Perjuangan seorang Nayra Kalista yang menghadapi begitu kerasnya dunia ini, dunia yang tak adil untuk dirinya hidup. Dari kecil menjadi seorang yatim-piatu, hidup di panti asuhan, rela putus sekolah demi menjadi tulang punggung bagi saudaranya di panti asuhan. Sampai akhirnya harta satu-satunya yang dijaga selama ini direnggut oleh pria asing yang Nayra sama sekali tak kenal.
Hidupnya hancur bertubi-tubi. Apakah ia bisa menjalani hidup nya kembali setelah apa yang ia alami selama ini? Apakah Nayra bisa bahagia dengan cobaan yang begitu berat ini?
yuk mampir biar tau perjalanan hidup Nayra!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 15
🍁🍁🍁
"Dasar anak kecil," laki-laki itu tersenyum melihat tingkah anak kecil tadi. Ia salut dengan ajaran orang tuanya karena dengan anak kecil berterima kasih kepada orang lain menandakan anak kecil itu punya etitude yang sudah pasti diajarkan oleh orang tuanya.
"Alden, kamu dari mana saja? Mama cariin Alden dari tadi, Mama kira Alden hilang lagi. Ngomong-ngomong dari mana Alden dapat es cream itu."
"Alden di beliin sama Om yang tadi itu."
"Om yang mana?"
"Itu tadi Om nya ada di situ," Alden menujuk ke arah di mana laki-laki itu berada."
"Di mana? Mama nggak lihat siapa-siapa di situ."
"Tadi Om nya ada di sana."
"Sudahlah, mungkin Om nya sudah pergi. Tapi ingat jangan ulangi lagi kesalahan tadi, Mama nggak suka bila Alden menerima pemberian dari orang lain."
"Iya Mah, Alden mengerti."
"Kalau gitu mari kita pulang."
Nayra pun pergi ke kasir untuk membayar semua belanjaannya lalu ia pulang mengunakan angkot seperti tadi ketika ke sini.
Di sisi lain Andrian baru saja pulang dari kantornya. Setiba di rumah dia sudah disambut oleh mamanya beserta wanita yang kemarin datang ke kantornya.
"Kamu sudah pulang Sayang!" sambut mamanya dengan sumringahnya.
"Iya Mah..."
"Oh ya Nak, mumpung kamu pulang Mama minta tolong antar Nadia pulang ke rumahnya tadi Nadia nggak bawa mobil ke sini."
"Andrian capek Mah baru pulang kerja, lebih baik Mama suruh sopir saja yang mengantarkan wanita ini pulang."
"Kamu saja yang mengantarkan Nadia pulang, masak sopir yang mengantarkannya? Mama kan nanti nggak enak sama Mama Nadia kalau Nadia di antar sama sopir."
"Benar kata Mama mu, nanti kita dicap tak sopan sama keluarga Nadia karena menyuruh sopir mengatakan Nadia pulang," ujar Tuan Wijaya yang baru datang.
"Huffftt! Baiklah," dengan menghela nafas dengan kasar Andrian kembali mengambil kunci mobilnya untuk mengantarkan Nadia pulang. Ia begitu sangat terpaksa mengantarkan Nadia pulang, karena ia tau apa tujuan mamanya menyuruhnya seperti ini.
Di dalam mobil hanya ada keheningan di sana. Sampai pertengahan jalan baru Nadia berani memulai pembicaraan.
"Maaf ya gara-gara aku kamu terpaksa mengantarkan aku pulang," seru Nadia.
"Hm..." hanya sekedar itu responan dari Andrian untuk Nadia.
"Kenapa si kamu cuek banget sama aku? Apa salahku sampai kamu tak begitu suka denganku?" Nadia berani mengatakan itu secara langsung di depan orangnya.
"Karena kamu tak menarik untuk aku dekatkan."
Seketika dada Nadia merasa sesak mendengarkan kebenaran secara langsung dari mulut Andrian.
"Memangnya wanita seperti apa yang kamu inginkan? Menurutku diriku cantik untuk bersanding denganmu serta keluarga ku setara bersanding dengan keluarga mu."
Tiba-tiba Andrian langsung menghentikan mobilnya dengan mendadak membuat kepala Nadia kepentok gara-gara mobil itu. Andrian melirik tajam wajah Nadia yang merasa dirinya begitu cantik.
"Kamu tau kenapa aku tak suka denganmu?" Nadia hanya menggelengkan kepalanya ketika Andrian bertanya seperti itu.
"Karena sikap mu seperti ini tadi, aku tak suka melihat wanita yang tak punya atitude dan rasa malu seperti dirimu. Orang seperti mu tak pantas untuk mendapatkan cinta dariku, ingat itu!!!"
