Rana yang sangat mencintai Revan pada akhirnya sadar bahwa cinta Revan bukanlah untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfitri Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si brengsek Revan menghubungi lagi
Karena capek memikirkan si brengsek Revan akhirnya Rena pun tertidur dengan pulsanya. Di dalam tidurnya Rena bermimpi Revan brengsek kembali dan mengemis cintanya kembali, sementara pacar Rena juga gak mau putus dari Rena. Rena merasa bingung dan gak tau lagi harus memilih yang mana. Dilain sisi iya masih sayang dengan mantan tunangannya namun di sisi lain iya gak mau kehilangan pacar batunya.
Rena terbangun karena mendengar suara adzan subuh. Rena mengusap - usap mata nya. Ternyata iya cuma mimpi. Rena berusaha mengingat - ingat kembali mimpinya, dan berharap semoga mimpi tersebut gak jadi kenyataan. Karena Rena gak mau salah memilih yang menyebabkan iya terluka nantinya.
Kemudian Rena mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Di dalam shalat nya Rena memohon kepada Tuhan agar iya diberi petunjuk atas apa yang telah menimpanya. Iya gak mau gegabah dalam mengambil keputusan. Iya takut akan terluka untuk yang kedua kalinya.
Selesai shalat Rena membantu kakaknya beberes rumah. sekitar pukul 9 pagi Rena dan kakaknya sudah selesai beberes rumah. Mereka bersantai di teras rumah. Sedang asyik ngobrol benda pipih di dalam saku celana Rena berdering. Rena gemetar setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut. Rena takut untuk mengangkatnya, namun iya juga penasaran apa sebenarnya motif mantan tunangan nya ini menelpon. Akhirnya Rena pun memutuskan untuk menekan tombol hijau tersebut tanpa memberi tahu dulu kakaknya siapa yang sedang menghubunginya.
"Hallo... ada apa ya?" Rena sengaja bicara seperti orang gak pernah kenal dengan mantan suaminya. Iya berbuat demikian agar iya gak kebawa perasaan.
"Hai. Kamu lagi sibuk gak? aku boleh nelfon bentar kan?"
"Kalau di bilang sibuk sih sibuk. Emang kamu ada apa kok hubungi aku? Ada yang perlu di sampaikan sama aku?"
"Iya aku mau ngomong sama kamu. Disana kamu sendirian kan? gak ada orang lain kan di dekat kamu?"
"Emang kenapa kalau aku sendirian atau dekat orang?"
"Gak kenapa - kenapa juga. Ya gak enak aja kalau di dengar oleh orang lain. Begini aku hubungi kau cuma mau bilang kalau aku bentar lagi mau nikah. Aku bakal nikah sama seorang bidan. Kamu doain aku semoga aku bahagia dengan dia ya."
Aneh ini orang perasaan semalam udah bilang deh. Kok sekarang bilang lagi? Apa dia udah pikun kali ya? Atau sengaja buat manas - manasin aku? Rena bicara dalam hati.
"Kan semalam kamu udah bilang gitu sama aku? kok sekarang di ulang lagi? Kamu udah pikun ya? Nanti kalau kamu nikah aku bakal datang itupun kalau kamu kasih aku undangan. Kalau kamu nya gak ngundang aku ya mana mungkin aku bisa hadir. Gak lucu kan kita gak di undang tapi malah hadir." Rena mulai menjelaskan panjang lebar. Iya berharap si brengsek Revan segera mengakhiri percakapan mereka.
" Iya aku ingat kok. Aku gak lupa. Tapi aku sengaja mengulang nya agar kamu nya yang gak lupa. Siapa tau kamu nya gak mau hadir. Padahal aku berharap banget kamu nya hadir di pesta pernikahan aku."
"Aneh kamu ini bang. Biasanya orang gak mau pestanya dihadiri oleh mantan nya. Ini malah berharap mantan nya hadir. Emang kamu gak takut kalau aku hadir aku bakal bikin kacau pesta kamu?"
"Ya enggak lah. Mana berani kamu buat begitu. Pokoknya aku mau kamu hadir di hari bahagia aku. Btw kamu lagi ngapain sekarang? Trus lagi dimana?"
