Dua bulan sebelum menikah. Dia bertemu dengan wanita di masa lalunya. Ternyata selama ini alasannya enggan menikah karena masih tidak terima ditinggal mantan pacarnya begitu saja.
Dia ingin membalas dendam, tapi cinta masa lalu kembali menjeratnya.
Lalu bagaimana nasib pernikahannya?
Akankah dia akan tetap menikah atau kembali kepada masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Senja🧚♀️, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Bab 15
Andreas terus menarik tangan Alenka sampai mereka tidak kelihatan lagi oleh teman-teman Andreas. Setelah itu Andreas mulai melepaskan tangan Alenka. "Makasih ya. Akting kamu hebat." puji Andreas.
"Sama-sama pak, tapi bolehkah saya ke toilet dulu? Saya udah nggak betah?" Alenka menggerakan kakinya menahan pipis.
"Ya, aku tunggu di mobil." kata Andreas.
Alenka pun segera berlari kecil mencari toilet. Dia sudah tidak tahan lagi. Beruntung dia bisa menemukan toilet dengan cepat.
"Hah.. Lega.." gumamnya saat keluar dari toilet.
Bruk..
Namun, tanpa sengaja ia menabrak seseorang di depannya. "Maaf.. Maaf.." katanya sembari mengangkat kepalanya.
Dan, betapa kagetnya dia ketika melihat Samuel yang ternyata ia tabrak. "Muel?" lirihnya.
"Kenapa kamu ada disini? Kamu bilang di rumah nggak kemana-mana. Kamu mulai berbohong? Dengan siapa kamu kesini?" tanya Samuel dengan tatapan tajam.
"A..ku.. Aku.."
"Loh Virginia? Kamu belum pulang? Kamu ditinggal Andreas?" tiba-tiba salah seorang teman Andreas menyapanya. Ia juga mau ke toilet tapi tanpa sengaja melihat Alenka.
Tentu saja mata Samuel langsung melotot. Bukannya dia sudah bilang kalau dia tidak suka melihat Alenka dekat dengan Andreas. Tapi ini malah pergi bersama.
"Andreas ada di depan. Aku tadi kebelet pipis." jawab Alenka.
"O yaudah, kirain Andreas ninggalin kamu. Aduh aku juga kebelet pipis." teman Andreas itu segera berlari karena dia juga tidak tahan.
Sementara Samuel terus menatap Alenka dengan marah. Dia sebenarnya hanya ingin pergi ke toilet tapi siapa sangka dia malah bertemu dengan Alenka di tempat tersebut.
"Muel, aku bisa jelasin!" katanya sembari meraih tangan Samuel. Akan tetapi, Samuel hanya diam tanpa berkata apapun. Hanya sorot matanya yang tajam terus menatap Alenka.
"Kamu mau pulang bareng aku atau bos kamu?" tanya Samuel dengan ketus.
"Ba..reng kamu.." Alenka tidak mau semakin memperkeruh suasana. Ia akan mencoba menenangkan Samuel.
"Dimana bos kamu?"
"Ada di parkiran." Samuel segera menarik tangan Alenka membawanya ke parkiran.
Samuel sengaja menarik Alenka sampai ke mobil Andreas. Dari dalam mobil, Andreas melihat Alenka yang ditarik oleh Samuel. Ia pun merasa harus melindungi Alenka. Biar bagaimanapun, Alenka adalah karyawannya.
"Maaf pak Samuel, kenapa bapak tarik-tarik tangan Alenka?" tanya Andreas keluar dari mobil.
"Kenapa aku tarik dia itu bukan urusan kamu. Aku cuma bilang, jangan pernah manfaatin jabatan kamu untuk merayu istriku!" kata Samuel dengan marah.
"Istri?" Andreas bingung.
"Ya, aku kasih tahu ke kamu. Alenka adalah istriku, dia wanitaku, jadi jangan harap kamu bisa deketin dia!" imbuh Samuel.
"Sekarang kamu pilih pulang sama aku atau dia?" Samuel bertanya kepada Alenka.
Alenka menatap Andreas seperti ingin meminta maaf. "Bareng kamu." jawab Alenka yang lebih memilih pulang bersama Samuel dibanding dengan Andreas.
Samuel kemudian menarik Alenka ke dalam mobilnya. Barulah saat itu Andreas paham maksud dari perkataan Samuel. Dia juga melihat jika ada hubungan special yang Alenka sembunyikan darinya.
Di dalam mobil. Samuel hanya diam dengan wajah marah. Dia juga mengendarai mobilnya dengan sangat kencang. "Muel, hati-hati!" kata Alenka memperingatkan Samuel.
"Kamu takut mati sama aku karena kamu mau mati sama bos kamu?" tanya Samuel dengan marah.
"Bukan gitu. Kamu sedang marah sekarang, aku nggak mau kita kenapa-napa."
Akan tetapi Samuel sama sekali tidak menghiraukan perkataan Alenka. Bahkan dia mengendarai mobilnya lebih kencang lagi. Begitu sampai di apartemen. Ia segera menarik tangan Alenka ke kamar.
