Kisah dua insan yang saling mencintai, namun terhalang oleh restu orang tua. Seorang pemuda nan soleh jatuh cinta kepada seorang gadis yang biasa saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Diana Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Riri
Sejauh dan sesulit apa pun jalan yang akan kita tempuh.
Jika kita mencintainya maka kita akan mencarinya.
...*****...
Pagi ini Sekar tengah mempersiapkan barang dagangannya. Seperti biasanya dia membuat kue-kue basah yang enak dan pastinya lezat. Saat ia tengah memasukkan kue-kue tersebut ke dalam tempatnya, tiba-tiba saja ada suara mobil yang datang ke rumahnya.
"Sepertinya ada yang datang," katanya sambil berjalan menuju pintu depan rumahnya. Benar saja dugaannya, ternyata itu adalah Puri sahabatnya Riri.
"Benar, memang ada yang datang. Bukankah itu mobilnya, Nak Puri? Tumben sekali pagi-pagi begini dia sudah datang kesini. Ada apa ini?" katanya setengah berbisik.
Melihat Sekar yang telah berdiri di depan pintu, Puri segera menghampirinya.
"Assalamualaikum, Tante," kata Puri mengucapkan salam dan mencium punggung tangan Sekar.
"Waalaikumsalam, Nak," jawabnya dengan sedikit terkejut melihat Puri datang begitu pagi ke rumahnya.
"Puri, tumben sekali kamu datang sepagi ini. Ada apa?" tanya Sekar begitu antusias.
"Begini, Tante. Aku ingin memberi tahu kan sesuatu mengenai Riri. Dia mengirimiku pesan, ini silakan, Tante baca," ucap Puri sambil menyodorkan ponsel miliknya.
Sembari menunggu Sekar selesai membaca pesan dari Riri, Puri memutuskan untuk melihat-lihat kue-kue yang di jual oleh Sekar.
Dengan ekspresi yang begitu tegang, Sekar membaca pesan dari anaknya itu. Tak terasa, air matanya pun berlinangan. Derai-derai air matanya kini telah jatuh dengan lebatnya. Hingga, membuat pipinya basah dengan sempurna.
Sapaan Puri membuatnya sadar.
"Tante, ada apa? Kenapa, Tante menangis? Apa ada yang salah dengan pesan itu, sehingga Tante sedih seperti ini?" kata Puri sambil memegang pundak Sekar, ibu dari sahabat karibnya itu.
Sekar pun segera menghapus air matanya dan berkata, "Tidak, Tante tidak apa-apa, Nak Puri. Tante hanya merasa tersentuh membaca pesan dari putri, Tante. Semoga saja dia benar-benar baik-baik saja di sana. Tante hanya mengkhawatirkannya, itu saja," katanya sambil mengembalikan ponsel lagi ponsel Puri.
"Tante yakin apa benar tante nggak apa-apa?" tanya Puri yang kurang yakin dengan jawaban Sekar.
Lalu Sekar kembali menjawab, "Ya, kamu tenang saja. Tante, tidak apa-apa, kok. Sekarang, Tante harus jualan kue. Sebaiknya, kamu pulang saja, ya. Bukannya, Tante bermaksud untuk mengusir mu. Kamu tahu sendiri 'kan, kalau Tante mau keliling. Jadi ...," ia belum sempat menyelesaikan kata-katanya. Namun, Puri langsung memotong ucapannya itu. Seolah dia telah memahami apa yang ada di benak Sekar.
"Ya, Tante tidak perlu menjelaskan apa-apa. Kalau begitu, Tante hati-hati, ya! Nanti, aku akan coba untuk menghubungi Riri lagi. Jika dia mengabari ku lagi aku akan memberi tahu kan itu pada tante. Jadi, Tante jangan khawatir lagi tentang Riri, ya. Aku yakin dia baik-baik saja. Tante hanya perlu mendoakannya saja. Bukankah itu pesannya pada Tante?" katanya dengan penuh kelembutan pada Sekar.
Hal itu membuat Sekar merasa lebih tenang sekarang.
