TERJEBAK DUDA ANAK SATU

Malam ini Ilyas mengajak Maysa makan malam berdua di luar. Dengan alasan ingin mengenal lebih dekat mereka lolos dari rengekan Kavin yang mau ikut. Sebenarnya Maysa malas namun Ilyas terus memaksa, alhasil Maysa mengalah daripada harus ribut di depan orang tua.

Ilyas melajukan mobilnya menuju sebuah resto ternama di kota itu. Di dalam perjalanan nampak keduanya hanya diam saja. Ilyas juga tidak berniat membuka obrolan terlebih dulu.

Sampai di resto yang di tuju, keduanya masuk ke dalam. Ilyas menggandeng mesra tangan Maysa membuat Maysa terpaksa mengikuti langkahnya. Mereka berdua di sambit oleh oelayan resto dengan baik, keduanya di antar menuju ruang VIP nomer dua.

" Silahkan Tuan dan Nona, selamat menikmati makan malam." Ucap pelayan membukakan pintu untuk keduanya.

" Terima kasih." Ucap Ilyas.

" Ayo Sa..." Ilyas menjeda ucapannya, ia menatap Maysa.

" Sa?" Maysa mengerutkan keningnya.

" Maysa maksudnya." Sahut Ilyas di balas anggukkan kepala oleh Maysa.

" Aku kira mau panggil sayang. Apaan sih kamu May." Batin Maysa.

Maysa mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Meja bundar di tengah tengah dan dua kursi saling berhadapan di kelilingi api lilin yang di tata dengan rapi. Dari depan pintu hingga meja makan nampak taburan bunga mawar membentuk sebuah jalan.

Ilyas menggandeng Maysa menuju meja makan. Ia menarik kursi untuk Maysa membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan iri. Keduanya duduk berhadapan. Ikyas membuka tudung saji yang menutupi piring mereka. Nampak hidangan steak dan ayam lada hitam dengan sedikit nasi putih di sana.

" Makanlah May! Semoga kau suka dengan kejutan yang Mas buat ini." Ucap Ilyas.

" Aku menyukainya, terima kasih." Ucap Maysa tidak mau membuat Ilyas kecewa. Lagi lagi Ilyas tersenyum lebar.

Mereka mulai memakan hidangannya. Sesekali Ilyas mencuri curi pandang ke arah Maysa. Bukan Maysa tidak tahu, namun ia lebih bersikap seolah tidak tahu.

" Sudah selesai Mas, ayo kita pulang!" Ajak Maysa setelah menghabiskan makanannya.

" Ada yang ingin Mas tunjukkan padamu." Ucap Ilyas.

" Apa itu?" Tanya Maysa menatap Ilyas.

Prok prok

Beberapa pelayan datang membawa beberapa bucket bunga mawar merah. Ilyas memberikan bucket itu kepada Maysa satu persatu.

" Dengan ini Mas ingin meminta maaf

padamu. Mas bersalah kepadamu karena tanpa Mas sadari Mas melukai harga dirimu. Bukan maksud Mas merendahkan martabatmu tapi Mas selalu hilang kendali saat berada di dekatmu." Ucap Ilyas membuat Maysa menahan senyumnya.

Ilyas menggenggam tangan Maysa. Keduanya saling melempar pandangan.

" Jangan pernah berpikir jika Mas sering melakukannya dengan wanita lainnya. Mas tidak pernah melakukan ini pada siapapun setelah Mas berpisah dengan mantan istri Mas. Mas berani bersumpah untuk hal ini." Ucap Ilyas.

" Kebetulan Mas mengungkit mantan istrimu. Kalau Mas tidak keberatan aku ingin tahu tentang masa lalumu." Ucap Maysa.

Ilyas menarik tangannya lalu menghela nafasnya pelan. Hal itu membuat Maysa berkesimpulan jika Ilyas tidak mau membahasnya.

" Maaf! Jika Mas tidak mau membahasnya tidak masalah. Aku tidak akan mengungkit masalah ini lagi." Ucap Maysa merutuki kebodohannya. Ia lupa dengan nasehat yang mamanya berikan padanya.

" Aku sudah tahu tentang masa lalumu, mungkin ini saatnya kau tahu tentang masa lalu Mas juga." Ujar Ilyas.

Maysa menatap Ilyas tidak percaya. Ilyas akan terbuka dengannya? Benarkah ia seistimewa itu hingga Ilyas mau menceritakan tentang masa lalunya? Pikir Maysa.

" Namanya Maurine Anastasya. Dia seorang model terkenal di jamannya. Seperti yang pernah Mas ceritakan padamu, dia pergi mengejar kariernya bersama pria lain setelah satu hari melahirkan Kavin. Dan Mas langsung menceraikannya saat itu juga. Setelah itu kami tidak pernah saling kontak ataupun bertemu lagi sampai sekarang, Mas juga sudah melupakan wanita tidak punya hati itu." Jelas Ilyas.

