astaghfirullahaladzim apa yang terjadi kepada ku!?” Tanyanya kepada angin lalu.

Dia memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut denyut dan pusing hingga dia mual-mual.

“Oek…” Dia mual-mual akibat efek minuman yang diminumnya semalam, hingga mengalami kecelakaan ketika menuju ke rumah sahabat masa kecil bundanya.

“Apa yang terjadi kepadaku, kenapa aku bangun dalam keadaan yang tidak memakai baju kayak gini sih!?” gerutunya.

Pria itu terduduk di atas jok mobilnya dan mengingat rentetan peristiwa kejadian semalam. Hingga matanya melebar sempurna ketika mengingat dirinya yang sebenarnya dimintai oleh bundanya untuk menemui sahabat masa kecilnya yang ada di kabupaten B.

Pria berusia 28 tahun itu mencoba mengingat apa saja yang sudah diperbuatnya hingga terbangun dalam keadaan seperti ini.

Ingatannya kembali ke beberapa jam sebelumnya.

Awalnya dia menghubungi nomor ponselnya kekasihnya, tapi gadis berusia 21 tahun itu tidak bisa bertemu dengan alasan sibuk.

Dalam perjalanan ke arah daerah tujuannya, dia malah berbelok arah menuju apartemen tempat tinggal kekasihnya.

Dia memutuskan untuk mengemudikan mobilnya terlebih dahulu untuk menemui kekasih yang tinggal di salah satu apartemen yang ada di kota Makassar.

Kedatangannya yang memberikan kejutan kepada kekasihnya malah terbalik. Ia yang mendapatkan surprise oleh kekasihnya yang bernama Keiza Almira.

Kejutan yang sangat luar angkasa hingga tak sanggup diprediksi oleh BMKG dan diluar nulur.

Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat sang kekasih bercumbu mesra di dalam apartemen yang disewanya khusus untuk kekasihnya yang masih kuliah itu.

Betapa marahnya melihat perempuan yang begitu amat dicintainya sepenuh hati dan jiwa raganya berhubungan intim layaknya suami istri dengan pria yang tidak dikenalnya.

“Bulshit! Kenapa Bara bisa muncul disini! Bukannya dia bilang tadi mau ke kabupaten B?” Batinnya Keiza.

Betapa terkejutnya sekaligus marahnya Keiza, ketika melihat pria yang menjadi kekasihnya sekaligus tunangannya itu berdiri di depannya sambil menatap nyalang ke arahnya yang reflek mematung di tempatnya.

Tubuhnya gemetaran, tangannya sampai tremor ketika melihat aura kemarahan yang sangat kental terlihat mengitari tubuh kekasih.

“Oh jadi ini yang kamu lakukan ha!? Tadi ketika gue telpon Lo katanya lagi kuliah dan sibuk karena mengurus skripsi dengan dosen pembimbing Lo! Oh ho apa dia dosen yang Lo maksudkan!?” Tanyanya Bara yang berteriak lantang menunjuk ke arah pria yang terlihat sudah om-om itu.

“Gue bisa jelasin semuanya, gue melakukan ini karena terpaksa! Gue nggak bisa lulus ujian skripsi kalau gue nggak memenuhi permintaan Pak Farhat,” kilahnya Keiza.

“Hahaha! Terpaksa katamu!? Mana ada orang yang terpaksa melakukan hubungan intim dengan suara yang begitu manja dan mendayu-dayu seperti suaramu wanita bitch!” Kesal Bara yang menatap nyalang ke arah Keiza.

Farhat pria berusia 42 tahun itu tidak menduga kalau kekasihnya sekaligus selingkuhannya berbicara seperti itu.

“Sungguh mencengangkan sayangku semua yang kamu ucapkan barusan,” sarkasnya Pak Farhat.

Farhat tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Keiza yang jelas-jelas adalah kebohongan besar.

“Hahaha! Kamu sungguh pintar ngelawak juga rupanya! Kamu perlu ketahui kalau kami itu sudah pacaran sekitar empat tahun lalu dan kamu baru dua tahun dan bahkan aku lah yang pertama kali telah menikmati tubuhnya dan kami selalu melakukannya di belakangmu dan Keiza memiliki anak dari hubungan terlarang kami yang sekarang dibesarkan oleh istriku!” Ucapnya ngaku pak Farhat yang begitu gamblangnya mengutarakan kejelekan dan kebobrokan moralnya.

Secara tidak langsung membuka aib rumah tangganya sendiri di depan orang lain. Pria yang berstatus dosen itu memang tidak memiliki anak dari pernikahan pertamanya sehingga dia berselingkuh dengan mahasiswi di kampus tempat dia mengabdi sebagai seorang dosen.

Betapa kagetnya Keiza yang tidak menyangka jika kekasihnya akan membuka aibnya di depan calon tunangannya.

“Kak Bara dia berbohong, aku masih suci ketika kita berhubungan bulan lalu. Jangan pernah mempercayai semua ucapannya,” Keiza berjalan ke arah Bara yang menatapnya jijik bagaikan seonggok kotoran di matanya.

“Gue benar-benar jijik karena sudah pernah menyentuhmu! Gue kira Lo itu masih perawan tintin tapi ternyata seorang perempuan bayaran, murahan perempuan tak punya harga diri!” hinanya Bara yang dari tatapan matanya sudah seperti tidak lagi tersisa cinta untuk Keiza.

Keiza berjalan ke arah Bara, tapi tubuhnya langsung di dorong oleh Bara hingga terjengkang dan terduduk di atas lantai.