"Kamu benar, kita hanya harus mendoakannya. Biarlah, Allah yang melindunginya di sana," ucapnya dengan penuh keyakinan.
"Terima kasih atas infonya, Nak Puri!" katanya lagi pada Puri.
"Sama-sama, Tante. Kalau gitu aku pulang, ya, Tante. Assalamualaikum," katanya sambil bersalaman dan pamit pulang pada Sekar.
Puri tersenyum, kemudian dia memeluk Sekar dengan penuh cinta.
Puri berlalu pergi menggunakan mobilnya dan Sekar juga bersiap-siap untuk berjualan. Menjual kue-kue buatannya sendiri.
***
Matahari semakin meninggi, sinarnya begitu terang sekali. Sekar berjalan menelusuri jalanan aspal yang begitu padat oleh kendaraan-kendaraan yang tengah di landa kemacetan.
Seperti biasanya, dia selalu meneriakkan barang dagangannya.
"Kue-kue ... cuma seribu ...," teriaknya berulang-ulang kali. Beruntung sekali nasibnya, ternyata teriakannya tidak sia-sia. Akhirnya, ada juga yang membeli kuenya itu.
Ia pun semakin bersemangat berjualan. Tak peduli lagi walau sinar matahari membakar kulitnya. Demi anaknya, ia rela melakukan apa saja. Agar ia dapat berkumpul dan bersama lagi. Ia juga berharap putrinya segera bertemu dengan ayahnya yang telah lama menghilang. Sekar tak pernah tahu bagaimana kabar suaminya kini.
Dia pun berdoa dalam hatinya,
"Yaa ... Allah, aku mohon satukanlah lagi kami, jadikanlah kami keluarga yang utuh. Layaknya keluarga yang bahagia pada umumnya. Pertemukan lah putriku di sana dengan ayahnya. Aamiin ...!"
Air matanya mengalir tanpa ia sadari. Lalu, dia segera mengusapnya dan kembali melanjutkan perjalanannya lagi.
***
Sedangkan Riri saat ini tengah di landa kebingungan yang teramat sangat. Bagaimana tidak, ia tak tahu harus kemana dan bagaimana cara untuk mencari ayahnya.
Kemudian, dia pun teringat akan foto ayahnya yang berada di dalam tas kecilnya.
"Oh, iya. Kenapa aku bisa lupa? Aku, 'kan punya foto ayah, bukankah karena hal itu Ryu sampai mengalami kecelakaan? Ada apa denganku, kenapa hal sepenting ini aku bisa melupakannya?" gerutunya pada dirinya sendiri.
Pikirannya kembali mengingat tentang kejadian buruk yang menimpa Ryu.
📃 Flashback On 📃
Pada saat itu Riri dan Ryu tengah berjalan dan ada seorang laki-laki yang berusaha mengambil paksa tas Riri. Laki-laki itu menarik tas itu dari Riri dan sampai-sampai membuat Riri terjatuh.
Ryu tentu tidak bisa diam saja. Dia segera bertindak dan dia memukul lelaki itu sampai lebam. Akan tetapi lelaki itu bertindak jauh. Ternyata dia membawa pisau, lalu dia menusukkan pisau itu pada perut Ryu.
📃 Flashback Off 📃
Jika mengingat itu, Riri menjadi sedih dan makin merasa bersalah pada Ryu serta keluarganya Ryu.
Ia pun kembali melanjutkan langkahnya dan mencoba bertanya pada orang-orang di sekitarnya.
Dengan menggunakan foto itu dia berinteraksi dengan orang-orang di dekatnya. Dia lalu menunjukkan foto ayahnya pada orang yang di temui nya.
Tapi sayang, semua itu sia-sia. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengenali ayahnya. Sama sekali tidak ada, tentu dia merasa sedikit kecewa. Tapi, dia tidak ingin menyerah begitu saja.
Sampai pada akhirnya, dia bertabrakan dengan orang asing. Pada saat itu, ia tengah memegang ponsel di tangan kanannya dan foto di tangan kirinya.
Saat bertabrakan dengan orang itu, foto yang ada di tangan kirinya pun terjatuh dan foto itu tertelungkup.