" Bagaimana jika dia kembali setelah kita menikah nanti? Apa yang akan Mas lakukan jika dia ingin kembali bersamamu dan Kavin?" Tanya Maysa ingin tahu.

" Sampai kapan pun dan apapun alasannya Mas tidak akan pernah kembali padanya. Walaupun dia menangis darah di bawah kakiku sekalipun." Sahut Ilyas mantap.

" Apa kau masih menyimpan cintamu untuknya saat ini?" Selidik Maysa menatap Ilyas.

" Sejak dia melangkahkan kaki keluar, maka saat itu juga cintaku padanya padam. Tidak ada rasa yang tertinggal walaupun hanya rasa kebencian." Ujar Ilyas.

" Baiklah aku akan mengingat ucapanmu, aku akan menagihnya saat kau melupakannya." Ucap Maysa.

" Tegur atau ingatkan Mas kalau Mas melupakannya suatu hari nanti." Ucap Ilyas.

" Beberapa hari lagi kita akan menikah, Mas mau kamu tahu apa saja yang tidak Mas sukai supaya kau tidak melakukan hal itu." Ujar Ilyas.

" Apa saja itu Mas?" Tanya Maysa menatap Ilyas.

" Yang pertama Mas orangnya posesif, Mas tidak mau kamu dekat dengan pria manapun selain Mas. Yang kedua Mas tidak suka ada orang yang membentak Kavin, dan yang terakhir biasakan untuk meminta ijin Mas sebelum kamu pergi kemanapun." Terang Ilyas.

" Oke." Sahut Maysa.

" Apa ada hal yang tidak kamu sukai yang harus Mas hindari?" Tanya Ilyas menatap Maysa.

" Pertama kebohongan. Aku tidak suka dengan satu hal itu, sepahit apapun kenyataannya Mas harus mengungkapkannya padaku. Jika Mas tidak suka aku dekat dengan wanita lain maka aku pun sama. Jika aku melihatmu bersama wanita lain maka aku pun akan melakukan hal yang sama. Yang kedua aku tidak suka di atur atur, ada beberapa hal yang aku anggap sebagai privasi. Jadi aku tidak mau Mas melewati batas itu." Ujar Maysa.

" Baiklah Mas akan selalu mengingat hal itu. Sudah malam, mau jalan jalan dulu atau mau langsung pulang?" Ilyas menatap Maysa yang nampak sedang berpikir.

" Jalan sebentar di alun alun kota Mas, aku mau membeli gula kapas untuk Kavin."

" Big No!.. Mas tidak membiasakan Kavin untuk makan makan seperti itu." Ucap Ilyas.

" Mas, Kavin itu masih anak anak. Biarkan dia berada di dunianya sendiri. Eskrim, gula kapas, coklat, dan yang lainnya itu makanan khas anak anak. Jangan jadikan Kavin dewasa sebelum waktunya. Biarkan dia menjalani masa kekanak kanakkannya dengan normal seperti anak anak pada umumnya." Ujar Maysa.

" Kalau dia sakit karena makan makanan itu gimana? Mas tidak mau kalau sampai Kavin sakit." Ucap Ilyas.

" Mungkin beberapa makanan memang bisa menjadi pemicu sebuah penyakit, tapi ingat satu hal Mas yang memberikan sakit itu Tuhan. Jika kita memang sedang di beri sakit, walaupun kita mengkonsumsi makanan sehat sekalipun pasti juga akan sakit. Jadi jangan terlalu khawatir, ikhtiar boleh tapi jangan terlalu mengekang anak anak. Atau dia akan jadi anak yang memiliki sikap monoton sepertimu, datar." Sahut Maysa.

" Mas monoton? Datar?" Ilyas mengerutkan keningnya.

" Kamu belum tahu saja bagaimana manisnya Mas ini, Mas itu orangnya sangat romantis sayang. Mau Mas kasih hadiah ciuman lagi? Sini!" Ilyas menarik Maysa

" Eh nggak.. Nggak mau!" Ucap Maysa menghindar.

Maysa berdiri menghadap Ilyas.

" Berani cium lagi aku tonjok kamu Mas! Kamu lupa nih acara makan malam buat apa? Buat minta maaf sama aku kan? Kalau kau nekat nyium aku, aku tidak mau memaafkanmu lagi." Ucap Maysa menatap tajam ke arah Ilyas. Ilyas terkekeh melihatnya.

" Iya baiklah Mas tidak akan menciummu lagi, jangan takut! Sekarang ayo kita pulang! Kita mampir ke alun alun kota membeli gula kapas."

" Benarkah?" Tanya Maysa dengan mata berbinar.

" Iya, kita beli makanan untuk Kavin. Sekarang Mas tidak takut Kavin sakit, karena ada mommynya yang siap merawat dan mengurusnya."

" Hah????"

TBC...