Reyhan

Jam tiga siang, Reyhan dan Reva pergi menuju sebuah kios duren. Reva sangat senang dan langsung memilih duren yang ia inginkan. Dia menunjuk salah satu duren dan meminta pedagang untuk membukanya.

Dan waw...pilihannya tepat. Duren yang ia pilih sangat bagus, rasanya manis dan segar, karena memang duren itu duren matang pohon yang baru saja dipetik, alias dadakan.

Reva hampir saja menghabiskan satu buah duren sendirian. Sedangkan Reyhan hanya memperhatikan adiknya yang seperti kerasukan saat makan duren itu. Reyhan iseng mengambil gambar Reva saat makan duren.

Cekrekk......Reyhan memotret Reva. Dia tertawa setelah berhasil mendapatkan foto adiknya yang sedang menyantap buah kesukaannya."Kak Reyhan ihhh."Protes Reva.

"Apa?."Tanya Reyhan dengan watadosnya.

"Ngambil foto orang sembarangan."

"Kenapa? Bagus kok. Kamu mau lihat? Nih..."

Reyhan memperlihatkan foto itu pada Reva.

"Ohh iya bagus ternyata ...emang susah sih ya kalo jadi orang cantik. Mau gimana-gimana juga tetep aja cantik, Hahahhaha."Ucap Reva membanggakan dirinya.

"Emang sih kamu cantik, tapi cantikan mamu ah, daripada kamu."

"Cantikan aku lah. Didunia ini tidak ada yang lebih cantik dari aku."

"Siapa bilang?."

"Kak Dylan dong, calon suamiku. Ahh iya aku jadi kangen kak Dylan."

"Kenapa?? kamu pengen makan Dilan juga?."

"Aku pengen makan mie kocok. Kakak kan janji mau beliin aku mie kocok abis ini."

"Kamu masih kuat makan mie kocok?.Kamu udah abis duren satu kepala lho Reva?."

"Udah deh ya, kak Reyhan mau beliin apa enggak??."

"Iya. Kakak beliin. Kamu mau makan mie kocok dimana?"

"Dimana aja. Yang penting mie kocok, dan inget ya kak, aku mau makan mie kocok kaki gajah, bukan kaki sapi."

"Kaki gajah?Filariasis maksud kamu?."

"Bukan lah. Ada kok mie kocok kaki gajah didaerah xxxxxx.Temen aku pernah makan disana. Kita kesana ya kak?.Nanti kita cari pedagang mie kocok, yang tulisannya mie kocok kaki gajah."

"Kenapa nggak sekalian aja kita nyari mie kocok kaki lumpuh, atau mie kocok kaki pecah-pecah, kaki tangan, atau kaki pincang." Ucap Reyhan

"Hahaha....kak Reyhan lucu, gemesshhh deh." Ucap Reva sambil mencubit pipi Reyhan.

Reyhan menatap mata Reva, yang sedang tersenyum. Mereka saling menatap beberapa detik. Ada perasaan aneh dalam hati keduanya, saat mata mereka saling bertemu, tapi Reva segera mengalihkan pandanganya.

"Ayo kak kita pergi sekarang!! Kita cari mie kocok kaki seribu ?." Ucap Reva sembari tertawa kecil.

Reva naik lebih dulu ke mobil Reyhan, sedangkan Reyhan membayar duren yang Reva makan, dia juga membeli empat buah duren untuk dibawa pulang.

"Oh ya kak, nanti kalau dijalan kakak nemu duren bawa pulang ya."

"Kakak udah beli empat tuh."

"Bukan duren itu maksudku, duda keren. Bungkus satu ya, buat bi Nani, atau suster Heni."

"Ada-ada aja kamu Reva."

"Kasian tau kak. Mereka sudah lama hidup sendiri. Oh ya kak, apa kakak tahu, kalau papa pernah berusaha jodohin pak Herman sama bi Nani?."

"Enggak, Kakak nggak tau. Kamu tahu dari mana?."

"Dari mama, katanya papa jodohin mereka, ehh dua-duanya nolak. Ada-ada aja si papa. Lagian papa kenapa sih hobi banget jodoh-jodohin orang ya?." Tanya Reva

"Papa sama mamu mah sebelas dua belas, sama kayak kamu."

"Beda lah. Aku nggak sama kayak mereka."

Saat sedang asyik mengobrol, tiba -tiba hp Reva berbunyi. Dylan menelponnya.

"Hallo.!!

"Hallo...yang!!! Lagi dimana?."

"Lagi dijalan..sama kak Reyhan, aku habis makan duren. Kak Reyhan yang traktir. Kak Dylan lagi ngapain?."

"Aku lagi kangenin kamu."

"Ahhh ......me to."

"Aku nggak sabar pengen cepet hari sabtu. Aku udah kangen banget sama kamu."

"Kak Dylan udah pulang?."

"Ini...lagi diparkiran, bentar lagi pulang."

"Ya udah kalo gitu cepetan pulang, jangan keluyuran."

"Baik calon istri ."

"Ya udah hati-hati di jalan ya calon suami."