Dia bertabrakan dengan seorang pria kurang lebih usianya sekitar 40 tahunan, jika di lihat dari perawakannya. Pria itu menabraknya lebih dulu, dia menabrak tangan Riri dengan cukup kencang.
Dia terlihat sedang terburu-buru, sampai dia tidak dengar jeritan Riri yang kesakitan karenanya.
"Auh, aduh sakit banget! Aneh banget tuh orang, habis nabrak pergi gitu aja. Kayaknya dia buru-buru sampai gak sadar kalau dia menabrak ku. Mana penampilannya mencurigakan, lagi. Wajahnya juga nggak jelas," gerutu Riri yang jatuh karena pria yang mencurigakan itu.
Terang saja Riri mencurigai pria itu. Bukan tanpa alasan dia mencurigainya, itu semua karena pria itu memakai topi hitam, kaca mata hitam dan jaketnya juga hitam. Benar-benar penampilan yang mencurigakan. Siapa pun pasti akan berpikir seperti itu.
Dia pun segera bangkit dan ingin beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Sambil memegangi tangannya yang masih sakit karena terjatuh tadi. Hampir saja dia melupakan foto ayahnya yang terjatuh karena tabrakan tadi.
"Oh, ya ampun! Hampir saja aku lupa. Ayah maaf kan aku, ya. Syukurlah, aku tidak jadi meninggalkan foto ayah disini. Ini semua gara-gara orang aneh itu. Awas saja kalau aku sampai bertemu dia lagi. Ayah, maafkan aku, ya!" ucapnya pada foto ayahnya itu.
Riri tidak akan pernah tahu, bahwa Ryu sedang mencarinya saat ini. Di tengah sakitnya, ia masih tetap peduli tentang keadaan Riri.
Bahkan, sampai-sampai ia rela untuk tidak di rawat hingga sembuh. Betapa banyak orang-orang yang melarangnya untuk pergi. Akan tetapi karena rasa cinta yang begitu besar, mendorongnya untuk melakukan semua hal. Agar ia dapat bertemu dengan orang yang ia cintai itu. Termasuk melarikan diri dari rumah sakit, dia bahkan berteriak pada semua satpam yang ada di rumah sakit itu.
"Ika sete! Watashi no jama o shiyou to shinaide kudasai. Kikoemasendeshita ka? Moichido yaranakya ikenainode wakarimasu, ne ...?" teriaknya dengan sangat lantang, seolah dia tidak sedang sakit sama sekali.
(Lepaskan aku! Jangan coba-coba menghalangiku. Apa kalian tidak dengar? Apa aku harus mengulanginya lagi agar kalian mengerti, hah ...?)
Pada akhirnya ayahnya pun datang dan menyuruh semua satpam untuk melepaskannya pergi. Cukup dengan sebuah anggukan, semua satpam itu langsung mengerti apa yang di maksudkan Aito pada mereka.
Walau dengan berat hati ia melepaskan anaknya itu. Akhirnya, Ryu pergi dengan terburu-buru. Ia tak sabar ingin melihat Riri kembali tepat di hadapannya.
Ia pun mulai berjalan untuk mencari Riri. Dia melihat ke kiri dan ke kanan. Namun, tak ia temukan sosok yang ia cari itu. Walau demikian, dia tidak ingin menyerah begitu saja.
Meski tak mudah dan begitu banyak rintangan yang melanda. Hal itu tak membuat semangatnya surut sedikit pun.
Lalu, ia memutuskan untuk pergi ke rumahnya terlebih dulu. Ia berpikir ia harus mengambil kameranya yang berada di rumah. Sebelum kejadian naas itu menimpa dirinya, mereka sempat mengambil foto bersama.
Syukur saja dia masih mengingat hal itu, jika tidak entah bagaimana caranya untuk menemukan Riri.
Ketika ada taksi yang lewat, ia menghentikannya dengan melambaikan tangannya dan berteriak, "Takushi ...!" taksi itu pun berhenti dan membawanya ke rumahnya dengan kecepatan maksimal.
"Ojisan, mottohayaku dekimasen ka?" katanya pada supir taksi itu.
