Alexius tiba-tiba melamar seorang artis bernama Lily hanya untuk memiliki keturunan. Lily terpaksa menerima lamarannya demi sejumlah uang yang dia tawarkan. Namun siapa sangka dia terjebak dalam perasaan cinta pada laki-laki dingin dan angkuh itu. Meskipun Alexius hanya memanfaatkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andropist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
“Aku tadi bertemu dengan Dreeyana di toko retail. Sekarang Dreeyana suah pulang ke rumah dengan selamat. aku pamit pergi.” Ucap Kai.
“Ibu, tadi orang-orang mengerumuniku, mereka memanggil-manggilku dengan nama Lily. Mereka pikir aku idol mereka. Mereka pasti salah orang, apa ada seorang idol yang memang mirip denganku? Jika ya, pasti itu sangat merepotkan. Aku akan terus dikerumuni seperti itu.” Keluh Lily.
“....” Mata ibu kemudian berkaca-kaca, ia menatap Kai. Kai hanya terdiam.
“Tapi untunglah, pria ini menolongku. Dia bahkan berbohong pada orang-orang itu. Dia bilang kalau dia tim dari agensiku. Untunglah mereka percaya. ibu juga harus berterima kasih pada orang ini. berkat dia aku bisa pulang dengan selamat.” Lily menambahkan.
“Memang sudah menjadi kewajibannya untuk menjagamu....Lily.” Ibu kini menyebut Lily dengan nama panggungnya.
“Hah? Maksud ibu?” Lily malah tambah bingung.
“Eh, lebih baik aku pulang sekarang, hari sudah sangat larut. Selamat malam.” Kai pun bergegas pergi.
“Nanti ibu jelaskan di dalam ya. lebih baik kita masuk sekarang.” Ibu kemudian mengajak Lily untuk masuk.
Mereka pun tiba di dalam apartemen mereka. Lily masih merasa asing dengan tempat itu karena dalam ingatan terkahirnya, ia tinggal di desa tempat Ayahnya berasal.
“Bu, maaf, aku lupa untuk membeli gochugaru-nya.” Ucap Lily kini duduk di meja makan.
“Kau sudah membelinya tadi sore nak. Makanya ibu khawatir saat kau tidak ada untuk makan malam. ternyata kau pergi untuk membelinya lagi. Kau pasti lupa.” Ucap Ibu dengan hati yang perih. Ingatan Lily sudah benar-benar kacau. Bagaimana mungkin ia bisa lupa hal yang baru saja ia lakukan.
“Benarkah? Astaga mengapa aku jadi sangat pelupa.” Keluh Lily.
“Sudahlah, lebih baik kita makan sekarang ya, keburu makanannya dingin. Ayo.” Ucap Ibu sambil menuangkan nasi ke mangkuk untuk Lily.
“Baiklah, tapi setelah makan ibu harus menceritakan soal pria tadi padaku ya. ibu sudah janji.” Ucap Lily mengingatkan.
“Uhuk!” Ibu tersedak.
“Ya..bb—baiklah. Tapi kau harus menghabiskan makan malammu dulu dan jangan sampai ada yang tersisa.”Ucap Ibu dengan nada bicara yang masih bergetar.
“Siap!” Lily kemudian makan dengan lahap dan cepat.
“Pelan-pelan, kau nanti akan tersedak.” Ibu mengingatkan. Lily pun menurutinya.
Usai makan, Ibu dan Lily pun memebreskan bekas makan dna mencuci piring. Malam ini Lily lah yang bertugas untuk cuci piring. Lily cuci piring dengan cepat karena ingin segera mendegar cerita dari Ibu. Setelah selesai mencuci piring, ia pun bergegas ke kamar ibunya.
“Ibu, aku sudah menyelesaikan cuci piringnya.” Ucap Lily.
“Bagus. Kemarilah, kau harus istirahat.” Ucap Ibu.
“Tapi ibu kan sudah berjanji... Ibu ingat?” Lily kembali mengingatkan.
“Ya, ibu tahu. sebentar, ibu ingin mengambil sesuatu di gudang. Kau tunggu ya.” Ibu kemudain beranjak pergi.
“Baik Bu.” Jawab Lily.
Tak lama kemudian Ibu kembali dengan membawa album foto. Lily tampak bersemangat.
“Bu, awalnya aku merasa takut dan sebal pada pria yang bernama Kai itu, tentu saja karena ia telah mendesakku untuk mengingat sesuatu waktu di rumah sakit. Tetapi sekarang tidak lagi. Aku rasa dia pria yang baik.” Ucap Lily.
Mendengar itu ibu merasa sangat sakit. Andai saja Lily ingat siapa pria itu sebenarnya. Ibu pun duduk di samping Lily sambil membuka Album foto itu.
