Istri Kecil Tuan Muda

Di perjalanan, suasana sangat canggung sekali tidak ada yang memulai pembicaraan semuanya diam. Keisya yang anaknya sedikit cerewet merasa tidak nyaman berada di situasi ini. Mau ngomong tapi gak tau mau ngajak ngomong siapa, andai saja bapaknya duduk bersama dengannya di kursi belakang pasti tidak akan secanggung ini.

"Berhenti disini saja Aldi. Saya turun di sini," ucap Herman. Mobil pun berhenti tiba-tiba.

"Kok gitu Pak? Masa bapak biarin Kei sendirian disini?," protes Keisya.

"Sendiri dari mana. Itu kan kamu sama Tuan Vino, jadi santai saja ya. Semoga lancar, inget pesan bapak," Herman pun turun dari mobil. Suasana semakin canggung setelah Herman pergi, Keisya tidak tau harus bersikap seperti apa. Bernafas saja rasanya sangat berat dilakukan. Vino diam dan hanya fokus pada ponselnya.

Mobil mulai memasuki halaman perusahaan, tampak di sana banyak wartawan dari berbagai media sudah siap siaga dikala melihat mobil sang Tuan Muda sudah memasuki halaman. Salah satu dari wartawan tersebut berteriak.

"Cepat menuju mobil Tuan Muda!!" Semua wartawan tadi langsung menyerbu berhamburan ke arah mobil Vino. Untung saja bodyguard nya sangat sigap sehingga bisa menghalau wartawan satu persatu agar tidak menutupi jalan.

"Tuan Vino apa benar yang Anda katakan di media sosial jika anda akan menikah? Jawab Tuan siapa wanita yang beruntung mendapatkan hati Tuan," desak wartawan yang tadi berteriak. Vino yang sudah menduga bakal dicecar begini hanya bisa pasrah. Keisya masih di dalam mobil karena mengikuti instruksi dari Vino jangan turun dulu karena nanti Keisya akan di shoot belakangan setelah Vino memperkenalkan ciri-ciri perempuan yang akan menikah dengannya.

Berbagai pertanyaan meloncat begitu saja dari mulut para wartawan sampai-sampai Vino kewalahan dalam menjawab.

"Mohon tenang, saya akan menjawab pertanyaan kalian semua. Semua berita itu benar bahwa saya akan menikah, dan gadis yang saya nikahi bukan dari kalangan bangsawan," jawab Vino santai.

"Kenapa bisa begitu? Bukankah banyak di luaran sana gadis yang lebih kaya dan anggun untuk Anda nikahi? Anda ini pengusaha sukses dan berpendidikan jadi pendamping anda seharusnya yang berpendidikan juga," protes wartawan lain.

"Anda pikir calon istri saya tidak berpendidikan? Jaga mulut kalian semua, bahkan jika saya disuguhkan wanita yang kaya tapi akhlaknya tidak baik dan hanya dia yang tersisa di dunia ini saya lebih baik memilih untuk tidak menikah seumur hidup," Vino mudah sekali tersulut emosi. Keisya yang menyaksikan itu sungguh terkejut. Rasa percaya diri nya kian menghilang, padahal dia sudah mengatur nafas dan akan siap-siap turun dari mobil tapi kini rasanya Keisya ingin pindah planet saja.

Di sela-sela keraguan Keisya tiba-tiba pintu mobil terbuka yang membuatnya segera menoleh. Terlihat wajah Vino sudah berada di hadapannya. Vino mengulurkan tangannya agar Keisya menggapainya untuk turun dari mobil. Dengan ragu Keisya menggenggam tangan Vino dan bergegas turun.

Para wartawan sudah menyiapkan kamera mereka serta mikrofon. Kini muncul lah wajah Keisya yang nampak anggun dalam balutan dress putihnya. Kulitnya yang putih mulus sangat serasi dengan drees yang ia kenakan.

"Apa dia calon istri Anda? Sangat cantik dia terlihat seperti aktris drama terkenal," puji wartawan, dan yang lain mengangguk menyetujui.

"Benar. Dia lah calon istri saya, saya sangat mencintainya," jawab Vino sambil terus menggandeng tangan Keisya erat. Keisya mendengar kalimat Vino tertegun. 'Padahal baru saja ketemu udah main ngomong cinta aja ni orang. Apa dia berbohong ya dengan kata-katanya biar aku baper' gumam Keisya ketus.

Keisya mengeluarkan senyum nya yang paling manis dan cantik karena capek dari tadi senyum paksa mulu. Wartawan yang laki-laki merasa tersihir karena melihat senyuman manis Keisya sampai kamera yang dibawanya hampir oleng.

