"Sampai kapan kamu akan berlindung di ketiak mama? Kalau sikap kamu manja seperti ini mana ada laki-laki yang mau menikahi kamu. Abang tahu kamu sering dimanfaatkan oleh pacar-pacar kamu itu 'kan?"
"Abang, jangan meremehkan aku. Aku ini bukan gadis manja seperti yang kau tuduhkan. Aku akan buktikan kalau aku bisa mandiri tanpa bantuan dari kalian."
Tak terima dianggap sebagai gadis manja, Kristal keluar dari rumahnya.
Bagaimana dia melalui kehidupannya tanpa fasilitas mewahnya selama ini?
Yang baca wajib komen!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nirwana Asri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I love you
Hallo penggemarnya TaLi ( Kristal + Ruli ) Jadi aku mau buat episode terRuli-Ruli akankah sesuai dengan asumsi kalian? Yuk baca aja langsung.
"Minta tolong apa Tante?" tanya Ruli ketika Berlian ingin meminta tolong padanya.
"Bisakah menjaga Kristal malam ini, kepala Tante agak pusing seharian belum beristirahat. Papanya masih di luar negeri sedangkan kakaknya tidak bisa meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda."
"Mama, Kristal tidak apa-apa di sini sendiri. Mama tidak usah khawatir. Lagipula ada suster yang bisa membantu Kristal nanti," ucap Kristal yang keberatan mendengar permintaan mamanya pada Ruli. Dia juga merasa tidak enak jika harus merepotkan orang lain. Lagi pula mana mungkin Ruli mau menemani dirinya jelas-jelas antara dirinya dan Ruli tidak pernah akur.
Ruli menoleh pada ibunya. Lira mengangguk. "Tenang saja, nak. Mama bisa pulang dijemput sopir." Berlian tersenyum seolah Lira mendukungnya. Ruli pun tersenyum menjawab pertanyaan Berlian.
"Eh." Kristal tentu kaget karena Ruli mengiyakan permintaan mamanya.
Setelah itu Berlian dan Lira pamit agar Kristal bisa beristirahat. "Ma, aku sendirian di sini saja ya?" Rengek Kristal. Dia merasa canggung jika harus berdua dengan mantan atasannya itu.
"CK, kamu ini nak Ruli sudah mau kamunya malah menolak." Ruli diam-diam mengulas senyum melihat tingkah Kristal yang menggemaskan.
"Ma," Kristal masih berusaha membujuk mamanya.
"Kamu bilang aja sendiri sama dia." Berlian menunjuk Ruli dengan dagunya. Wajah Kristal menjadi merah.
"Nggak apa-apa nak Kristal, lagian Ruli nggak ada kerjaan di rumah. Dari pada dia semedi aja di kamarnya mendingan dia nemenin kamu. Kalian juga bisa pedekate." Kristal dan Ruli menjadi malu dengan ucapan Lira.
"Ehem." Ruli berdehem agar ibunya menghentikan ucapannya yang membuatnya malu.
"Baiklah, baiklah, kami pulang sekarang." Berlian mengajak Lira keluar.
"Apa anda satu pemikiran dengan saya?" tanya Berlian pada Lira. Lira mengerti apa yang dimaksud oleh Berlian.
Lira mengangguk. "Apa anda bersedia menjadi besan saya?" Berlian tersenyum lebar mendengar tawaran wanita itu. Setelah itu mereka berdua pulang ke rumah.
Sementara itu Kristal dan Ruli sama-sama canggung. Kristal tidak tahu harus bagaimana bersikap di depan laki-laki tampan itu. Ruli pun demikian. Biasanya dia selalu mencari masalah dengan Nara tapi setelah jati dirinya terungkap kini dia menjadi salah tingkah.
Tiba-tiba seorang perawat masuk untuk memeriksa Kristal. Kristal bernafas lega. Setidaknya waktu bersama Ruli sedikit terkurangi.
"Maaf saya mengganggu kalian. Saya hanya mau kasih obat ke nona Kristal," ungkapnya merasa tidak enak karena mengira Ruli adalah kekasihnya.
Suster itu menyuntikkan obat ke selang infus. "Sudah, saya tinggal dulu ya. Kalian sangat serasi," pujinya pada pasangan itu. Kristal ingin menyanggah tapi Ruli lebih dulu menyela.
"Terima kasih." Kristal mengerutkan kening.
"Dia berterima kasih karena suster itu telah memberiku obat atau untuk pujian suster itu." Kristal menggeleng kuat. Dia tidak mau berharap banyak. Pasti sakit kalau seandainya Ruli tidak memiliki perasaan padanya. Dia tidak mau percaya diri dulu.
"Kamu kenapa? Apa kepalamu pusing?" tanya Ruli. Kristal menggeleng.
"Apa kamu ingin minum atau makan sesuatu?" Kristal menggeleng lagi.
Ruli tersenyum. Dia duduk di tepi brankar. "Aku ambilkan semangka mau? Ini manis."
