Neo terbiasa hidup dalam kekacauan.
Berantem, balapan liar, tawuran semuanya seperti rutinitas yang sulit ia hentikan. Bukan karena dia menikmatinya, tapi karena itu satu-satunya cara untuk melampiaskan amarah yang selalu membara di dalam dirinya. Dia tahu dirinya hancur, dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak peduli.
Setidaknya, itulah yang dia pikirkan sebelum seorang gadis bernama Sienna Ivy masuk ke hidupnya.
Bagi Neo, Sienna adalah kekacauan yang berbeda. Sebuah kekacauan yang membuatnya ingin berubah.
Dan kini, dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan dikirim ke Swiss jauh dari Sienna, jauh dari satu-satunya alasan yang masih membuatnya merasa hidup.
Sienna tidak terima. "Biar aku yang atur strateginya. Kamu nggak boleh pergi, Neo!"
Neo hanya bisa tersenyum kecil melihat gadis itu begitu gigih memperjuangkannya.
Tapi, bisakah mereka benar-benar melawan takdir?
Yuk, kawal Neo-Siennaꉂ(ˊᗜˋ*)♡
Update tiap jam 14.59 WIB
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leo.Nuna_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CYTT(Part 20) Di Balik Makan Malam
Happy Reading (。•̀ᴗ-)✧
⋇⋆✦⋆⋇
Jika Neo tengah menghadapi tantangan pertamanya di sekolah baru, maka situasinya berbeda bagi Sienna. Sesuai yang dikatakan Papa Satya tadi pagi, malam ini mereka akan mengadakan makan malam bersama.
Awalnya, Sienna mengira itu hanya makan malam biasa. Namun, firasatnya mulai tidak enak saat Mama Sonia menyiapkan gaun khusus untuknya.
Gaun hitam itu terlihat begitu elegan dengan desain anggun dan modern. Potongannya strapless dengan tali spaghetti, memperlihatkan bahu dan lehernya dengan sempurna.
Bagian atasnya memiliki siluet fitted yang mempertegas lekuk tubuh, sementara bagian bawah mengembang dalam bentuk A-line midi dress, memberikan kesan mewah namun tetap ringan.
Yang membuatnya semakin unik adalah aksen pita besar di bagian pinggang, menambah sentuhan feminin sekaligus elegan. Bahan satin dengan kilauan lembut semakin memperkuat kesan glamor.
Dipadukan dengan high heels transparan dan clutch berhiaskan kristal, gaun ini terlihat sempurna untuk acara formal atau pesta malam yang mewah.
Namun, yang membuat Sienna bertanya-tanya bukanlah soal gaun atau aksesori yang dikenakannya. Lebih dari itu, ada sesuatu yang terasa berbeda dengan makan malam ini.
Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Papa Satya dan Mama Sonia?
Sienna menghela napas pelan. Entah mengapa, perasaannya mengatakan bahwa malam ini akan membawa sesuatu yang tidak dia duga.
Saat matahari mulai tenggelam, Sienna berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri dengan perasaan campur aduk. Gaun itu memang indah, tetapi mengapa ia merasa seperti sedang dipersiapkan untuk sesuatu yang lebih besar dari sekadar makan malam keluarga?
Ketukan di pintu mengalihkan pikirannya. Suara Bik Lastri terdengar lembut dari balik pintu, memintanya untuk turun.
Sienna menghela napas panjang sebelum akhirnya melangkah keluar dari kamar.
Begitu tiba di lantai bawah, ia disambut oleh Papa Satya dan Mama Sonia yang sudah mengenakan pakaian serasi. Ada aura formal yang terpancar dari keduanya, membuat perasaan Sienna semakin tidak tenang.
"Ayo, Semua sudah siap," kata Mama Sonia dengan senyum lembut. Namun, ada sesuatu dalam tatapannya yang sulit Sienna artikan.
Dengan langkah ragu, Sienna mengikuti mereka menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah, mencoba menekan perasaan gelisah yang semakin menguat.
Sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang mengisi mobil. Sienna sibuk dengan pikirannya, mencoba menerka-nerka apa yang akan terjadi setelah ini.
Keheningan itu akhirnya terpecah ketika Papa Satya membuka suara.
"Ayo turun, kita sudah sampai," ucapnya.
Sienna segera menoleh ke luar jendela, dan saat itulah dia menyadari sesuatu—mereka telah tiba di salah satu restoran paling terkenal di kalangan pebisnis.
Jantungnya berdegup lebih kencang. Kenapa di sini? Batinnya gelisah.
Sienna melangkah keluar dari mobil dengan sedikit ragu. Udara malam yang sejuk sama sekali tidak mampu meredakan kegelisahannya. Dia melirik Papa Satya dan Mama Sonia, mencari petunjuk di wajah mereka, tetapi keduanya tetap tenang, seolah ini hanyalah makan malam biasa.
Seorang pelayan langsung menyambut mereka dan mengantar ke sebuah ruangan VIP di bagian dalam restoran. Begitu pintu dibuka, Sienna melihat seorang pria paruh baya duduk dengan anggun di salah satu kursi, ditemani seorang pemuda yang tampaknya seusia dengannya.
Tatapan pria itu langsung tertuju pada Sienna, penuh penilaian, sementara pemuda di sebelahnya hanya melirik sekilas sebelum kembali fokus pada minumannya.
Sienna langsung mematung. Dia mengenali pemuda itu.
"Sienna, kenalkan, ini Om Revano," ujar Papa Satya dengan senyum ramah. "Dan ini putranya, Raven."