Samuel mendorong Alenka dengan cukup keras sampai Alenka mepet ke dinding. Dia mulai menciumi Alenka dengan kasar. Bahkan melakukan hal tersebut dengan cukup kasar.
Berulang kali Alenka meminta maaf karena merasa tidak nyaman dengan perlakukan Samuel. Bahkan Samuel melakukannya dengan paksa sampai berulang kali.
Alenka yang menyadari kesalahan hanya pasrah dengan apa yang Samuel lakukan. "Kamu istriku, kamu wanitaku, tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh kamu!" kata Samuel sembari terus memompa hasratnya.
"Muel, aku nggak kuat.." lirih Alenka tidak kuat menahan gempuran Samuel.
Namun, Samuel terus menerus menggempur Alenka. Bahkan sampai jam 3 pagi pun Samuel masih belum mau berhenti. Bahkan tidak hanya dengan satu gaya dan tempat. Tapi dengan bermacam-macam gaya dan berbagai tempat. Saat itu Alenka hanya pasrah.
"Muel, aku minta maaf.. Ah.." katanya sembari mencengkeram sprei. Namun, Samuel terus menguncangkan tubuhnya dari belakang. Samuel juga menarik rambut Alenka.
Pagi harinya, badan Alenka terasa sakit semua. Untung hari ini hari Minggu jadi Alenka bisa istirahat setelah gempuran Samuel semalaman.
Dia melihat Samuel yang masih terlelap disampingnya. "Maafin aku." ucapnya pelan sembari mengecup kening Samuel.
Dia tidak menyalahkan Samuel jika Samuel melakukan sesuatu yang kasar semalam. Karena dia sendiri yang memulai. Hanya saja dia tidak menyangka akan bertemu dengan Samuel di tempat tersebut.
Alenka pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Meski agak kesulitan berjalan, tapi Alenka tetap berusaha untuk menyenangkan Samuel. Untung dia juga sudah mengisi bahan makanan di dalam kulkas beberapa hari yang lalu.
Seperti biasa, Alenka selalu bersenandung saat ia sedang memasak.
Klik. Alenka mematikan kompor karena telah selesai memasak. Ia pun berbalik hendak mengambil peralatan makan. Tiba-tiba dia melompat kaget saat melihat Samuel sudah berada di belakangnya.
"Ya ampun.. Ya ampun.." Alenka terkejut.
"Udah bangun? Sarapan juga sudah siap." katanya sembari memeluk Samuel.
Akan tetapi, wajah Samuel kelihatan tidak senang. Dia bahkan mendorong Alenka yang memeluknya. "Jangan marah lagi!" Alenka tidak mau melepaskan pelukannya.
"Maafin aku." lirihnya sembari terus memeluk Samuel.
****
Sepanjang hari wajah Samuel nampak murung. Meskipun Alenka berulang kali meminta maaf serta menyenangkannya. Tapi wajah Samuel tetap terlihat kesal.
"Katanya mau ambil baju?" tanya Alenka.
"Kenapa? Udah nggak betah ada aku? Pengen kencan sama bos kamu?" tanyanya dengan ketus.
"Muel, aku sama pak Andreas cuma bisnis. Dia minta tolong dan aku sekedar membantu. Udah itu doang. Tidak seperti yang kamu pikir." Alenka mendekati Samuel dan memegang tangannya.
"Lagipula kamu kan udah lampiasin kemarahan kamu, jangan marah lagi dong!" pinta Alenka.
"Aku mau kamu keluar dari pekerjaan kamu!" seketika mata Alenka melotot. Hanya masalah sepele kenapa Samuel sampai seperti itu.
"Muel, cuma masalah kayak gini kamu kenapa sampai kayak gitu? Jangan kekanak-kanakan deh!" kata Alenka.
"Kamu lebih milih aku atau bos kamu?" Samuel semakin kesal. Dia bahkan meminta Alenka untuk memilih.
"Kamu sebenarnya sudah nggak cinta kan sama aku?" tanya Samuel lebih tidak masuk akal lagi.
"Kalau aku tidak cinta sama kamu, apa kamu pikir aku mau kembali dengan kamu? Sementara diluar sana bahaya mengancam."
"Aku sama pak Andreas tidak memiliki hubungan apapun selain hubungan pekerjaan. Terserah kamu mau percaya atau nggak." Alenka mulai tersulut. Dia tak menyangka jika Samuel akan kekanak-kanakan seperti ini diusianya yang hampir menginjak kepala tiga.
Alenka tidak lagi mendekati Samuel. Dia bahkan tidak peduli dengan Samuel lagi. Sekarang, gantian dia yang ngambek.
Alenka hendak bangkit tapi dengan cepat Samuel menariknya. Alenka pun jatuh di dalam pelukannya. "Maafin aku, jangan marah!" katanya dengan lembut.
"Aku hanya cemburu. Aku takut kamu akan tinggalin aku lagi." lirihnya sembari memeluk Alenka dengan erat.
"Don't leave me!" lirihnya.
Alenka pun kemudian membalas pelukan Samuel. "Sampai detik ini, cuma kamu yang mampu membuat aku jatuh cinta." katanya menenangkan Samuel.