NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelukan

Angin laut terus berhembus, membawa aroma asin yang menenangkan. Setelah keheningan yang cukup lama, Evan menarik napas panjang dan duduk di atas pasir, menepuk tempat di sebelahnya.

"Duduklah, El. Kamu kelihatan tegang banget."

Valencia menatap laut beberapa detik sebelum akhirnya menuruti, duduk di samping Evan. Pasir dingin terasa menembus celana panjangnya, tapi ia tak mempermasalahkannya.

Evan menatap ombak yang datang silih berganti. "Kamu tahu nggak, waktu seumur kamu dulu, Om juga pernah kepikiran jadi polisi."

Valencia menoleh, kaget. "Serius? Om yang sekarang malah jadi mafia, loh."

Evan tertawa pelan, suara tawanya bercampur dengan desiran ombak. "Iya, Om gagal jauh ya. Tapi dulu niatnya bagus kok. Cuma... jalan hidup suka muter aneh."

Valencia ikut tersenyum tipis, sesuatu yang jarang ia lakukan. "Jadi kalau waktu bisa diulang, Om bakal milih jalan yang sama?"

"Entahlah," jawab Evan santai. "Kalau gak lewat jalan yang ini, mungkin Om gak bakal ketemu kamu."

Valencia terdiam sejenak. Angin malam mengibaskan beberapa helaian rambutnya ke pipi.

"Om, aneh," gumamnya, separuh kesal, separuh hangat.

"Kenapa?"

"Bisa-bisanya bilang hal kayak gitu setelah kasih aku barang yang bikin kepala muter."

Evan terkekeh lagi. "Ya kan makanya Om ajak ke sini, biar kamu gak mikir terus. Nanti kamu tambah tua sebelum waktunya."

Valencia mendengus pelan. "Om yang ngomong, padahal tiap kali ketemu pasti ngomongin hal serius."

"Lain kali Om ajak makan jagung bakar aja deh," balas Evan. "Atau mancing sekalian."

"Jangan mancing, Om. Takut ikan-ikannya kabur gara-gara om cerewet."

Evan tertawa keras kali ini, sampai Valencia tanpa sadar ikut tersenyum lebih lebar.

Beberapa menit berlalu tanpa beban. Mereka hanya duduk di pasir, mendengarkan ombak dan menatap bintang. Suasana malam terasa ringan, seperti dua jiwa yang saling memahami meski berada di dunia berbeda.

Evan menatap Elina sekilas. “Kamu tahu, El, meski kamu udah kuat sekarang, jangan lupa jadi manusia juga. Jangan sampai rasa dendam bikin kamu kehilangan siapa dirimu sebenarnya.”

Valencia menatap laut tanpa menjawab, tapi matanya sedikit melembut.

“Aku gak akan lupa, Om,” ucapnya lirih. “Tapi aku juga gak akan berhenti sampai tahu siapa yang bunuh Ayah.”

Evan mengangguk perlahan. “Itu yang bikin Om bangga sama kamu.”

Mereka kembali terdiam, kali ini bukan karena dingin, tapi karena masing-masing menyadari: malam itu, di bawah cahaya bulan dan ombak yang lembut, dendam dan kasih sayang berjalan beriringan dalam hati mereka.

Evan baru saja hendak melanjutkan ceritanya ketika pandangannya tertuju pada Valencia.

“...El, kamu tahu—”

Kalimatnya terhenti begitu saja saat ia melihat gadis itu menguap lebar, lalu menggosok matanya yang mulai sayu.

Evan melirik jam tangannya. Jarum panjang sudah melewati angka satu dini hari. Tak heran kalau Valencia mulai tak bisa menahan kantuknya.

Ia tersenyum kecil. “Sudah malam sekali. Ayo, kita pulang.”

Valencia mengangguk pelan sambil berdiri, tubuhnya sedikit limbung. Langkahnya goyah saat berjalan di atas pasir yang lembap. Untung saja Evan cepat menahan bahunya.

“Om antar kamu pulang,” katanya lembut.

Valencia menggeleng lemah. “Gak usah Om… mobil om gimana?” suaranya serak karena mengantuk.

Evan mendengus pelan. “Mobil itu gak penting. Yang penting kamu sampai rumah. Gak ada bantahan.”

Nada suaranya tegas, tapi hangat. Valencia akhirnya hanya mengangguk pasrah.

Evan menuntunnya menuju mobil. Setelah memastikan gadis itu duduk dengan nyaman di kursi penumpang, ia menutup pintu perlahan dan duduk di belakang kemudi. Mesin mobil menyala pelan, suara derunya samar tertelan angin laut malam.

Sesekali Evan menoleh. Valencia sudah tertidur pulas, wajahnya terlihat tenang, bibirnya sedikit terbuka, dan rambutnya terurai menutupi sebagian wajah.

Evan menghela napas, senyum samar muncul di sudut bibirnya. “Kau selalu keras kepala, tapi tetap saja terlihat rapuh,” gumamnya.

Perjalanan menuju rusun berjalan sunyi. Lampu-lampu jalan memantulkan cahaya ke wajah Valencia, membuatnya terlihat semakin damai. Sesampainya di depan rusun, Evan turun dan bergegas ke sisi penumpang. Dengan hati-hati ia membuka pintu, lalu menggendong tubuh Valencia yang ringan.

Gadis itu bergumam tak jelas, tapi tidak terbangun.

Tangannya terkulai di bahu Evan, kepalanya bersandar di dada pria itu.

Evan melangkah pelan menapaki tangga rusun yang sepi, setiap langkahnya terasa berhati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Di depan pintu kamar Valencia, ia berhenti. Evan mengeluarkan kunci dari saku jaket Valencia dan membuka pintu perlahan. Kamar itu sederhana, masih sama seperti dulu ketika ayahnya, Erlangga, masih hidup. Hanya ada satu ranjang kecil, meja, dan foto usang di dinding.

Evan menatap sejenak foto itu sebelum menurunkan Valencia perlahan ke tempat tidur.

Ia membenarkan posisi tidur gadis itu, menarik selimut hingga menutupi bahunya.

Namun, saat hendak melepaskan tangannya dari genggaman Valencia, gadis itu tiba-tiba menariknya kembali dan memeluknya erat.

“Ayah… jangan pergi,” ucapnya lirih dalam tidur. “El rindu Ayah…”

Evan terdiam. Suara lembut itu menusuk hatinya dalam diam. Ia memejamkan mata sejenak, merasakan sesak yang sulit dijelaskan.

Tangan besar itu akhirnya membalas pelukan Velencia, menepuk punggungnya perlahan.

“Maaf, El…” bisiknya nyaris tak terdengar. “Kalau saja Om bisa gantikan posisi ayahmu…”

Ia tetap diam di sana, membiarkan waktu berjalan.

Hanya suara napas tenang Velencia dan detak jantung Evan yang terdengar di antara sunyi malam.

Sampai akhirnya, tanpa sadar, Evan pun ikut terlelap di samping gadis yang dulu hanya bisa ia lindungi dari jauh.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!