Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Hari ini Rio berangkat ke kedai,ia akan mewawancarai seorang wanita untuk membantu pekerjaan di kedai.
Rio cukup kewalahan dengan para pelanggan hingga ia memutuskan untuk memperkerjakan seorang wanita.
hari ini Rio memberi tahukan apa saja tugas yang akan gadis itu kerja kan,Rio memberi tahukan cara membuat kopi yang enak tanpa Rio sadari ada seorang gadis yang sedang memperhatikannya.
POV REY
Rey sangat bosan berdiam diri di rumah terus menerus,ia ingin pergi ke kedai yang telah lama ia tak kunjungi.
Semenjak kejadian itu,Rey cukup menutup diri,saat ia membuka pintu kedai,tampak Rio sedang bercakap cakap dengan seorang gadis,ia cantik berbeda dengan dirinya.
dadanya begitu sesak,ia begitu cemburu melihat Rio dan gadis itu,Rey mengepalkan tangannya.
Saat Rio sadar ada Rey di sana,Rio dengan cepat menghampiri Rey yang tampak dengan wajah masamnya,
"Rey,sejak kapan kau di sini"ujarnya dengan wajah paniknya.
"mengobrol saja dengan gadis itu,tak perlu memperdulikan aku"ujarku berlalu pergi.
Rio mengejarku,ia menggenggam tanganku.
"lepaskan"ujarku berusaha menepis tangannya.
Rio tampak tersenyum melihatku,
"mama cemburu sama papa nak"ujar Rio mengodaku,aku memalingkan wajahku,aku memang cemburu,bisa bisanya dia akrab sekali dengan pegawai baru itu.
"bagaimana kalau kita beli baju ke mall"ujar Rio membujukku, Rio mengelus elus perutku yang membuncit,Rey tetap saja mengerucutkan bibirnya,aku pun memeluknya dari belakang dan mencium pipinya.
senyum merekah di bibirku,roo menarik tanganku menuju mobil,deru mesin terdengar,jalanan tak begitu macet, sesekali ku genggam tangan Rio.
Setibanya di sebuah mall, aku menuju salon kecantikan,
"mau apa kita ke sini Rio"ujarku sedikit bingung,
"kita rapikan rambutmu agar terlihat lebih cantik"ujar Rio mencubit pipiku dengan gemasnya.
"mbak, tolong buat cantik istriku ya"
Istri aku kan belum menikah dengan Rio, bagaimana bisa dia menyebut aku sebagai istrinya batinku berkecamuk.
seorang hairstylist mulai memotong rambutku yang mulai tak berbentuk lagi,aku pun melakukan spa untuk ibu hamil,aku begitu menikmati setiap pijatan lembut seorang terapis spa, Rio dengan sabar menungguku.
Setelah selesai Rio melakukan pembayaran,kami meninggalkan salon,entah kemana Rio akan membawaku.
"Rey,kamu mau makan apa"tanya Rio
"terserah kamu saja Rio"jawab ku.
Rio mengajakku ke sebuah restoran steak,
Restoran steak itu cukup ramai. Lampu temaram, aroma daging panggang memenuhi udara. Rio duduk berhadapan dengan Rey. Di antara mereka, dua piring steak masih utuh.
Rey menatap steaknya sebentar, lalu meneguk air.
“Steaknya dingin,” ucapnya datar.
Rio mengangkat wajahnya. “Aku bisa panggil pelayan.”
Rey menggeleng pelan. “Bukan soal itu.”
Rio terdiam. Ia tahu kalimat itu bukan tentang makanan.
Beberapa detik berlalu dalam keheningan.
Rio: “Kamu marah?”
Rey tersenyum tipis, tapi matanya tidak.
“Kalau aku bilang tidak, kamu akan percaya?”
Rio menghela napas. “Aku cuma wawancara karyawan.”
Rey: “Aku tahu.”
Ia memotong steaknya perlahan. “Tapi caramu menjelaskan ke aku… seolah itu hal sepele.”
Rio menaruh pisau dan garpunya.
“Aku nggak bermaksud bikin kamu merasa diabaikan.”
Rey menatap Rio tajam.
“Masalahnya, kamu sering nggak sadar saat aku merasa seperti itu.”
Rio terdiam. Matanya turun sebentar, lalu kembali menatap Rey.
Rio: “Aku masih belajar, Rey. Kedai, pekerjaan, semuanya numpuk.”
Rey: “Dan aku?”