“Ahhh sakit!” Keluhnya Keiza sambil memegangi bokongnya yang lumayan ngilu dan kebas karena terbentur cukup keras.

Bara sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi kepada kekasihnya itu. Dia berjalan ke arah Pak Farhat dengan tatapan matanya yang seolah menghunus menikam jantung.

Pak Farhat bergegas hendak memakai pakaiannya, tapi langsung mendapatkan tendangan yang cukup kuat dari Bara sang guru olahraga yang mengenai tepat sasaran yaitu langsung di bagian titik terlemahnya.

“Auhh aahh!” Pekik Pak Farhat sembari memegangi si Joni yang langsung terkulai lemas tak berdaya seketika itu juga.

“Arghh!! Jangan! Bara berhenti! Stop aku mohon padamu. Om Farhat nggak bersalah!” Keiza buru-buru menutupi tubuhnya dengan bed cover yang berserakan di atas lantai.

Bara hanya tersenyum smirk melihat reaksinya pak Farhat dan kembali mencengkram kuat pergelangan tangan Pria yang lebih tua darinya tanpa peduli suara rintihannya pak Farhat.

“Dasar anak muda bajingan! Lepaskan tanganmu dari tubuhku! Akan aku laporkan kamu ke kantor polisi!” Ancamnya Pria yang dipanggil Farhat oleh Keiza itu.

“Aku mohon hentikan jangan memukuli Om Farhat lagi? Cukup sudah kami memang bersalah,” ratapnya Keiza yang berjalan tertatih ke arah Bara.

“Brengsek! Kalian memang manusia tidak tahu diri!” Geramnya yang kemudian tanpa ragu langsung melayangkan tinjunya tepat di sisi kiri wajah pria yang kelihatannya lebih tua darinya.

Bugh!!

“Gue akan hajar Lo sampai tidak bisa berdiri!” Murkanya sambil terus memukuli pria yang tidak memakai pakaian itu hingga tersungkur ke atas lantai.

Beberapa kali Bara melayangkan tinjunya dan tendangannya hingga pak Farhat tak sadarkan diri.

Keiza yang melihat kekasihnya tak sadarkan diri berjalan tertatih ke arah pak Farhat sambil melilitkan kain panjang ke tubuh polosnya dengan asal.

“Mulai detik ini kita putus dan gue berharap Lo cepat angkat kaki dari apartemenku karena gua yang membayar sewa apartemennya? Gue berikan Lo kesempatan sampai besok pagi jam sepuluh apartemen ini sudah steril dari sisa jejak tubuhmu dari sini!” Tegasnya Bara kemudian bergegas berjalan meninggalkan kamar terkutuk itu.

Tiba-tiba Keiza menjerit kesakitan sambil memegangi perutnya,” ahh sakit! Tolong!”

Bara hanya melirik sekilas ke arah Keiza yang terlihat dibagian pangkal pahanya terlihat cairan kental berwarna merah mengalir di sana.

Bara kembali berjalan meninggalkan Keiza yang tidak ingin melihat wajah perempuan yang membuat hidupnya jungkir balik.

Bara memukul keras setir mobilnya setelah kembali mengingat kejadian yang cukup menguji kesabaran dan keimanannya.

Bara memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai mobilnya dan tanpa sengaja melihat ada bercak darah di atas jok mobil yang sudah mengering.

“Astaghfirullah aladzim, apa sudah ku perbuat ya Allah! Apa jangan-jangan gue kembali melakukan dosa besar? Tapi, dengan siapa? Kenapa aku nggak bisa mengingatnya?” rutuknya Bara sambil meremas rambutnya dengan gusar.

Bara kembali memakai pakaiannya dengan terburu-buru dan ternyata ada benda yang menyangkut di kancing kemejanya.

Dia mengambil benda yang berkilau terkena cahaya matahari langsung melalui celah-celah jendela mobilnya.

“Ini kan sebuah kalung dan berliontin sebuah huruf AZ, pasti ini milik perempuan yang sudah aku renggut kesuciannya,” gumamnya seraya memperhatikan kalung itu.

Beberapa jam kemudian…

Sore harinya, Rara dan keluarganya meninggalkan kampung halamannya menuju Makassar.

Sakit hati dan sedih harus meninggalkan kampung halamannya dalam keadaan yang tidak seperti yang seharusnya.

“Selamat tinggal, sampai jumpa lagi teman!” Teriaknya Briana yang berteriak ketika melihat beberapa teman sepermainannya dan teman sekolahnya mengantar kepergiannya.

“Insha Allah, kami pasti akan kembali suatu saat nanti,” teriaknya pula Arianna.

Rara kebanyakan diam di dalam mobil yang dirental oleh bapaknya yang mereka pakai menuju kota Makassar.

Sekitar lima jam perjalanan yang mereka tempuh karena tidak mengalami kemacetan sehingga, mereka sampai lebih cepat seperti dari jadwal biasanya yang terkadang lebih lama dari waktu tempuh tersebut.

Kenangan demi kenangan menyisakan luka lara dalam hatinya Rara. Dia masih sering danial dengan masalah yang dihadapinya.

Terkadang dia menganggap apa yang dilaluinya sehari sebelumnya adalah hanya ilusi dan fatamorgana serta hanya mimpi bunga tidurnya.

“Bismillahirrahmanirrahim, aku harus berusaha untuk melupakannya dan hidup lebih dari sebelumnya,” lirih Rara sambil memperhatikan suasana rumah berlantai dua yang tidak kalah besar dari rumahnya yang ada di kampung.