David & Soleha (Ketua Geng Motor Itu Suami Ku)

Buntut perayaan kemenangan atas David, kini ada beberapa anggota geng motor mereka yang tertahan di rumah warga. Karena seperti malam-malam sebelumnya, mereka selalu membuat kegaduhan.

Namun puncaknya saat malam kemenangan David, karena ada beberapa dari anggota geng motor membawa minuman keras dan obat-obatan. Bisa dikatakan beberapa oknum itu berpesta barang-barang haram di daerah mereka. Dan beberapa warga mendapati mereka merusak dan mengotori beberapa area wisata yang ada di kampung itu.

Atas laporan dari warga, Polisi sudah datang untuk membawa dan memeriksa mereka di kantor, lengkap dengan barang bukti yang ada di tempat kejadian.

Warga yang tadi berkerumun untuk melihat motor-motor gede dengan harga selangit yang terparkir rapi di halaman rumah RW, kini sudah membubarkan diri berbarengan dengan semua motor-motor itu akan di angkut ke kantor.

Termasuk Abi dan Umi yang ikut menyaksikan itu semua.

"Alhamdulilah ya, Abi. Geng motor yang sangat meresahkan kampung kita beberapa bulan belakangan ini, akhirnya bisa diamankan." Ucap Umi ketika mereka berdua pulang dengan berjalan kaki karena jaraknya yang cukup dekat.

"Iya, Um. Alhamdulilah. Ini semua atas kerja sama semua warga yang sangat kompak untuk menangkap para geng motor itu walau pun tidak semuanya. Tapi dengan begitu kan nanti mereka sendiri yang akan buka mulut terkait keanggotaan mereka, ketuanya, berapa banyak yang terlibat?."

"Iya ya, Abi."

Di tempat lain, lebih tepatnya di sebuah kamar hotel yang masih ditempati oleh David dan Soleha. Mereka kedatangan nenek Widya yang sebelumnya David sudah memberitahu keberadaan mereka saat ini.

David menceritakan kenapa dia dan Soleha lebih memilih tinggal di hotel, begitu juga dengan nenek Widya menceritakan Daddy Fahmi yang sudah meninggalkan rumah.

Soleha sendiri hanya menjadi pendengar yang baik bagi David dan nenek Widya. Karena memang dia tidak mengetahui permasalahan yang menimpa kedua orang tua suaminya.

"Lalu sekarang nenek mau tinggal dimana?." Nenek Widya memberitahukan rencananya David untuk keluar dari rumah Daddy Fahmi dan Mommy Bella, tapi masih belum tahu mau kemana.

"Sebenarnya nenek malu kalau harus ikut Umi dan Abi di kampung." Nenek Widya terdiam beberapa saat, menatap Soleha sambil memegangi tangannya. Soleha melayangkan senyum manis namun masih tetap belum buka suara, karena sepertinya masih ada yang ingin diucapkan nenek Widya.

"Tapi jujur saja, nenek merasa sangat nyaman. Berasa lebih dihargai, dihormati, diakui keberadaannya sama Umi dan Abi. Tapi Mang Maman dan Bibi Elis juga begitu sangat baik pada nenek."

Nenek Widya memeluk Soleha sambil terisak setelah mengatakan itu. Karena sejujurnya nenek Widya takut jika Umi dan Abi nya Soleha akan menolak atau keberatan dengan keberadaannya.

"Tinggal lah di sana Nek, kalau nenek mau. Pasti Umi sama Abi senang kalau ada nenek." Soleha melerai pelukannya lalu dia menghapus air mata sang nenek.

David duduk di belakang nenek Widya sambil menyandarkan kepalanya di punggung sang nenek.

"Benar apa kata Leha, Nek. Abi dan Umi pasti senang nenek tinggal bersama mereka. Mang Maman dan Bibi Elis juga pastinya akan selalu mengurusi semua kebutuhan nenek."

Nenek Widya mengelus rambut kepala David sambil mengusap air matanya.