Sienna merasakan dadanya mengencang. Raven. Orang yang selama ini selalu menghantui hari-harinya di sekolah.
Dia menelan ludah, mencoba mengendalikan emosinya. Jelas sekali ada sesuatu yang lebih besar di balik makan malam ini.
Dengan ragu, dia melangkah maju dan mengulurkan tangan. "Selamat malam," sapanya sopan.
Om Revano tersenyum tipis, menjabat tangannya dengan mantap. "Akhirnya kita bertemu juga, Sienna."
Suasana di ruangan terasa semakin berat. Sienna bisa merasakan firasat buruknya perlahan mulai terbukti.
"Silakan duduk, sebentar lagi pelayan akan mengantarkan makanan kita," ujar Om Revano dengan nada tenang.
Papa Satya, Mama Sonia, dan Sienna akhirnya menarik kursi dan duduk di tempat masing-masing. Benar saja, tidak lama kemudian beberapa pramusaji datang, menyajikan hidangan dengan penuh kehati-hatian.
Saat yang lain sibuk memperhatikan para pramusaji, Sienna justru mencuri-curi pandang ke arah Raven. Entah kenapa, malam ini pemuda itu terlihat berbeda.
Raven terlihat lebih tenang dari biasanya. Tidak ada sorot tajam atau senyum mengejek yang biasa dia tunjukkan setiap kali mereka bertemu di sekolah. Sebaliknya, ekspresinya datar, seolah dia tidak terlalu peduli dengan keberadaan Sienna di sini.
Sienna melirik sekilas ke arah Raven, lalu mengalihkan pandangannya saat Om Revano kembali berbicara.
"Om dan Papa kamu sudah lama bekerja sama, dan Om rasa sudah saatnya mempererat hubungan ini menjadi lebih jauh, salah satunya dengan makan malam hari ini," ujar Om Revano, menatap Papa Satya dengan senyum penuh makna.
Sienna merasakan ada yang aneh dengan ucapan itu. Dengan ragu, dia menoleh ke arah Papa Satya, berharap menemukan jawaban di wajahnya.
Namun, sayangnya, Papa Satya hanya tersenyum ringan dan tidak memberikan penjelasan lebih. Akhirnya, mereka semua mulai menikmati makan malam mereka.
Sienna mencoba untuk menikmati hidangannya, tetapi pikirannya terus dihantui pertanyaan yang belum terjawab. Apa sebenarnya tujuan pertemuan ini?
Di tengah suasana makan malam yang tenang, Om Revano meletakkan gelasnya dengan pelan dan menatap Sienna dengan senyuman yang penuh arti.
"Kebetulan sekali, Sienna dan Raven sudah saling mengenal, kan?" katanya dengan nada lembut. "Itu bagus. Hubungan yang sudah terjalin akan mempermudah banyak hal ke depannya."
Sienna mengerutkan kening, merasa ada yang janggal dengan kata-kata itu.
Raven, yang sejak tadi lebih banyak diam, hanya memainkan garpunya tanpa menanggapi ucapan Om Revano.
Sienna melirik Papa Satya, berharap menemukan ekspresi yang menandakan ketidaksetujuan. Namun, yang dia dapati justru senyuman kecil dan anggukan dari Papa Satya.
"Benar, kebetulan yang menarik. Aku juga berpikir, mungkin ini saatnya Sienna lebih mengenal Raven dengan cara yang berbeda," kata Papa Satya, seolah menyetujui apa yang baru saja dikatakan oleh Om Revano.
Jantung Sienna berdegup lebih kencang. Dia hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya.
"Tapi, Pa..." Suaranya terhenti, tertahan di tenggorokan.
Bukankah Papa Satya tahu bahwa dia masih menjalin hubungan dengan Neo? Lagipula, Neo adalah anak dari sahabat Papanya, Leonard Blaze.
Sienna menoleh ke arah Mama Sonia, berharap ibunya akan memberikan sedikit pembelaan, namun Mama Sonia hanya tersenyum tipis, tampak tidak ingin menentang keputusan ini.
Sienna menggenggam sendoknya lebih erat, perasaan tidak nyaman yang dia rasakan semakin membebani dada. Rasanya seperti ada jebakan yang perlahan-lahan terungkap, dan dia tidak tahu sejak kapan itu dimulai.
Sementara itu, Om Revano menatap Raven sejenak, lalu menambahkan, "Raven juga tidak keberatan, bukan?"
Raven mendongak, tatapannya tenang namun sulit dibaca. Dia menatap Sienna beberapa detik, sebelum akhirnya menjawab dengan nada santai, "Selama Sienna tidak keberatan."
Sienna semakin terkejut, merasa seolah semua orang di ruangan ini sudah memiliki kesepakatan yang tidak melibatkan dirinya.
Bagaimana mungkin Papa Satya bisa bersikap seolah-olah ini adalah hal yang wajar? Bagaimana dengan Neo?
Makan malam yang awalnya terasa mencurigakan kini berubah menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar pertemuan biasa.
Sienna menelan ludah, perlahan menyadari bahwa malam ini baru saja berubah menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang mungkin tidak bisa dia hindari.
»»——⍟——««
Hallo semua✨
Sebelum makasih udh mampir🐾
Buat yg suka cerita aku mohon dukungannya ya, biar aku semangat updatenya💐
Dan jangan lupa follow akun ig aku @nuna.leo_ atau akun tiktok aku @im.bambigirls. Karena disana aku bakal post visual dan beberapa cuplikan.
Oke see you semua!(◠‿◕)