Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEKASIHKU
Pagi itu, Kimberly masih terlelap. Semalaman ia masih tidak bisa tidur, bahkan ia masih menangis setiap kali teringat bentakan yang diberikan oleh William.
Suara ponsel di atas nakas membangunkannya. Dengan mata yang masih tertutup, ia berusaha meraih benda pipih itu dengan meraba.
Setelah ia berhasil meraih benda itu, Kimberly meletakkannya di telinganya.
"Bangun Kimmy!!" mata Kimberly langsung membulat ketika mendengar suara dan panggilan itu.
"Kakakkk!!!" Teriaknya sambil melihat ponselnya yang ternyata dalam posisi video call.
Wajah Kimberly begitu sumringah menerima telepon tersebut. Namun, itu semua tidak bisa menutupi matanya yang sembab.
"Kamu habis menangis Kim?" tanya King.
Kimberly tersenyum, "habis baca novel semalaman, sedih," ucapnya bohong.
"Kebiasaan!"
"Bukankah disana masih pukul 3 pagi? Ada apa kakak meneleponku?"
"Tiba tiba saja kakak memikirkanmu dan tidak bisa tidur. Apa kamu benar tidak apa apa?" tanya King.
"Tidak apa apa Kak. Oya, apa kakak tidak mau mengucapkan selamat padaku?"
"Selamat apa? Memangnya kamu berulang tahun?"
"Kakakkkk!!! Aku ini sudah mahasiswa. Masa kakak tidak mau mengucapkan selamat padaku. Menyebalkan!" Kimberly memanyunkan bibirnya.
"Ok, ok. Jangan marah. Selamat ya Kimmy kecil, kamu mau hadiah apa?"
"Apa kakak akan mengabulkan permintaanku?"
"Kalau kakak bisa mengabulkannya, akan kakak lakukan."
"Sebenarnya kakak bisa melakukannya, tinggal kakak mau atau tidak," ucap Kimberly.
"Ayo katakan, apa permintaanmu?"
Dengan tersenyum, "Aku mau kakak pulang. Aku sangat merindukan kakak. Sudah hampir 4 tahun kakak pergi. Apa tidak merindukanku sama sekali? Aku ingin memeluk kakak," tiba tiba saja Kimberly menangis sesengukan.
"Kim, kamu punya masalah apa sebenarnya?" King mulai mengkhawatirkan adik kesayangannya itu.
Bukannya mereda, Kimberly malah semakin menangis, "Aku mau kakak disini."
"Sepertinya benar kakak tidak bisa tidur semalaman, kakak semakin yakin kamu punya masalah," batin King.
"Kak, tahu tidak. Aku seperti melihat kakak ada disini kalau bersama kakak pengawas."
"Kakak pengawas?"
"Iya. Waktu aku ujian masuk, ia yang menjadi pengawas di kelasku. Lalu saat kemarin aku pergi berkemah juga, ia yang selalu menenangkanku, sama seperti kakak," cerita Kimberly.
"Kamu punya pengganti kakak sepertinya ...," goda King.
"Tentu saja tidak. Mana bisa aku menggantikan kakak kesayanganku dengan Kak Lee."
"Lee?"
"Iya Kak. Namanya Anthony Lee," ucap Kimberly sambil tersenyum, "Kak Lee sangat baik padaku, Kak. Bahkan ia menenangkanku saat William membentakku," tanpa sadar Kimberly menceritakan kejadian yang menimpa dirinya saat perkemahan.
"Dasar bandit kecil. Berani sekali dia membentakmu. Kalau begitu jangan kamu dekati dia lagi. Dia tidak pantas berteman denganmu," ucap King geram.
"Tapi, Kak. Aku tidak ingin berjauhan dengan William. Dia satu satunya sahabatku."
"Kamu masih menganggap dia sahabatmu? Sementara dia seperti tidak mengenali siapa dirimu. Padahal kamu sudah berteman dengannya selama hampir 18 tahun."
"Aku yang salah, Kak. Ia memintaku untuk menjaga Viera, tapi aku malah membuatnya terjatuh."
"Kamu bilang tadi gadis itu sendiri yang melepaskan tangannya, bukan?" Kimberly menganggukkan kepala. King membuang nafasnya kasar kemudian menyugar rambutnya ke belakang.
"Baiklah, sekarang kamu bangun dan bersihkan dirimu. Jangan lagi kamu pikirkan tentang bandit kecil itu. Jika dia berbuat sesuatu lagi dan membuatmu menangis, kakak akan mematahkan tulang lehernya," ancam King.
"Jangan, Kak. Bagaimana kalau ternyata William itu jodohku. Masa kakak akan membuat jodohku menjadi tengleng," ucap Kimberly polos.
"Ya ampun, Kimmy!!! Cepat sana mandi, kakak bisa mencium baumu sampai ke sini."
"Benarkah?" Kimberly mulai mencium bau badannya sendiri dari kanan ke kiri, "baiklah, Kak. Sepertinya kakak benar, aku mandi dulu saja. Bye kakakku sayang, muahhh!!"
"Bye, Kimmy. Kakak menyayangimu!!"
Setelah ponsel dimatikan, King meletakkan ponsel tersebut di atas nakas.
"Anthony, apa maksudmu mendekati adikku?" gumam King.
*****
Selama akhir minggu kemarin, Kimberly selalu berusaha untuk menemui William. Meskipun kakaknya sudah melarangnya, tapi tetap saja Kimberly tak bisa. Hatinya mengatakan kalau ia tak bisa berjauhan dengan William.
Seperti hari ini. Kimberly mengecek jadwal kuliahnya di bagian administrasi. Bagian administrasi cukup ramai dengan para mahasiswa yang mencetak jadwal kuliahnya tahun ini.
Kimberly berdiri tak jauh dari pintu masuk setelah ia mendapatkan jadwalnya, berharap ia melihat William.
Setelah menunggu sekitar 30 menit, ia melihat William datang bersama Viera. Dengan hati hati William memapah Viera. Terlihat area mata kaki Viera masih dibalut dengan perban dan ia kesulitan untuk berjalan.
Kimberly menunggu William mencetak jadwal kuliah miliknya. Kemudian saat ia melihat mereka keluar dari bagian administrasi, Kimberly berjalan mendekatinya.
"Wil," panggil Kimberly.
William diam, seperti mengacuhkannya. Kimberly kembali memanggilnya.
"Wil."
William menghentikkan langkahnya, begitu juga dengan Viera.
"Apa maumu?" tanya William.
"Bisakah aku berbicara denganmu? Berdua saja."
"Jika kamu ingin berbicara, bicara saja disini. Tak ada hal penting yang perlu kita bicarakan berdua. Lagipula, Viera adalah kekasihku, tak ada yang perlu kusembunyikan darinya."