"Tidak, aku pingsan gara-gara makan itu," ungkapnya. Ruli lupa waktu itu dokter sudah menjelaskan kalau Kristal anemia.
"Apa kamu selalu seperti ini? Mudah pingsan?"
"Tidak, aku baru kali ini pingsan. Mungkin karena kemaren aku main air lalu masuk angin ditambah lagi aku sedang datang bulan. Jadi tekanan darahku menurun."
Ruli berpikir kasian juga kalau mengingat qodrat wanita yang harus menjalani menstruasi setiap bulannya. Meski tidak semua mengalami hal yang sama seperti Kristal.
"Kalau gitu aku kupaskan jeruk. Aku rasa makan jeruk tidak jadi masalah."
"Tidak, aku tidak menyukainya," tolak Kristal.
Tiba-tiba Ruli memasukkan jeruk itu ke dalam mulutnya lalu menempelkan mulutnya pada mulut Kristal dan memasukkan buah jeruk itu melalui mulutnya. Kristal membulatkan mata mendapatkan perlakuan yang tidak biasa dari laki-laki yang ada di depannya itu.
"Bagaimana rasanya?"
"Enak." Kristal segera menutup mulutnya dengan tangan ketika kata itu keluar dari mulutnya. Ruli menyunggingkan bibirnya.
"Lagi?" Goda Ruli. Kristal langsung menutup mulutnya rapat-rapat dengan tangan.
"Cangkul mana cangkul?" Kristal rasanya ingin membenamkan dirinya di dalam tanah saking malunya.
"Setelah keluar dari rumah sakit apa rencana kamu?" Ruli berubah serius.
"Orang tua dan abangku pasti tidak akan membiarkan aku kabur lagi. Mungkin aku akan kembali bekerja sebagai sekretaris Bang Alex," jawab Kristal. Ada rasa kecewa di wajah Ruli saat membayangkan kalau gadis yang dia sukai tidak lagi bekerja dengannya.
Kristal mengamati wajah Ruli ada gurat kekecewaan yang dia tunjukkan meski tidak terlalu jelas. "Lama-lama kalau diamati ganteng juga," gumam Krist dengan lirih tapi dapat didengar oleh Ruli.
Ruli tersenyum tipis. "Kamu baru sadar kalau aku ini tampan?" Ucap Ruli dengan penuh percaya diri. Kristal hanya mencibir.
"Oh ya, terima kasih telah banyak membantuku. Apa aku terlalu merepotkan selama ini?"
"Kamu sangat merepotkan."
"Benarkah? Maaf," Kristal menunduk.
Ruli mengangkat dagu gadis itu. Kristal menjadi salah tingkah karena wajahnya begitu dekat dengan Ruli. Dia bahkan bisa merasakan hembusan nafas hangatnya. Kristal semakin gugup saat matanya bertemu dengan mata Ruli.
"Kamu tidak perlu meminta maaf. Kamu hanya perlu membalas kebaikanku." Kristal mengerutkan keningnya.
"Bagaimana caranya?" tanya Kristal yang tidak mengerti apa yang harus dia lakukan untuk membalas kebaikan laki-laki tampan itu.
Cup
Kristal tersentak kaget ketika Ruli tiba-tiba menciumnya. Dia sampai menahan nafas dan memejamkan mata. Ruli mengulas senyum tipis melihat tingkah konyol Kristal.
"Balas kebaikanku seumur hidupmu," ucapnya dengan lembut lalu mengusap bekas ciumannya. Dia kembali menempelkan bibirnya ke bibir Kristal. Kali ini dia sedikit menuntut. Ruli juga menggigit kecil bibir bawah Kristal hingga gadis itu membukanya. Ruli memasukkan lidahnya ke dalam mulut Kristal untuk mengeksplore bagian dalamnya.
Tanpa sadar Kristal mengalungkan tangannya ke leher Ruli. Perlahan Kristal mengikuti permainan Ruli. Dia tersenyum senang dalam hati. Dapat dia simpulkan kalau Kristal juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Mereka saling membalas ciuman. Saat Kristal mulai kesulitan bernafas barulah Ruli menghentikan ciumannya.
"Terima kasih," ucap Ruli pada gadis yang dia sukai itu. Dia menggenggam tangan Kristal lalu mengecupnya.
Kristal seolah dibuat melambung tinggi dengan perlakuan Ruli yang begitu manis padanya. Bahkan mantan pacarnya saja selalu dia larang untuk menyentuhnya. Tapi terhadap Ruli dia seolah pasrah dan tidak menolak sama sekali.
Kristal menaikkan selimut hingga kepalanya karena malu. Ruli terkekeh melihat kelakuan wanita itu.
Setelah lama membiarkan Kristal di bawah selimut, Ruli memeriksanya. Kristal tertidur pulas. Dia membetulkan posisi tidur kristal lalu menaikkan kembali selimutnya. Tak lupa memberikan kecupan sekilas di kening gadis yang dia cintai.
"Selamat tidur Sweat heart. I love you."