NovelToon NovelToon
OBSESI Sang Presdir

OBSESI Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.

Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.

Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.

~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Terkurung

Marsha terbangun dengan perasaan tak nyaman. Kelopak matanya perlahan terbuka, seolah sedang menyesuaikan dengan cahaya redup di kamarnya.

Jantungnya berdetak lebih cepat saat ia menyadari suasana kamarnya menjadi gelap.

Sejak kecil, Marsha memang takut gelap. Bukan tanpa alasan, ia pernah memiliki pengalaman buruk tentang pendar gelap.

Mendadak dadanya terasa sesak. Ia melangkah perlahan menuju pintu, lalu memutar knopnya. Ternyata tidak bisa.

"Apakah ini sengaja dikunci?" tanyanya dengan suara lirih pada diri sendiri.

Marsha mulai panik, lalu mulai menggedor keras.

"Siapa di luar? Tolong buka," teriaknya panik.

Tak seorangpun datang.

Kemudian ia berusaha menggedor lebih keras lagi. Lagi dan lagi.

Namun, sayangnya tetap tak ada hasil.

Tetapi Marsha bukanlah orang yang mudah menyerah. Dengan tangan gemetar, ia berusaha mencari di mana ponselnya berada.

Jemari lentiknya kini mulai meraba ke atas nakas. Dan membuat Marsha akhirnya tersadar akan sesuatu. Ini bukan sebuah kebetulan.

Ingatannya kembali diputar, ketika Monica yang merupakan ibu tirinya menghukumnya dengan cara mengunci pintu semalaman.

Tetapi, bukankah ia bukan anak kecil lagi? Untuk apa ia melakukannya?

Pikiran buruk akhirnya mulai berlalu lalang di otaknya. Mulai dari Danu yang merencanakan hal buruk. Kemudian Monica menyakiti ayahnya yang kebetulan sedang sakit.

Marsha semakin panik. Dadanya semakin terasa sesak, seperti sedang ditimpa batu berukuran besar.

Napasnya memang masih terengah. Dan buku jemarinya tak berhenti meraba. Hingga akhirnya jari lentiknya terhenti pada benda pipih di dalam laci nakas miliknya.

Lalu kemudian, dengan tangan yang masih gemetar Marsha berusaha menghubungi Joseph, tetapi pria itu mengatakan sedang sibuk. Hari ini tak bisa diganggu.

Sempat ada rasa kecewa. Tetapi kemudian ia teringat dengan saat ia bertunangan bersama Giorgio. Lalu akhirnya ia menyadari jika Joseph kini mulai menjauh darinya.

Ada rasa sakit yang menikam hingga ke ulu hati.

Ia menangis sekeras mungkin. Tak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa.

Ia masih mencari nama seseorang di gawai miliknya. Harapan satu-satunya kini adalah Gio.

Pada pemuda itu sebenarnya Marsha selalu bersikap tak suka. Lalu bagaimana bisa ia meminta tolong padanya?

Masa bodoh. Akhirnya Marsha memberanikan diri juga.

Setelah sambungan telepon tersambung, ia menangis sejadi-jadinya.

"Halo, Pak Gio ... tolong aku, tolong bebaskan aku. Aku sedang di kurung," katanya dengan suara parau yang didominasi nada gemetar.

"Pak Gio, aku sangat takut, tolong cepet datang ya, aku takut banget sekarang, aku dikunci di rumah," ungkapnya mulai panik dan penuh emosi.

Ia terus meraung. Membuat ucapannya terdengar kurang jelas di telinga pendengarnya.

Hingga akhirnya, ia merasa pipinya kebas. Seperti sedang ditepuk berulang kali oleh seseorang.

Suara khas berat itu, semakin lama semakin keras dan terdengar jelas.

"Marsha, buka matamu. Marsha," panggilnya, sambil mengguncang-guncangkan tubuh kecil Marsha.

Perlahan, gadis itu mulai memberanikan diri untuk membuka matanya.

Ia terkejut, wajah Gio sudah terpampang di sana. Jarak keduanya sangat dekat. Kemudian, mata Marsha mengedar ke sekeliling, tetapi pandangannya terhalang oleh postur tinggi besar yang kini memeluknya.

"Kamu kenapa, Sya? Kamu berteriak menangis memanggil nama Joey. Tak lama berselang kamu meminta tolong padaku, ada apa?" tanya pria di depannya yang ternyata Giorgio.

Marsha masih bingung, membuat keningnya berkerut. Lalu ia berpikir sejenak sambil memperhatikan di mana ia berada.

"Kenapa Pak Gio bisa di kamarku?" tanya Marsha.

"Kamu pingsan, keluargaku sudah pulang. Aku masih di sini untuk memastikan kamu baik-baik saja," ungka Gio.

Marsha mulai mendorong tubuh pria itu, tetapi sayangnya ia kalah tenaga. Gio justru mengeratkan pelukannya.

"Ada papa kamu di depan pintu, kita harus berakting. Jangan membuatnya cemas," bisik Giorgio.

Tanpa sengaja, bibirnya menyentuh daun telinga Marsha. Membuat wajah gadis itu berubah bersemu merah.

Marsha sejenak membeku. Lalu beberapa menit setelahnya, ia mulai memutuskan untuk bangkit.

"Pulanglah," usirnya sambil melangkah menuju kamar mandi.

Ia menyadari sanggul masih melekat di kepalanya, begitu juga dengan kebaya yang ia pakai di acara pertunangan. Ternyata masih belum diganti.