Omongan Andrian emang terdengar santai, tapi perkataannya begitu menusuk jantung Nadia saat ini. Nadia ingin menangis dan menampar wajah laki-laki di depannya saat ini tapi ia tak bisa melakukannya.
"Sekarang kamu turun dari mobilku!" titah Andrian.
"Tapi..."
"Apa kamu tak lihat bahwa kita sudah sampai di depan rumahmu, jadi saya minta kamu turun secepatnya karena saya juga banyak urusan selain mengantarkan dirimu pulang."
Secepatnya Nadia langsung turun dari mobil Andrian. Setelah Nadia turun Andrian tanpa lama langsung menancap gas mobilnya pergi dari sana.
Andrian tak melewati jalanan tadi untuk pulang karena rencananya ia akan pulang ke rumahnya. Dia merasa malas melihat mamanya nanti akan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi barusan.
Sesampai di rumahnya yang tak kalah besar dari rumah mamanya. Andrian disambut dengan pelayan rumah itu dengan hormatnya.
"Selamat datang Tuan..."
Ucap para pelayan itu menyambut Andrian dengan menunduk hormat.
"Hm..." jawab Andrian dengan singkat, padat dan jelas.
Memang Andrian sudah mempunyai rumah sendiri dari dua tahun lalu. Tapi Andrian jarang menepati rumahnya karena rencananya rumah ini akan ia tinggalkan ketika sudah menikah. Alasan lainnya Andrian juga dipaksa tinggal di rumah orang tuanya karena mamanya begitu ngotot untuk Andrian tinggal di rumahnya. Alasannya sih agar mamanya tak kesepian di rumah.
Setelah membersihkan badannya Andrian berbaring di tempat tidurnya karena hari ini begitu sangat melelahkan di kantor.
Belum saja Andrian memejamkan mata sudah terdengar ponselnya berdering dari tadi. Dengan merasa kesal Andrian mengambil ponselnya di nakas lalu mengangkat telponnya yang ternyata dari mama tercintanya.
**Telpon.
Mama** :
Kenapa kamu belum pulang sudah jam segini?
Andrian :
Andrian nggak balik ke rumah, Andrian sekarang ada di rumah Andrian.
Mama :
Terus bagaimana tadi ketika kamu mengantarkan Nadia pulang?
Andrian :
Sudahlah Mah! Andrian capek untuk membahas itu, Andrian bisa mencarikan diri Andrian pasangan jadi Mama nggak usah repot-repot menjodohkan Andrian dengan anak teman Mama itu.
Mama :
Mama tidak akan memaksamu untuk mau dengan pilihan Mama, tapi syaratnya kamu harus membawakan Mama menantu ketika pesta pernikahan Mama besok.
Andrian :
Untuk saat ini Andrian belum mempunyai pasangan, tapi Andrian janji untuk mengenalkan Mama dengan pasangan Andrian nantinya.
Mama :
Mama nggak mau tau, kalau kamu tak membawa kekasihmu untuk mengenalkan Mama maka Mama terpaksa akan menjodohkan mu dengan Nadia.
Andrian :
Oke... Oke... Andrian akan membawa pasangan Andrian nantinya, tapi ingat janji Mama untuk tak lagi memaksa ku untuk dekat dengan Nadia.
Mama :
Baiklah Mama janji tak akan lagi mencampuri urusan mu, kalau gitu Mama matikan dulu telponnya. Bay anak Mama yang tampan. Selamat menikmati tidurnya!
Nyonya Kumala pun menutup telponnya. Sedangkan Andrian mengehela nafas dengan kasar mengingat kembali pemerintah mamanya tadi. Bagaimana caranya untuk mendapatkan kekasih dengan jangka waktu sesingkat itu.
Pusing memikirkan itu Andrian pun menaruh kembali ponselnya lalu tidur, untuk masalah permintaan mamanya tadi nanti Andrian akan pikiran.
***
Pagi seperti biasa. Nayra mulai berangkat kerja seperti hari-hari biasanya setelah dikasih libur satu hari kemarin.
Sesampai di kantor Nayra langsung mengerjakan tugasnya seperti membereskan ruang kerja Andrian. Tak lama kemudian Andrian juga sudah datang dan memasuki ruangannya.
"Selamat pagi Pak..." sapa Nayra sambil menundukkan kepalanya.
"Bagaimana kondisi mu saat ini? Apakah sudah lebih baik?"
"Eh... i-itu iya Pak kondisi saya sudah lebih baik."
"Syukurlah kalau gitu," terlihat wajah Andrian begitu senang mendengarkan keadaan Nayra.
See you again...
LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^
typoo yaaaa