"Kalau nenek tinggal di rumah Umi, kalian masih tetap akan tinggal di sana kan?." Soleha dan David saling pandang. Entah siapa yang akan memberitahu nenek Widya kalau mereka tinggal di sana lagi.

"Kenapa?." Nenek Widya menatap Soleha dan David bergantian.

David menghela nafas sebelum dia memberitahu nenek Widya. Kemudian David pun menceritakan alasan kenapa mereka keluar dari sana.

Perdebatan kecil mewarnai obrolan David dan nenek Widya. Hingga Soleha menengahi. Tapi tetap saja kedua orang itu tetap melanjutkan debat mereka untuk beberapa menit ke depan.

Sampai pada detik berikutnya, Nenek Widya memeluk David dan Soleha bersamaan karena duduk mereka yang berdekatan.

David diam mematung ketika Rudi meneleponnya. Dia menata nenek Widya dan Soleha silih berganti.

"Baik, aku akan datang ke sana." Ucap David sambil mematikan ponselnya.

"Ada apa?." Tanya nenek Widya dan Soleha bersamaan tapi David malah meminta nenek dan Soleha untuk bersiap-siap karena siang ini juga mereka akan ke kampung Soleha.

Tanpa bertanya lagi kedua wanita itu menuruti apa yang diminta oleh David.

Nenek Widya meminta Mang Maman dan Bibi Elis untuk datang ke hotel tempat mereka berada dengan diantar oleh supir.

David duduk di kursi paling belakang bersama Mang Maman. Karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan melalui ponselnya.

Hampir setengah dari perjalanannya David pergunakan untuk mengotak-atik

ponsel pintarnya.

Tidak lama kemudian, mereka sudah sampai di rumah Umi dan Abi.

Umi dan Abi begitu senang dengan kedatangan Soleha, David, nenek Widya, Mang Maman dan Bibi Elis.

Soleha dan David langsung mengerjakan shalat ashar karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Karena Pak supir langsung tancap gas tanpa ada istirahat atau makan di rest area.

Malam semakin larut, David belum juga memejamkan matanya, dia masih melihat ponselnya. Bertukar pesan, email dan beberapa dokumen penting yang diperlukannya.

David menatap Soleha lalu mendaratkan kecupan singkat pada semua wajah Soleha.

Tidak terasa pagi pun datang, pagi-pagi sekali David harus pergi meninggalkan rumah. Karena ada urusan dengan mengendari mobil yang semalam yang dinaikinya.

Rudi dan Jack sudah menunggunya di sebuah cafe yang tidak jauh dari hotel tempat menginap Jack dan Rudi.

"Pengacara kita sudah berada di kantor polisi. Kemungkinan akan beres semua. Total kerugian sudah disepakati dan akan segera dibayarkan." Rudi melaporkan apa yang sudah dikerjakannya sesuai instruksi dari David.

"Semua saham yang anda miliki sudah berhasil diuangkan semua. Dan untuk semua uangnya sudah dimasukkan ke dalam rekening milik anda." Kini giliran Jack yang memberikan laporan.

"Ok, terima kasih untuk kerja samanya."

"Perusahaan tetap kalian yang menghandle nya. Sebab aku masih harus di sini. Diusahakan jangan sampai ada yang tahu jika perusahan itu milik ku."

"Ok, kita akan bekerja dengan sangat hati-hati." Jawab Rudi.

"Tapi ada satu kendala yang mungkin tidak bisa diselesaikan oleh pengacara, aku atau pun Jack." Sambung Rudi.

"Apa?."

"Nama kau sebagai ketua geng motor sudah sampai ke telinga para warga, bahkan kalau mertua kau menyadarinya. Mungkin mereka sudah tahu."

David menatap intens wajah Rudi sambil mengingat sikap Abi dan Umi pagi tadi.

Sekarang David yang harus memutar otak supaya dirinya tidak sampai bertemu dengan para warga yang akan nantinya memperlakukan mertua dan istrinya dan juga nenek Widya. Tidak untuk Daddy Fahmi dan Mommy Bella.

"Ok, nanti akan aku pikirkan."

Usai pertemuan, David segera pulang karena cukup lama dirinya pergi dari rumah.