"Kamu tahu kenapa ibuku memberikan nama Queenza? Karena aku adalah seorang ratu. Ya, seorang ratu yang bisa mendapatkan apa yang aku mau, termasuk kamu."
Demi melancarkan balas dendam, Queenza menjebak suami dari adiknya untuk tidur bersamanya. Rasa cinta Ayyara pada suaminya Abian, tak membuatnya marah setelah sang kakak meniduri sang suami. Namun hal buruk datang, di mana ternyata Queenza hamil. Ia juga meminta Abian untuk bertanggung jawab dan meninggalkan Ayyara.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Akankah Abian tanggung jawab dan menceraikan Ayyara, atau mengabaikan Queenza dan tetap bersama wanita yang dicintainya?
Ikuti terus kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs.A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepindahan Abian dan Ayyara
Queenza santai masuk ke Mansion. Hari ini ia pulang cukup telat karena banyak pekerjaan yang harus ia tangani. Para pelayan menunduk hormat ketika berpapasan dengan nona mudanya.
Ia sendiri cukup lelah karena sejak kemarin pekerjaan terus bertambah sehingga selalu pulang terlambat.
"Selamat malam, Nona. Anda baru kembali?" tanya Rahayu meraih tas kerja Queenza.
"Iya, Nani. Ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditunda. Apa semua sudah makan malam?" tanya wanita cantik itu.
"Semua penghuni baru saja masuk ruang makan, Nona," jawab Rahayu.
"Baiklah, aku akan ke sana sekarang. Aku juga sangat lapar," kata Queenza yang langsung berjalan menuju ruang makan.
Semua orang menatap Queenza yang baru masuk. Seperti biasa, Ayyara akan menunduk dan menggenggam suaminya seperti Queenza akan merebutnya. Rasa takut itu datang saat kejadian tempo hari yang benar-benar menyakitinya.
Sarah sendiri hanya bisa diam menatap keponakan sekaligus anak sambungnya itu. Ia jngin sekali marah, tapi hal itu sudah terjadi. Andai menampar atau menghajarnya pun justru malah membuat Queenza senang karena ia tahu bahwa anak kakaknya itu ingin melihat dirinya marah.
"Baru pulang?" tanya Aarav cukup dingin pada sang anak.
"Iya, ada banyak pekerjaan," jawab Queenza. Ia kini sedikit melunak karena pembalasan dendam pertama berhasil. Meski masih dengan aura dingin, ia tetap menajwab pertanyaan sang papa dengan tenang tak seperti sebelumnya.
Pelayan pun menyiapkan makanan untuk Nona Pemilih itu. Queenza kini hanya akan makan makanan Indonesia. Mungkin karena delapan tahun di Negara Barat, membuatnya justru lebih memilih makanan lokal tersebut. Seperti sekarang, ia makan ayam goreng lengkuas, sayur sop, tahu tempe goreng dan sambal.
Meski terlihat sederhana, tetapi cita rasa harus sama dengan yang dulu sang mama buat, sehingga harus Rahayu-lah yang masak. Charlotte sendiri tahu tabiat anaknya itu, jadi saat masih hidup, ia mengajarkan Rahayu masakan yang sama persis rasanya dengan apa yang ia buat. Meski bukan orang Indonesia, Charlotte sangat pandai masak makanan Nusantara tersebut sebab memang wanita Jerman itu hobi sekali memasak dan sering mencoba membuat menu baru.
Queenza memakan makan malamnya dengan sangat lahap. Ia seakan merasa bebas setelah memendam dendam cukup lama. Meski harus menyakiti Ayyara, tapi perasaannya kini jauh lebih baik dan bisa tahu lagi apa makna hidup.
Tanpa wanita itu sadari, Abian sejak tadi menatapnya. Ia merasakan rasa yang aneh. Ada rasa benci, kesal tetapi ada rasa hangat juga. Apalagi saat nereka bersama selama semalam itu, di mana melihat sosok Queenza yang berbeda. Abian cukup sadar saat malam tersebut bersama Queenza. Sisi lembut dan sangat perhatian adalah hal mustahil yang ia tunjukkan, tetapi nalam itu seakan Abian tengah mimpi indah.
'Apa yang kamu pikirkan, Bian! Istrimu ada di sebelahmu!' rutuk Abian dalam hati.
"Ma, Pa, ada yang ingin Mas Bian katakan," ujar Ayyara.
"Mau bicara apa?" tanya Aarav pada anak-menantunya.
"Mas, bilang," bisik Ayyara.
"Ah, begini, Pa, Ma. Kami berencana ingin pindah," kata Abian memulai percakapan.
"Pindah? Kenapa?" tanya Sarah. "Ayya, ada apa ini?" tanyanya.
"Kami cuma ingin pisah saja, Ma. Ingin menjalani rumah tangga secara mandiri," jawab Abian.
Ayyara menatap kakaknya, tetapi wanita itu seakan tak peduli dengan percakapan mereka.