“Lily...Maksud Ibu, Dreeyana...Dengarkan perkataan ibu dengan baik ya. kau siap mendengar semuanya?” Tanya Ibu memastikan.
“Tentu Bu. Aku siap.” Ucap Lily.
“Baiklah...”Ibu membuka lembar pertama dari album itu.
“Dreeyana, puteri Ibu yang sangat cantik dan berbakat. Ibu tahu sejak kau masih kecil, bahwa kau akan tumbuh menjadi wanita yang luar biasa.” Ibu mengawali ceritanya.
“Semenjak SMA, kau sering mengikuti audisi bernyanyi atau audisi idol. Waktu itu ibu melarangnya karena ibu khawatir, kau puteri ibu satu-satunya, ibu takut jika kau akan menderita. Tapi perlahan, ibu mulai luluh. Ibu tak tega melihatmu yang setiap hari merengek, belum lagi rekomendasi dari guru senimu. Katanya, sangat disayangkan jika bakatmu ibu kubur dalam-dalam. Ibu kahirnya mengizinkanmu untuk mengikuti seleksi menjadi idol.”
“Lihat, ini foto audisimu yang pertama. Ibu tidak percaya jika kau lolos untuk semua audisi. Kita bahkan sempat bingung harus memutuskan yang mana.” Ucap Ibu dengan mata yang berkaca-kaca.
Lily begitu terharu melihat fotonya sendiri. Lama sekali ia menatap foto itu, berharap ia akan mengingantnya lagi.
“Kau juga sempat mengikuti tes perguruan tinggi, seperti yang kau ingat. Jaga-jaga jika kau gagal dalam setiap audisimu. Tapi ternyata terbalik, kau lolos untuk semua audisimu dan kau malah gagal dalam tes masuk perguruan tinggi.” Jelas ibu sambil membuka lembar album selanjutnya.
“Kau akhirnya masuk menjadi trainee di salah satu agensi besar. Ibu tak menyangka jika aku akan masuk ke sana. Kau menjado trainee selama dua tahun lalu kau debut menjadi soloist idol. Ini foto debut pertamamu, lihatlah betapa orang-orang begitu antusias menyambutmu.” Ibu menunjuk ke foto lain.
“selama menjadi trainee memang tak mudah, ibu bahkan sempat meragukan keputusan ibu karena telah mengijinkanmu untuk menjadi idol. Tapi kau berhasil membuktikannya pada Ibu, kau berhasil menjadi soloist idol paling sukses nak.” Ucap Ibu dengan bangga. Ibu melihat Lily yang kini menangis.
“Apa kau mengingatnya?” Tanya ibu.
“Aku...aku...mengingatnya sedikit. Aku ingat dengan judul lagu pertamaku, Cheot sarang? Benar kan bu?” Ucap Lily dengan antusias.
“Itu singgle keduamu. Tapi tak apa, kau berhasil mengingatnya walau sedikit. Ibu yakin kau pasti bisa mengingat semuanya, ya perlu waktu. Baiklah, kita lanjutkan ceritanya ya.” Ucap Ibu kemudian membuka lembar foto selanjutnya.
“ini foto-fotomu saat menjadi Idol, saat kau tour, ibu bangga saat kau berhasil tour keliling dunia. Kau benar-benar dalam puncak kariermu saat itu.” Ucap Ibu dengan begitu bangga.
“Lalu...”Ibu membuka halaman selanjutnya dengan ragu.
“Lalu apa bu? Coba aku lihat.” Lily membuka halaman selanjutnya.
“Foto pernikahan?” Lily tampak kaget.
“Ya, itu foto pernikahanmu.” Jelas ibu.
“Aku? Tanggal sekian, bukankah itu beberapa bulan yang lalu?” Lily begitu heran.
“Ya, kau baru menikah beberapa bulan ini. dan statusmu masih menjadi isteri orang nak.” Ibu kini menangis.
“Bagaimana mungkin? Mengapa aku mau menikah? Bukankah aku masih muda? Dan ibu bilang aku dalam puncak karirerku, bagaimana bisa aku melepas semuanya hanya demi pernikahan itu? Lalu..., bagaimana bisa aku berada di sini sekarang? Jika aku sudah menikah, seharusnya aku berada di rumah suamiku.” Ucap Lily.
“Bagaimana ibu harus menjelaskannya padamu.” Ibu berderai air mata.
“Tunggu...pria itu? Bukankah itu pria yang tadi menolongku? Jadi...jadi dia... dia adalah...”
“Dia adalah suamimu.” Ucap ibu sambil menangis.
“tt—tidak mungkin....arrrggghh!” Lily kemudian merasa kepalana begitu sakit.
“Lily!” Ibu tampak khawatir.
maaf nih🙏🙏ini hanya pemikiran Q sj sbg pembaca😁😁😁🙏🙏
lajut rhor💪