(Paman, apa tidak bisa lebih cepat lagi?)
"Sore wa hayai, Wakai otokodesu. Atode toraburu ni makikoma retakunai." kata supir taksi itu seolah ingin meminta pengertian dari Ryu. Karena Ryu terlihat cemas, akhirnya supir taksi itu menuruti keinginannya.
(Ini sudah cepat, Anak muda. Aku tidak ingin terkena masalah nanti)
Setibanya ia di rumah, dia meminta supir itu untuk menunggunya.
"Ojisan, chottomattekudasai! Watashi wa nagaku wa arimasen," katanya pada supir taksi itu. Sang supir hanya mengangguk tanda setuju.
(Paman, tolong tunggu sebentar disini! Aku tidak akan lama,)
Dengan bersusah payah, dia langkahkan kakinya. Selangkah demi selangkah, ia telusuri rumahnya. Hal itu membuat supir taksi itu heran melihatnya.
Sang supir hanya bisa berkata, "Naze sono yona hito ga iru nodesu ka? Kare wa sudeni aruku no ni kuro shite imashitaga. A, kinishinaide kudasai, watashi no shigoto wa sore o todokeru koto dakedesu, naze watashi wa sore ni tsuite shinpai shite imasu?" tukasnya pada dirinya sendiri.
(Mengapa ada orang seperti itu? padahal untuk berjalan saja dia sudah kesulitan. Ah, sudahlah tugasku hanya mengantarkannya saja, untuk apa juga aku jadi mencemaskan nya?)
Tak lama kemudian, Ryu keluar dari dalam rumahnya dengan membawa serta segala yang ia butuhkan. Seperti koper, dompet, kamera dan ponsel genggamnya.
Sang supir taksi yang melihatnya kesulitan membawa semua itu, dia dengan sigap membantu Ryu. Dia segera keluar dari dalam taksi dan mengambil koper Ryu, lalu memasukkannya ke dalam mobil.
Ia pun berterima kasih pada sang sopir itu yang telah berbaik hati padanya.
"Ojisan, arigato!" ucapnya sambil tersenyum pada sang supir.
(Paman, terima kasih!)
Si supir hanya tersenyum lalu mereka masuk ke dalam mobil dan melanjut kembali perjalanannya. Entah kemana Ryu akan mencari Riri.
Kini, dia hanya bisa menduga-duga mungkin saja Riri pergi ke tempat yang pernah mereka kunjungi bersama.
***
Mungkin Ryu lebih condong ke sifat ibunya
Sosoknya masih misterius, semoga dia juga orang baik
Hey kaum adam! Awas aja ya kalau kalian berani bikin Puri patah hati maka kalian akan dihajar olehnya
Gibran kamu mau tahu siapa yang ada dihati Riri? Sini aku bisikin namanya itu Ryu
Riko,Riri takut teman-teman sekolahnya digondol maling jadi dia agak ragu untuk ikut pergi sama kamu😂
Meski begitu tetap aja hati Rico hancur berkeping-keping
Tapi syukurlah, Riri ada tempat tinggal.
Daesuke kamu harus move on dan cobalah membuka hatimu kembali untuk wanita lain
Itu benar banget Gibran, kamu itu membuat Riri jadi gak fokus belajar tahu tapi Riri tak mau mengakuinya
Terus nanti Ryu gimana? Apa dia bukan jodohnya Riri?
Gibran sama Roni lucu banget sih kalian😂
Cowok kayak kamu termasuk langkah Ryu
Riri ibumu nyembunyiin kunci dipot kalau aku sih nyembunyiin kunci rumah dibawah keset yang ada didepan pintu
Jadi Riri menolak tawaran orang itu dong kalau dia mau pulang keIndonesia? Kalau Karina gimana?
Puri aku yakin Riri juga merasakan hal yang sama kaya kamu. jadi bersabarlah kalian pasti dipertemukan lagi sama Authornya ya😁
Ya ampun itu namanya ikatan batin ya Ryu, gak lihat orangnya tapi kamu bisa merasakan kehadirannya
The best deh Ryu, suka sama karakternya