"Bagaimana dengan latar belakang keluarga calon istri Anda?" Deg. Pertanyaan kali ini membuat Keisya langsung sadar diri bahwa sebenarnya bukan dia yang harus ada di sini.

"Itu privasi!"

"Kami hanya ingin mengetahui tentang keluarga calon Anda Tuan. Anda tinggal menyebutkan saja siapa Ayah dan Ibunya," wartawan ini terus saja mendesak membuat Vino muak jika harus begini terus kedepannya.

Vino memberi kode pada para bodyguard untuk menuntunnya jalan di tengah keramaian ini.

"Minggir!! Tuan muda akan lewat," halau bodyguard bertubuh besar.

"Tuan Vino kami belum selesai bertanya!" teriak nya.

"Simpan saja pertanyaan kalian untuk di lain waktu!"

Setelah berhasil melewati para wartawan itu kini Vino dan Keisya bisa bernafas lega. Mereka berdua berjalan beriringan menuju ruangan khusus Vino.

"Duduklah!"

Keisya duduk di atas sofa warna coklat muda.

"Minum?" tawar Vino.

"Tidak perlu saya tidak haus," jawab Keisya sungkan.

"It's okay." Jawaban yang singkat padat dan jelas.

"Maaf. Bisakah saya minta air putih saja?"

Vino yang hendak duduk di sampingnya segera mengurungkan niatnya tersebut. Vino tersenyum smirk lalu berjalan ke arah dispenser air kemudian mengisi air untuk Keisya.

Vino menyodorkan gelas berisi air pada Keisya, Keisya menerima dengan tangan yang masih bergetar. Vino menahan tawanya saat melihat tangan Keisya yang seperti itu.

"Jadi kamu sudah bersedia menjadi istri saya?"

"Uhukk...Uhukk.." Keisya tiba-tiba tersedak mendengar penuturan Vino. Segera Vino mengambil tisu lalu memberikannya pada Keisya.

"Maaf. Saya tadi minumnya buru-buru jadi tersedak," Keisya nyengir kuda. Vino hanya diam sambil terus menatap Keisya dalam-dalam.

"Ada kotoran ya dimata saya?" Keisya yang salting mencari-cari alasan untuk menghindari kontak mata dengan Vino.

"Duh ni orang kenapa natapnya tajam banget setajam silet, aku gak kuat banget ada di sini tolong siapa pun keluarkan aku dari tempat ini," Keisya berteriak dalam hati.

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya tadi!"

"Per-pertanyaan yang mana ya?, perasaan tadi Anda diam mulu dari tadi," Keisya mulai canggung.

"Kamu mau saya ulang pertanyaan tadi?"

"Tidak-tidak. Tidak perlu. Saya ingat kok sekarang, jadi gak perlu diulang."

"Jadi?"

"Jadi apa?" Keisya bertanya balik.

"Apa jawaban kamu?"

"Iya jawabannya saya iya. Iya saya bersedia."

Vino tersenyum puas dengan jawaban Keisya.

'Padahal kata orang kalo liat orang ini senyum bakal pingsan karena salting kok aku nggak ya, malah aku berfikir senyuman orang ini kayak pshycopat'

"Oke. Besok saya datang ke rumah kamu bersama kedua orang tua saya. Kita akan menentukan hari pernikahan kita dan saya mau itu dilakukan secepatnya, kalo bisa satu hari setelah saya melamar kamu," ujar Vino tegas.

"Ap-apa? Secepat itu?"

"Iya, karena saya tidak suka menunda-nunda. Kamu mau pulang sekarang atau temani saya kerja di sini?" tanya Vino yang terkesan geli bagi Keisya.

"Sebaiknya saya pulang sekarang jika tugas saya di sini sudah selesai," jawabnya.

"Oke pilihan yang bagus. Karena jika kamu berlama-lama di sini nanti kamu akan kena serangan jantung karena melihat wajah tampan saya dalam waktu yang lama."

"Dih PD amat jadi orang," Keisya refleks menutup mulutnya karena salah ngomong.

"Sudahlah tidak perlu bersikap formal. Mau diantar Aldi atau saya?"

"Siapa aja yang penting sampe rumah."

"Baiklah saya saja, karena saya tidak mau kamu digodain sama Aldi si buaya darat itu."

'Anda juga buaya kali' gumamnya.

Vino mengintip sejenak dari balkon apakah situasi sudah sepi dari himpitan para wartawan. Tampak di bawah keadaan sudah seperti semula. Keisya dan Vino segera turun ke lantai bawah.