"Ngapain juga kamu nanya - nanya aku? Emang harus banget kamu tau aku dimana?" Rena mulai kesal dengan Revan.
"Ya cuma pengen tau aja. Kamu sekarang lagi dimana? Tinggal jawab aja kok susah banget sih?"
"Ya gak lagi dimana - mana. Ini lagi dirumah tante."
"Kamu gak pulang ke kampung? Gak kangen dengan orang tua mu?"
"Gak ah ngapain juga aku pulang kampung. Kalau kangen bapak sama ibu bisa kesini. Jadi ngapain harus pulang".
"Emang kamu lagi dimana sih? Kok pakai rahasia - rahasia segala?"
"Gak ada yang perlu di rahasia in kok. Aku ya ada disini".
"Kamu nelpon aku cuma mau bilang kamu akan nikah kan? kalau udah telpon nya aku tutup dulu. Aku mau kerja ini."
"Ya gak cuma itu sih. Sebenarnya aku kangen aja ngobrol sama kamu. Kan udah lama banget kuta gak pernah ngobrol."
" Gak ada gunanya juga kalau kita ngobrol. Aku gak mau lo nanti dibilang tukang rebut calon suami orang. Aku takut nanti kalau kita kelamaan ngobrol malah ketahuan oleh calon istri mu. Ntar dia mutusin kamu lagi".
" Ya gak bakalan tau lah. Lagian dia gak disini kok. Jadi aku bebas mau ngapain aja. Ngomong - ngomong kamu sehat kan?"
"Seperti yang kamu dengar aku cukup sehat dan kuat menghadapi semuanya. Ya udah dulu ya itu aku udah di panggil nanti kita lanjutin lagi." Rena sengaja mencari alasan agar iya gak kepancing dengan Revan.
"Ya udah kalau gitu kamu baik - baik disana ya. Jaga diri. Dan jangan sembarangan berteman". Revan mulai memberikan perhatian nya kepada Rena.
"Ehm ... Rena cuma menanggapi dengan sekedar perhatian yang di berikan oleh Revan. Di mata Rena Revan adalah seorang bajingan. Kalau pun Rena mau menjalin hubungan lagi itu cuma mau balas dendam.
"Ya udah aku tutup dulu ya. Assalamualaikum"
"Waalaikum salam"
Tut ... tut ... tut
Rena menyimpan benda pipih nya itu. Kakak Rena penasaran dengan siapa yang barusan menelpon Rena. Iya pun menanyakan siapa pemilik suara di seberang sana.
"Ren siapa sih yang nelpon kamu? Kok kayaknya kamu senang banget?"
"Itu si Revan brengsek kak."
"Apa? Si brengsek Revan? Kamu hati - hati dengan dia ya. Awas kamu kalau jatuh cinta lagi sama dia. Dia itu udah kurang ajar loh sama kamu. Apa kamu mau sakit untuk yang kedua kali nya?"
"Ya gak lah kak. Kakak pikir aku bodoh apa? Mau nya disakitin dua kali. Ya aku sengaja aja mau bicara dengan dia. Aku juga penasaran sebenarnya motifnya dia nelpon aku apa sih? Makanya aku selalu angkat telpon dari dia. Aku gak bakal kecentol lagi kok. Kan pacar aku yang sekarang lebih segalanya dari dia. Ngapain juga aku balikan sama dia."
" Ya syukur deh kalau kalau sadar. Aku takut aja nanti kamu dipelet lagi sama dia. Kamu balikan lagi sama dia. Sekarang kamu udah bahagia. Jangan mau susah lagi."
"Iya kak ... iya. aku juga tau kok. Ya udah ya, ini udah siang aku siap - siap dulu mau berangkat ke kampus. Ntar akunya telat lagi."
"Ya udah sana kamu mandi. Jangan lupa sebelum berangkat kamu makan dulu".
"Iya kak... tenang aja" Rena sambil berjalan ke dalam kamar untuk mengambil pakaian gantinya. Iya pun menuju ke kamar mandi. Tak lama kemudian Rena telah selesai. Iya pun berangkat ke kampus dengan hati yang berbunga - bunga. Gak tau juga sih apa yang buat Rena senang. Entah karena habis di telfon si brengsek Revan atau mungkin karena Rena memang lagi happy aja.