"Siap calon Istri. I love you calon istri...em muah.."

"Love you to calon suami...em muah."

Percakapan pun berakhir. Senyuman bahagia terukir dibibir Reva dan Dylan saat ini. Reyhan ikut tersenyum melihat adiknya yang terlihat bahagia itu. Dia betah melihat senyuman Reva yang manis dan lucu, membuat hatinya merasa damai dan tenang. Setiap kali melihat senyum Reva, Reyhan selalu ikut tersenyum.

"Siapa yang telepon? Dylan ya?."

"Iya dia, siapa lagi?."

"Kapan kalian nikah ?."

"Nggak tahu kak.Tapi kak Dylan bilang, dia pengennya setelah aku lulus."

"Bagus dong, lebih cepat lebih baik."

"Aku sih pengennya nanti setelah aku bener-bener diangkat jadi dokter."

"Kelamaan. Nanti Dylan keburu akaran nungguin kamu."

"Kak. Kalau nanti aku sudah nikah. Apa kita masih bisa seperti ini?."

"Kakak tidak tahu.Yang jelas walaupun kamu nanti udah nikah, kakak akan tetap menyayangi kamu. Kamu akan tetap jadi adik kecil kakak yang lucu dan menggemaskan."

"Aaaah...co cuit kakakku ini."

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Malamnya Di rumah Dika.

Dika sedang duduk di sofa kamar, sambil menonton tv, dan Isma duduk disampingnya.

"Mas..kamu udah nggak capek kan?." Tanya Isma.

Dika menoleh pada Isma. "Kamu kok tumben nanya gitu?. Kamu pengen di push up pin ya?."

"Bukan mas, ada hal penting yang ingin aku omongin sama kamu?."

"Hal penting apa?. Ya udah ngomong aja."

"Ini tentang Reyhan mas.Tadi papa Anggara kesini. Dia mengatakan alasan kenapa papanya Rachel membatalkan pernikahan Reyhan dan Rachel."

"Sebenernya aku udah nggak peduli.Tapi aku mau dengar. Apa katanya?."

"Pak Arnes membatalkan pernikahan itu, karena katanya Reyhan dan Rachel adalah kakak adik."

"Apa? Jangan bercanda deh sayang."

"Aku serius mas. Pak Arnes itu ayah kandung Reyhan."

"Kamu nggak lagi ngerjain aku kan?."

"Enggak mas, aku serius.Tadi papa, maksudku mas Anggara yang mengatakan semua ini."

"Dari mana dia tahu semua ini?."

"Dari pak Arnes sendiri."

"Terus mas Anggara percaya?.Bisa aja kan itu cuma akal-akalan si Arnes."

"Enggak mas. Itu memang benar. Reyhan dan Rachel kakak adik. Mereka saudara satu ayah.

Aku sendiri melihat copy hasil tes DNA mereka."

"Nggak....nggak mungkin. Kamu pasti bercanda kan?.Bagaimana mungkin Arnes ayah kandung Reyhan? Mustahil itu?."

Isma lalu menceritakan apa yang dia dengar dari pak Anggara, tentang hubungan Chintya dan Arnes. Dika tercengang, seakan tidak percaya Chintya benar-benar melakukan hal itu. Rasa bencinya semakin bertambah pada Chintya. Selain dikhianati, Dika juga merasa Chintya telah menipunya. Walau kejadian itu sudah lama berlalu, tetap saja dia merasakan sakit mengetahui kenyataan itu.

Sebelum dengannya, ternyata Chintya tidak hanya tidur dengan Reynold saja, tapi dengan Johan, alias Arnes. Dika terlihat emosi, untungnya Isma berhasil menenangkannya.

"Aku ngerti perasaan kamu mas. Kamu tenangkan diri kamu. Sekarang kita harus pikirin bagaimana caranya kita mengatakan kebenaran ini pada Reyhan."

"Sampai kapanpun aku tidak akan mengatakan kebenaran ini pada Reyhan. Apapun yang terjadi, Reyhan tetap anakku, dan selamanya akan seperti itu."

"Aku tahu mas.Tapi tetap saja kita harus memberi tahu dia. Apa kamu mau, dia tahu semua ini dari orang lain?. Coba bayangkan bagaimana perasaannya, kalau dia tahu semua ini dari mulut orang lain."

"Aku tahu. Tapi saat ini aku tidak mau mengatakan apapun pada Reyhan. Lagi pula dia tidak akan pernah tahu, selama aku, kamu dan mas Anggara tidak buka mulut."

"Apa kamu lupa, kalau Arnes sudah mengetahui hal ini? Bagaimana kalau suatu hari dia mengatakan segalanya pada Reyhan?Bagaimana kalau Reyhan bertanya sama kamu? Kamu mau jawab apa?." Tanya Isma.

Dika diam.

"Aku akan pikirin itu nanti.Yang jelas untuk saat ini, aku belum siap mengatakannya. Aku minta, kamu juga tetap merahasiakan ini. Besok aku akan menemui mas Anggara, aku juga akan minta dia tetap merahasiakannya."

"Ya udah terserah kamu." Ucap Isma.