Cinta memang tak memandang logika. Cinta tak memandang status. Suami yang ku cintai selama ini, tega menikah dengan wanita lain di belakang ku.
"Maafkan aku Ris! Tapi aku mencintainya. Dan sebenarnya, selama ini aku tak pernah mencintai kamu!"
"Jika memang kamu mencintai dia, maka aku akan ikhlas, Mas. Aku berharap, jika suatu saat hatimu sudah bisa mencintaiku. Maka aku harap, waktu itu tidak terlambat."
Risma harus menerima kenyataan pahit dalam rumah tangganya, saat mengetahui jika suaminya mencintai wanita lain, dan ternyata dia tak pernah ada di hati Pandu, Suaminya.
Akankah Pandu bisa mencintai Risma?
Dan apakah saat cinta itu tumbuh, Risma akan bisa menerima Pandu kembali? Dan hal besar apa yang selama ini Risma sembunyikan dari semua orang, termasuk Pandu?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini.
JANGAN LUPA TEKAN FAV, LIKE, KOMEN DAN VOTENYA... KARENA ITU SANGAT BERHARGA BUAT AUTHOR🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perubahan sikap
Risma menatap punggung Pandu dari balik pintu, Biasanya dia akan datang menghampiri Pandu tapi untuk kali ini tidak ia lakukan, Risma memilih langsung masuk ke dalam kamarnya, mengganti pakaiannya setelah membersihkan diri.
Duduk termenung menatap ke arah luar jendela, entahlah ada rasa perih dan kecewa akan sikap Pandu yang sudah mengabaikannya kemarin. Risma tak lagi ingin berniat menarik perhatian Pandu seperti niat awalnya. Harapannya ia kubur dalam dalam, sekuat apapun dia berusaha, Pandu tak akan bisa menerima kehadirannya. Risma tak ingin lagi mengejar sesuatu yang hanya membuatnya semakin terluka.
"Mulai saat ini, aku sudah berhenti mengejar cinta kamu Mas. Aku akan berusaha untuk berdamai dengan diriku sendiri, berdamai dengan keadaan ini. Selama hampir sepuluh tahun rumah tangga kita, aku tidak pernah melihat cinta di matamu untukku. Dan kini justru kau hadirkan perempuan lain dalam hidupmu.
Aku tau, aku sudah salah dengan berpikir tentang kehadiran orang ketiga diantara kita, yang jelas aku belum tau kebenarannya.
Namun naluri wanita dan insting seorang istri itu begitu kuat menunjuk ke arah sana.
Aku lelah, sungguh aku benar benar lelah." Risma hanyut dalam perasaan yang semakin membuatnya merasa lelah dan ingin berhenti dari hubungan yang hanya menumbuhkan luka di hatinya. Menguatkan hatinya untuk tidak ingin lagi perduli dan mengejar cinta suaminya.
Kulitnya yang putih, rambut lurus berwarna kecoklatan ia biarkan disapu angin malam, kesepian dan sunyi sudah jadi hal biasa di malam malamnya selama ini. Menikah dan punya suami, tapi jarang sekali merasakan sentuhan cinta dari sang suami. Hambar dan kaku, itulah kisah rumah tangga mereka. Namun tak ada satupun yang tau, karena Risma begitu pandai menyimpan semuanya. Selalu terlihat bahagia dan baik-baik saja di depan orang lain terutama keluarga nya.
Padahal sesungguhnya dia begitu banyak menyimpan luka di hatinya.
"Loh, Ma! Sudah pulang?" tiba tiba pandu muncul dan sudah berdiri tak jauh darinya.
Laki laki berkulit putih dengan tubuh tegap itu nampak tengah menatapnya begitu dalam.
Risma menoleh dan tersenyum tipis menatap suaminya, tak lagi sebahagia dulu kala Pandu menghampirinya, Risma pasti akan langsung menunjukkan sikap manja dan menggoda suaminya. Tapi kini, dia enggan melakukannya.
"Iya, Mas! Tadi aku lihat Mas Pandu sedang sibuk mengerjakan laporan, jadi aku langsung masuk ke dalam kamar. Maaf!" Risma beralasan dan berusaha bersikap setenang mungkin, mati Matian menahan air mata yang akan jatuh.
"Aku hanya ngerjain laporan yang tadi belum diselesaikan, aku pulang lebih awal soalnya, kangen sama anak anak." Sahut Pandu menjelaskan dengan wajah datarnya.
"Ma! Kamu baik baik saja kan?" Pandu menelisik ke arah istrinya dengan tatapan menyelidik.
Sebagai seorang lelaki, Pandu mengakui kecantikan Risma, apa lagi sepertinya Risma melakukan perawatan, Pandu tau itu, karena dia sangat hafal bagaimana sikap istrinya.
