Duke Arland.
Seorang Duke yang dingin dan kejam. Selama menikah, dia mengabaikan istrinya yang sangat menyayanginya, hingga sebuah kejadian dimana dirinya harus berpisah dengan istrinya, Violeta.
Setelah kepergian istrinya, dia bertekad akan mencari istrinya, namun hasilnya nihil.
......
Violeta istri yang sangat mencintai suaminya. Selama pernikahannya, ia tidak di anggap ada, hingga sebuah kenyataan yang membuatnya harus pergi dari kediaman Duke.
Kenyataan yang membuatnya hancur berkeping-keping. Violeta yang putus asa pun mencoba bunuh diri, sehingga jiwa asing menemani tubuhnya.
Lima tahun kemudian.
Keduanya di pertemukan kembali dengan kehidupan masing-masing. Dimana keduanya telah memiliki seorang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu
"Lio, bawa dia ke kamarnya dan perintahkan dua pengawal untuk menjaganya, pastikan wanita ini tidak bisa keluar tanpa seijin ku." Titah Duke Aland, Kesatria Lio memberikan hormat, lalu menarik tangan Felica.
"Duke, aku tidak ingin di kurung. Lepaskan aku!" Felica terus memberontak, namun usahanya sia-sia tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Kesatria Lio.
"Lepaskan aku, aku bisa jalan sendiri!" Ketus Felica seraya menghentakkan lengannya dengan kasar. Kesatria Lio pun melepaskan lengannya dan berdiri bak patung.
Dengan wajah dongkol, Felica menghentakkan kakinya, berjalan menjauhi Kesatria Lio.
brak
Pintu bercat putih itu langsung tertutup rapat tepat di hadapan Kesatria Lio. Laki-laki berwajah gagah itu tak peduli, yang jelas, ia menjalankan perintah majikannya dengan benar. Matanya melirik ke kanan, menangkap sosok dua pengawal yang berjalan menghampirinya.
"Kalian pastikan, jangan sampai nyonya keluar selangkah pun."
"Baik, Kesatria," jawab mereka serempak.
Sedangkan Duke Aland. Langkah kakinya menuju kamar putranya, Aronz. Tangan kanannya, memutar handle pintu itu, membuka sedikit demi sedikit. "Aronz,"
Dia berjongkok, menatap lembut ke arah Aronz, pipinya basah, matanya merah dan hidungnya yang mancung dan putih itu pun juga ikut memerah. "Maaf, Aronz pasti mengerti, suatu saat nanti. Aronz akan mengerti. Ya, Aronz akan mengerti."
"Ceritakan, Ayah, ceritakan semuanya, Aronz bukan anak kecil lagi, benar, umur Aronz sebentar lagi akan menginjak enam tahun."
Deg
Duke Aland meringis, benar didikan Aronz yang keras membuatnya lebih dewasa dari anak seumurannya. Di luar sana, anak seperti Aronz masih belum sedewasa dia. "Dulu, ada seorang gadis cantik, murah senyum dan baik hati. Gadis itu sering keluar menghabiskan waktunya di taman, ayah pada saat itu tanpa sengaja melihatnya, kakek mu, teman baik gadis itu. Perjodohan itu pun terjadi karena sebuah pertemanan, kakek mu tidak pernah memandang status, Aronz. Meskipun banyak yang menawarkan putrinya untuk ayah karena sebuah kekuasaan."
"Tapi tidak di keluarga Ayah, status tidak menjadi masalah. Ayah menolak keras perjodohan itu karena Ayah mencintai ibu mu, tapi mau bagaimana lagi? Ayah tidak mau mengecewakan kedua orang tua Ayah, Ayah menerima perjodohan itu dan akhirnya menikah. Selama menikah, Ayah mengabaikan Violeta, bersikap dingin, Ayah tak segan-segan membentaknya dan memarahinya, pernah Ayah memarahinya karena saat itu hati ayah pilu, Ayah menyakiti ibu mu dan pulang dalam keadaan mabuk. Ayah berbuat kasar padanya, hari demi hari pun berlalu. Kelembutan wanita itu mengikis kekerasan Ayah,"
Duke Aland mengingat tatapan mata Violeta yang menenangkan. "Tanpa Ayah sadari, Ayah mencintainya, akhirnya Ayah memutuskan memilih Violeta dan pada saat itu, Violeta hamil. Sejujurnya Ayah senang, tapi ego Ayah lebih tinggi. Ayah mencintainya, tapi tidak bisa memperlakukannya dengan lembut. Setelah itu, Ayah kembali memantapkan hati memilih Violeta, kedua kalinya. Ayah pun menemui ibu mu, Felica. Malam itu, malam terakhir ayah dengan ibu mu, tapi siapa sangka ayah merenggut kesucian ibu mu. Ayah tidak tahu pada saat itu, tiga minggu kemudian. Ibu mu membawa dokter yang menanganinya dan menyatakan dia hamil."
Duke Aland mengusap wajahnya secara kasar, air matanya luruh tanpa di minta. "Violeta tahu, tapi dia tidak banyak bicara. Dia menerima, hingga suatu hari ayah memutuskan Violeta untuk meninggalkan kediaman ini dan menempati kediaman baru. Saat itu, ayah tidak tahu pasti para pengawal yang mengantar Violeta ada yang mati dan menghilang. Keesokan harinya, Kesatria Lio menemukan kereta yang di tumpangi Violeta berada di atas jurang dekat sungai. Ayah mencarinya seperti orang gila, ayah mencari ke seluruh Kekaisaran ini, tidak ada. Katakan Aronz, apa yang harus ayah lakukan. Niat hati, Ayah mengeluarkan Violeta bukan karena tak mencintainya, tapi ayah sudah terlanjur menyakitinya, ayah tidak bisa membayangkan betapa hancurnya dia saat satu atap dengan ibu mu. Itu lah kebodohan Ayah, Aron, kebodohan Ayah."
Duke Aland terisak, bahu gemetar. Aronz, anak itu diam mendengarkan perkataan sang Ayah. Duchess Violeta tidak selamanya salah. "Bawalah, Duchess kesini. Dia lebih berhak dan jika pun yang harus keluar adalah aku dan ibu, bukan dia dan kedua anaknya."
"Apa Ayah tahu siapa anaknya?"
"Kedua teman mu, Ayah yakin."
Deg
Aronz langsung memutar lehernya, matanya tak berkedip melihat sang ayah yang tampak kacau. "Aleta dan Alfred."
Duke Aland menghapus air matanya. "Kamu mengatakan lukisan itu mirip dengan wajah ibu dari teman mu kan."
Aronz tak bisa mengespresikan wajah dan hatinya, jadi kedua orang yang ia sukai ternyata adalah saudaranya sendiri.
"Aku akan ikut mencari mereka ayah."
akoh mampir Thor