Suaranya lebih pelan, hampir tenggelam oleh suara restoran. “Aku masuk di bagian mana?”
Pertanyaan itu membuat Rio terpaku.
Rio: “Kamu penting.”
Rey tertawa kecil, hambar.
“Jawaban aman.”
Rio berdiri setengah dari kursinya, lalu duduk kembali, frustasi.
Rio: “Aku nggak pandai ngomong. Tapi kalau kamu nggak penting, aku nggak akan ajak kamu ke sini.”
Rey menatap Rio lama. Emosinya melunak, tapi belum sepenuhnya reda.
Rey: “Aku cuma ingin kamu jujur… dan hadir. Itu saja.”
Rio mengangguk pelan.
“Aku akan coba lebih baik.”
Pelayan datang, menanyakan apakah steak mereka ingin dipanaskan ulang.
Rey tersenyum tipis.
“Nggak usah. Kayaknya sekarang sudah hangat.”
Rio menatap Rey, lalu tersenyum kecil.
Di antara mereka, masih ada luka kecil—tapi malam itu, setidaknya mereka memilih untuk tidak pergi.
Rio membawaku ke apartemen,aku tersenyum dengan semua perhatian Rio terhadapku.
Aku membersihkan diriku di kamar mandi,suara gemericik air yang mengalir terdengar di telinga,saat selesai aku mencari handukku tampak tertinggal di kamar.
"Rio"ujarku sedikit berteriak.
"ya,ada apa Rey"
"maaf Rio, tolong ambilkan handuk"
Tak lama terdengar suara ketukan pintu,aku sedikit membukanya, tanganku terulur mengambil handuk.
Saat aku keluar dari kamar,Rio tengah sibuk menata makanan di meja makan.
"Rey,duduk kita makan malam bersama"
aku makan dengan lahapnya, masakan yang Rio buat selalu enak, setelah selesai aku meminum beberapa vitamin untuk ibu hamil,dengan telaten Rio mengurusku, walaupun sebenarnya anak yang aku kandung bukan anaknya.
Saat mata kami saling menatap,Rio mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku dengan lembut akupun membalasnya, entah apa yang membuat kami berdua terbuai oleh nafsu,tanpa kami sadari,aku dan Rio sudah tak mengunakan sehelai benangpun.
Malam itu aku dan Rio berbagi peluh,aku tertidur pulas di pelukannya,Rio mengusap perutku yang membuncit,
"maafkan aku Rey"ujarnya dengan nada menyesal,aku tersenyum mendengarnya,Rio mengecup keningku,aku mulai memejamkan mataku dan tertidur pulas.
saat sinar pagi memasuki kamar,aku menggeliat,Rio nampak sedang duduk di sisi ranjang dan memandangi wajahku,aku tersipu malu di buatnya.
aku dan Rio memulai sarapan pagi aku melahap makanan yang tersaji,dan meminum susu hangat buatan Rio.
"Rey,aku pergi ke kedai dulu ya"ujarnya sambil mengecup keningku,aku mengangguk dan mengantarkan Rio sampai depan pintu apartemen,aku memandangi Rio hingga ia hilang di lorong apartemen.
Rasa bosan mulai menghampiri ku,aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman,aku memakai dress selutut dan sepatu flat shoes agar lebih aman untuk ibu hamil.
di taman itu aku menikmati udara segar,aku mulai membaca buku agar mengusir rasa bosanku,satu persatu lembar buku aku baca.
Saat aku sedang sibuk dengan bukuku ada seseorang yang memanggil namaku,aku menolehkan wajahku ke arah suara itu.
"Alana"ujarku saat melihat gadis itu tampak lebih kurusan.
"Rey, sekarang kamu berubah"ujarnya sambil melihat dari ujung kepala hingga kaki ku.
"ya, sekarang aku sedang mengandung"
"kamu sudah menikah Rey,dengan siapa"tanya Alana padaku, sebenarnya aku binggung harus menjawab apa, tiba-tiba ponselku bergetar,Rio menanyakan keberadaan ku, sebentar lagi ia akan menjemputku di taman.
Aku melambaikan tangan saat Rio sedang mencari keberadaan ku,Rio tampak terkejut saat melihat alana ada di dekatku,aku dan Rio berpamitan pada Alana dan meninggalkan Alana sendiri di taman itu.
"Rey"
aku dan Rio menoleh.
"apa kalian berdua menikah"
Pertanyaan yang sulit aku jawab saat ini.