Marsha benar-benar berantakan. Riasanya tak lagi seperti sebelumnya. Tatanan rambutnya pun sudah sedikit acak-acakan.

"Ini sudah sangat malam, Sya. Lagi pula besok kalian akan fitting baju pengantin. Jadi Gio akan menginap di sini," kata Pak Tama membuat Marsha terbelalak mendengarnya.

Rupanya pak Tama benar-benar ada di sana.

"Tapi kita belum menikah, Pa," tolaknya dengan nada tegas.

"Siapa bilang dia sekamar denganmu," ujar sang ayah.

"Aku tidur di kamar sebelah, kalau ada perlu. Ketuk saja pintunya, aku akan keluar," ketus Gio sambil tersenyum menggoda.

***

Mentari pagi menerobos melewati kaca jendela. Membuat Marsha segera bangkit. Ia langsung menggapai ponselnya. Ada banyak pesan di sana.

Mulai dari ucapan selamat para fans di media sosial, hingga pesan whatsapp dari Joseph lengkap dengan panggilan telepon tak terjawab puluhan kali. Marsha terkejut.

Ia membukanya satu persatu. Dan yang lebih terkejut, ternyata Gio sudah memposting momen pertunangan mereka di media sosial dan menandai akun miliknya.

Pantas saja beberapa foto dan video yang diunggah dilike banyak orang. Lagi, Gio selalu mengambil keputusan sepihak tanpa mau bertanya terlebih dahulu kepadanya.

Dan yang membuat Marsha khawatir, ternyata Joseph mengirimkan pesan jika hari ini ada lomba menyanyi di taman kanak-kanak tempat Steven sekolah, mirisnya bocah itu terlanjur bilang kepada temannya kalau mamanya akan datang.

Semua itu membuat Marsha benar-benar frustasi.

Ia bergerak cepat membersihkan diri. Setelah selesai berdandan, ia berlari keluar kamar.

Tetapi tubuhnya terpental, beruntung pemuda bertubuh kekar di hadapannya langsung menggapai dan memeluknya.

"Mau ke mana buru-buru, Sya," sergah Gio.

Keberadaannya yang di sembarang tempat benar-benar membuat mata Marsha menjadi melebar.

Belum sempat gadis itu menjawab, tetapi Gio sudah lebih dulu mengungkapkan rencananya dan Pak Tama.

"Kita harus fitting baju, ingat?" Giorgio memperhatikan bola mata Marsha yang bergerak-gerak seolah sedang bingung.

"Tapi Steven sedang ada lomba menyanyi di sekolahnya. Dan dia terlanjur bilang sama semua temennya kalau mamanya akan datang," sahut Marsha.

Bukan berkilah, tetapi inilah kenyataan yang sebenarnya. Jika ia ternyata benar-benar jatuh hati pada malaikat kecil itu.

"Kita hadir di sekolah itu sama-sama," jawab Gio.

"Tapi ...."

Marsha belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tetapi Gio berusaha menahannya.

"Tidak perlu mencemaskan Joey. Aku bisa atasi. Ayo!" seru Gio, kemudian ia menggapai paksa dan menggenggam erat tangan tunangannya dan melenggang pergi.

Ada degup tak biasa yang disadari Marsha, setiap kali dirinya bersentuhan dengan Gio.

Pria itu bersikap lebih tegas, lebih ditakuti oleh dua saudara dan saudarinya. Mungkinkah karena jabatannya yang seorang Presdir? Entah.

Tepat ketika mereka sampai di halaman rumah megah pak Tama. Marsha kembali terkejut saat melihat Joey sudah berdiri bersandar di mobilnya. Menunggu.

"Joey, mau ke sekolah Steven? Kita pergi bertiga. Jangan lupa publik sudah tahu kalau Marsha ini calon istriku. Jangan sampai merusak reputasi keluarga dengan ego," tangkasnya, terdengar tegas dan lugas.

Lalu, Marsha melihat Joey yang kecewa mengangguk dengan kepala tertunduk. Pria itu pun tak berani menatap gadis itu.

Sebenarnya, sejak di kamar, Marsha sudah menyusun sederet pertanyaan. Mengapa Joseph mengaku istrinya meninggal, padahal mereka sebenarnya bercerai?

Bersambung ....

1
Siti Juaningsih
Luar biasa
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih banyak ya Kak, sudah mampir di tulisan receh saya, dan memberi Rate. Salam cinta, Lintang. ❤️❤️❤️
total 1 replies
Nina_Melo
Haiis, takut buat topeng si Gio aja tuh
Anne Clair
seru ya
Samantha
nah loh. Pilih duda apa bujang mapan
Samantha
cemburu si bos muda
Samantha
Aku mau sih jadi Marsha
Teddy
perhatian gitu si Gio
Nina_Melo
Jadi rebutan
Nina_Melo
Kok aku jadi sebel sama danu ya
Antonio Johnson
Diksinya keren sih ya
Antonio Johnson
Kenapa tulisanmu sedih semua? Moga tulisanmu sukses ya, biar bahagia. Canda, semangat Thor
Antonio Johnson
pilih aku aja gimana
Anne Clair
Keren, tapi nyesek
Anne Clair
Hayo pilih yang mana?
Anne Clair
Hei, Lintang. Aku mampir baca, eh keterusan
Teddy
Ditunggu Bab barunya yang seru ya Love
Nina_Melo
Nyesek woy
Nina_Melo
Ceritanya seru Guys
Nina_Melo
Tulisannya natural. Cocok untuk menghilangkan penat.
Nina_Melo
Bagus, natural. Semoga banjir pembaca ya Kak Thor 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!