Wanita sederhana yang tak pernah neko neko, jarang sekali mau menggunakan uangnya untuk sesuatu yang menurutnya tidak penting. Tapi kali ini Pandu sedikit merasa bersalah karena Risma kembali berusaha menarik perhatiannya dengan mau melakukan perawatan.
Semakin terlihat cantik, namun Pandu masih belum merasakan getaran di hatinya. Hanya sekedar kagum.
"Iya, aku baik baik saja!
Tumben, Pa! Sejak kapan kamu memperhatikan istrimu ini?"
Risma memberanikan diri untuk mengutarakan apa yang selama ini ia rasakan, dengan wajah datar dan terkesan dingin.
Pandu terdiam, memejamkan matanya. Perasaan bersalah itu kembali muncul. Namun tak ingin berdebat dengan sang istri, memilih pergi dan menghampiri anak anaknya di ruang tengah.
Ikut merebahkan tubuhnya di samping sang anak dan memejamkan matanya.
"Selalu begitu. Sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini Mas?
Selalu menghindar dan memilih diam saat aku membutuhkan kamu untuk menenangkan kegelisahan ini. Jahat kamu, Mas."
Risma bergumam lirih menatap kepergian Pandu, air matanya tak lagi bisa dibendung.
Seperti biasa. Dia akan menangis ditemani dinginnya malam. Sendiri bersama sunyi.
Pukul enam pagi, Risma sudah rapi dengan pakaian dinasnya. Nampak cantik dengan seragam barunya. Seperti biasa Risma akan menyiapkan sarapan terlebih dahulu untuk anak dan suaminya sebelum berangkat kerja.
Setelah semalaman menangis dan meratapi kisah pernikahannya, pagi ini Risma ingin merubah segalanya. Tak lagi ingin perduli dengan semua sikap dingin Pandu. Tak lagi ingin memikirkan apapun tentang Pandu. Ingin menjalani sisa hidupnya untuk tersenyum dan menghabiskan waktu bersama anak anaknya.
Hari ini akan jadi hari terakhir dia bekerja. Risma memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan memilih menghabiskan sisa hidupnya bersama kedua anaknya, tak ingin menyiksa dirinya dengan cinta yang tak mungkin dari suaminya.
Nasi goreng jadi pilihan Risma untuk menu sarapan buat keluarga kecilnya.
"Wah, mama cantik." puji Cinta Kala melihat mamanya terlihat begitu ceria dengan sedikit polesan diwajahnya. Padahal selama ini, Risma sangat jarang menggunakan makeup nya, kulitnya yang putih dan wajahnya yang mulus, tidak perlu lagi untuknya berdandan. Tapi mulai sekarang, dia akan terus berpenampilan secantik mungkin, bukan untuk menarik perhatian Pandu. Tapi untuk membahagiakan dirinya sendiri.
"Terimakasih sayang." balas Risma dengan senyum mengembang seolah hidupnya begitu bahagia tanpa terlihat beban sama sekali.
Pandu diam diam memperhatikan perubahan istrinya, yang berubah cantik, ceria, dan cuek pada dirinya. Namun Pandu berusaha tak perduli, meskipun hatinya mulai terusik dengan sikap cuek nya Risma.
Biasanya Risma akan menyapanya, melayaninya dan bersikap manja padanya, tapi pagi ini, melihat ke arahnya saja tidak Risma lakukan, Risma asik bicara dengan anak anaknya Tanpa menghiraukan kehadirannya, meskipun Risma tetap melakukan tugasnya sebagai istri. Menyiapkan baju ganti dan membuatkan kopi untuknya, tapi sikapnya berubah cuek dan seakan enggan untuk bertatapan dengannya.
"Pa! Hari ini, aku akan mengundurkan diri, aku ingin menemani anak anak dirumah saja. Menjalankan peranku sebagai ibu dan istri seutuhnya. Kamu gak keberatan kan?" tiba tiba Risma mengeluarkan suaranya dengan sesuatu yang tanpa Pandu duga.
"Berhenti kerja? Kenapa?" sahut Pandu masih tak percaya dengan apa yang istrinya katakan.
"Gak papa, ingin dirumah saja menemani anak anak. Lagi pula, gaji suamiku lebih dari cukup untuk menghidupi kami, anak dan istri, bukan begitu Pa?" balas Risma dingin dan membuat Pandu langsung gelagapan. Teringat ucapannya saat dengan Clara, istri keduanya. Pandu meminta Clara untuk berhenti bekerja karena merasa mampu membiayai hidup dua istrinya, dan sekarang tanpa Pandu duga, Risma juga berhenti dari pekerjaannya dengan alasan yang sama seperti dirinya.
Pandu menarik nafasnya dalam, entah kenapa tiba tiba dia merasa cemas dan mulai berkeringat dingin. Pandu merasa Risma mulai mencium perselingkuhannya. Karena dari kemarin sikapnya Aneh dan tak biasa.