"Begitu?" tanya Aarav.
"Iya. Kami akan tinggal di apartemen yang sudah Bian beli sebagai hadiah pernikahan untuk Ayya, jika Mama dan Papa mengizinkan."
"Ya, jika kalian ingin begitu, Papa tidak bisa menolak, karena Ayyara kini tanggung jawabmu, Bian. Jika ingin hanya tinggal berdua kami tidak akan melarang," kata Aarav mengusap bibirnya dengan lap, pertanda makan malamnya selesai.
Begitu juga Queenza yang sudah selesai dan beranjak pergi dari sana.
"Mau menghindar dariku? Silahkan saja. Tapi tunggu kejutan yang akan datang pada kalian," kata Queenza tersenyum sinis sembari jalan menuju kamarnya.
**
Hari pindah Ayyara dan Abian pun datang. Keduanya tengah berjalan keluar menemui orang tuanya dan akan pamit. Queenza sendiri masih di kantor sehingga mereka tak melihat wanita yang hampir menghancurkan rumah tangganya itu.
"Kalian yakin akan pindah? Mama kesepian dong," ujar Sarah sedih.
"Mama jangan bilang gitu, akunya jadi sedih," kata Ayyara menggenggam tangan sang mama. "Nanti kalau Mas Bian libur, kami akan datang. Mama juga Papa bisa berkunjung ke apart kita."
"Sudahlah, kan ada Mas bersamamu," kata Aarav merangkul bahu istrinya.
"Papa so sweet deh. Tuh, Mama bakal pacaran sama Papa kan kalau gak ada Ayya," bisik wanita muda itu yang membuat mamanya tertawa kecil.
"Ya sudah, kami pamit dulu ya, Ma, Pa." Abian mencium tangan kedua mertuanya.
"Titip Ayyara, ya. Kamu tahu sendiri dia masih manja," kata Sarah yang membuat Ayyara merengek. "Tuh, kan, masih kayak anak kecil."
Keempat orang itu hanya bisa tertawa melihat tingkah perempuan cantik tersebut.
Setelah bergurau dan pemit, akhirnya Ayyara dan Abian pergi dari mansion menuju apartemennya. Keduanya tampak bahagia karena kini akan tinggal berdua. Sepanjang jalan, Ayyara memeluk lengan sang suami dengan Abian terus menciumi ujung kepala istrinya.
Apartemen mereka telah terlihat setelah menempuh perjalanan selama 30 menit. Sebuah penthouse elite yang hanya orang-orang tertentu yang bisa memilikinya. Abian memarkirkan mobil sportnya, lalu keluar dan membuka pintu sang istri. Mereka tak membawa apa-apa karena semua sudah siap ditata oleh pelayan, sehingga mereka hanya akan datang membawa badan.
Lantai 30 adalah unit milik mereka. Dengan menggunakan sensor serta sidik jari, pintu unit tersebut terbuka. Ayyara tampak bahagia melihat hunian yang kini akan menjadi rumahnya. Apartemen yang sangat luas dengan desain dinding dari kaca khusus, sehingga mereka bisa melihat pemandangan indah Kota Jakarta. Untuk interior, Abian sendiri lebih menyerahkan pada sang istri, karena ia berharap wanita cantik itu akan nyaman di sana.
"Ah, akhirnya kita bisa tinggal berdua," ujar Ayyara saat keduanya duduk di sofa.
Di penthouse mereka sendiri tak ada pelayan. Ayyara akan melayani Abian sendiri. Tapi untuk beres-beres akan ada pelayan yang datang setiap tiga hari sekali untuk membersihkan hunian tersebut.
"Sayang ...." Ayyara tiba-tiba duduk di pangkuan Abian.
"Kenapa, hmmm?"
"I'm happy," jawab Ayyara melingkarkan tangannya di leher sang suami.
"Syukurlah jika kamu bahagia," kata Abian dengan mengusap pipi Ayyara.
Wanita cantik itu mendekatkan wajahnya, hingga kini keduanya saling bertukar saliva. Mereka begitu menikmati momen yang tak biasa mereka rasakan, di mana bisa bermesaraan di mana pun mereka mau.
Tak cukup saling berciuman, Abian mengangkat tubuh kecil sang istri dan merebahkannya di sofa hingga akhirnya pergulatan menuju nirwana mereka lewati bersama-sama dengan saling mendamba.
"Queenza," panggil Abian tak sadar saat ia tengah mencumbu istrinya.
bekas
Ternyata Ayyara masih hidup dan semua saling memaafkan tanpa ada dendam.
Salam sehat selalu kak.... semangat berkarya💪💪💪😊😊😊
seharusnya kan di siksa dulu baru di bunuh.. eh ini malah bunuh diri hadehh . gk like bgt deh.
Seharusnya dia harus bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya.
Benar2 astetik vila Sa'ad 👍👍