Wanita Kesayangan Tuan Daniel

Zeline sudah berada di kamarnya, tak ada yang Zeline lakukan selain merenungi semua hal yang telah terjadi dalam hidupnya. Sekeras apapun Zeline mencoba untuk tetap tegar, tetap saja Zeline adalah wanita yang rapuh. Lamunan Zeline membawanya kembali teringat pada hari pertama Zeline bertemu dengan Daniel.

Hari itu, Zeline tengah menikmati masa cuti kerjanya bersama seorang temannya di Bali. Zeline terlihat begitu bahagia bermain di pinggir pantai sembari menunggu pemandangan yang indah saat matahari terbenam.

"Ze, pakaianku sudah basah! Kembali ke hotel, yuk!" ajak teman Zeline.

"Kamu duluan saja, Vy. Aku masih ingin disini melihat matahari terbenam," ucap Zeline menolak.

"Kamu yakin? Tidak aman sendirian tanpa teman, bagaimana jika ada pria mesum? Dan lagi, Kamu ingat jalan pulang ke hotel?" tanya teman Zeline.

"Tentu saja aku yakin. Pergilah, aku aman di sini! Aku tidak akan nyasar jika hotel nya berada di situ!" tunjuk Zeline sembari tertawa pada gedung yang berada tak jauh di belakangnya.

Setelah mendengar ucapan Zeline, teman Zeline tersebut pergi meninggalkannya sendiri di sana bersama banyaknya pengunjung lain yang tidak Zeline kenali.

Setengah jam kemudian, setelah melihat apa yang di tunggunya dan sudah mengabadikan momen indah tersebut, Zeline memutuskan untuk kembali ke hotel.

Di dalam lift menuju lantai enam, lantai di mana kamar Zeline berada, tanpa Zeline sadari jika pria yang ada di dalam lift bersamanya sedari tadi menatapnya.

Memperhatikan semua hal yang Zeline lakukan pada ponsel yang sedang dimainkannya.

"Gambar yang bagus," ucap orang itu membuat Zeline menoleh padanya dan sedikit tersenyum sembari menganggukki ucapan pria yang berbicara padanya.

Sedikit senyum yang telah Zeline perlihatkan tanpa Zeline sadari telah membuat pria itu jatuh hati padanya. Benar-benar membuktikan jika cinta pada pandangan pertama itu nyata.

Zeline bergegas keluar dari lift saat pintu lift terbuka, diikuti oleh pria itu yang juga melangkah bersamanya.

"Kamar Anda di lantai yang sama?" tanya Zeline.

"Ya," jawab pria itu tersenyum.

"Aku Daniel," ucap pria itu lagi, menghentikan langkahnya, mengulurkan tanganya pada Zeline yang terdiam sesaat sebelum merespon.

Zeline yang awalnya mencoba bersikap ramah, mulai berpikir hal-hal yang tidak baik pada pria tampan yang ada di depannya. Zeline akui pria itu sangatlah tampan, tetapi Zeline juga mencurigai jika pria itu tidaklah sebaik penampilannya. Semua pria sama saja, hidung belang. Pikirnya.

"Vyni," jawab Zeline setelah itu membuka pintu kamarnya dan Vyni.

Di dalam kamar, Zeline terus menggerutu dan itu membuat bingung Vyni yang menatapnya

"Ada apa?" tanyanya.

"Ada pria hidung belang," jawab Zeline singkat lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Sedangkan di luar kamar Zeline. Daniel menepuk dahinya sendiri setelah sadar akan apa yang dia lakukan. Daniel kembali memutar langkahnya menuju lift, karena sesungguhnya Daniel menempati kamar yang berada di lantai teratas hotel tersebut. Kamar terbaik yang ada di sana. "Bisa-bisanya aku mengikuti wanita itu hanya untuk mengetahui namanya, gila," gumamnya tertawa sendiri.

Berawal dari nama palsu yang Zeline ucapkan pada Daniel, Zeline sama sekali tidak menyangka jika hal itu justru menjadi awal Zeline dan Daniel saling mengenal, dan berteman, hingga akhirnya mereka berpisah saat keduanya kembali ke kota masing-masing. Zeline berpikir itu menjadi akhir dari pertemanan mereka, tetapi ternyata Daniel justru menjadi pria pertama yang berhasil meluluhkan hatinya.

Jakarta-Sumatera tidak begitu jauh menurut sebagian orang karena masih berada di negara yang sama hanya berbeda pulau. Namun itu semua akan terasa jauh untuk keduanya yang sama-sama mempunyai kesibukan, terlebih Daniel adalah seorang CEO mudah yang sukses di tanah air meskipun tidak semua orang mengetahui itu termasuk Zeline yang hanya mengetahui jika Daniel seorang pengusaha.

Zeline sama sekali tidak menyangka jika hampir setiap minggu selama tiga bulan berturut-turut Daniel akan datang ke kotanya untuk menemuinya. Hubungan mereka semakin dekat hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk bersama.

Bertemu dan memiliki pria yang begitu sempurna seperti Daniel membuat Zeline merasa sangat bahagia. Zeline yang sejatinya wanita mandiri yang tidak suka di atur, justru menjadi sangat penurut pada Daniel termasuk menuruti permintaan Daniel untuk berhenti dari pekerjaannya dan menjadi wanita rumahan dengan segala kebutuhan yang dipenuhi oleh Daniel.

Kehidupan Zeline terasa begitu sempurna, tetapi semua itu mulai berubah setelah beberapa bulan mereka bersama saat Zeline menyadari ada yang janggal dalam hubungan mereka. Semua hal yang Zeline inginkan dipenuhi oleh Daniel, Daniel juga selalu datang mengunjunginya. Namun mereka tidak pernah menghabiskan waktu di tempat umum bersama. Selalu dan selalu hanya di tempat tinggal Zeline yang disiapkan khusus olehnya dan tempat tertutup lainnya.

Cinta yang Zeline miliki untuk Daniel membuat Zeline tidak ingin mempermasalahkan hal yang dia anggap sepele itu, tetapi semua berbeda setelah satu tahun berjalan, Zeline merasa itu bukan lagi hal sepele ketika tidak ada sedikitpun kemajuan dalam hubungan mereka.

Suara ketukan pintu yang berulang kali terdengar, membuat Zeline tersadar dari lamunannya. Zeline menyeka air matanya, memoleskan sedikit make up untuk menyamarkan wajah sembab nya sebelum keluar membukakan pintu untuk orang yang berada di luar sana.

"Ana," ucap Zeline melihat Ana yang berdiri di depan pintu.

"Boleh aku masuk?" tanya Ana tertawa saat Zeline masih terdiam menghadang pintu.

"Maaf, ayo masuk!" ucap Zeline berusaha tersenyum.

"Kita belum bertemu sejak kamu bekerja. Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa semuanya berjalan lancar?" tanya Ana bingung mencari tempat untuk duduk, karena Zeline belum mengisi tempat tinggal barunya tersebut.

"Ke kamarku saja!" ajak Zeline yang dianggukki oleh Ana.

"Bagaimana?" tanya Ana lagi setelah berada di kamar.

"Semuanya lancar. Oh ya, sekali lagi terima kasih karena sudah membantuku," ucap Zeline.

"Hei, kita berteman. Tidak perlu sungkan, tidak perlu mengucapkan terima kasih," jawab Ana tersenyum dengan sangat tulus pada Zeline yang ikut tersenyum menatapnya.

"Apa kamu sudah bertemu dengan Bang Tian?" tanya Ana membuat Zeline bingung.

"Siapa Bang Tian?" tanyanya balik.

"Ya ampun. Aku lupa!" Ana menepuk dahinya sendiri.

"Frastian Gunawan. General Manger di Nolan Hotel. Kalian sudah bertemu?" ulang Ana memperbaiki pertanyaannya.

"Tidak. Aku belum tahu seperti apa pimpinan  di Hotel," jawab Zeline seadanya.

"Hmmm... Baguslah jika belum. Aku ingin mengingatkanmu, aku akui dia pria yang baik, karena aku mengenalnya. Namun kamu juga harus tahu jika pimpinan kalian seorang casanova, playboy, atau apalah itu, dia ahli dalam mempermainkan perasaan wanita. Jadi, kamu harus berhati-hati padanya. Jangan mudah terjebak oleh rayuan serta pesonanya," ucap Ana terdengar sangat tegas mengatakannya, seakan apa yang Ana katakan adalah sebuah perintah untuk Zeline patuhi.

Zeline tersenyum menatapnya.

"Tenang saja. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal seperti itu," jawab Zeline.

Bagaimana  aku bisa tertarik pada pria lain saat di mata ku hanya dia pria yang paling sempurna? Terlebih lagi saat ini hatiku masih menjadi miliknya. Batin Zeline.

Like dan komen nya kakak, jangan lupa, biar aku semangat nambah up.

Terima kasih.🤗🤗🙏🙏