Menjadi seorang koki disebuah restoran ternama di kotanya, merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Ayra. Dia bisa dikenal banyak orang karena keahliannya dalam mengolah masakan.
Akan tetapi kesuksesan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang begitu menyedihkan. Ia selalu dimanfaatkan oleh suami dan mertuanya. Mereka menjadikan Ayra sebagai tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seorang pria kaya raya bernama Daniel yang terkenal dingin dan kejam. Ayra dipaksa menjadi koki pribadi Daniel dan harus memenuhi selera makan Daniel. Ia dituntut untuk membuat menu masakan yang dapat menggugah selera Daniel. Jika makanan itu tidak enak atau tidak disukai Daniel, maka Ayra akan mendapatkan hukuman.
Bagaimana kah kisah Ayra selanjutnya?
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu_ Melani_sunja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikejar suruhan Steven
Daniel duduk di taman, merasa sedikit jenuh karena menunggu kedatangan Bram yang terlalu lama.
Terlihat Merry datang membawakan minuman untuknya.
"Silahkan tuan! Tuan belum makan apapun sejak tadi, apa tuan ingin ku buatkan sesuatu?" Merry meletakkan minuman jenis jus di meja kecil yang ada dihadapan Daniel.
"Aku tidak mau apapun!" jawabnya tanpa menoleh menatap Merry.
"Kalau begitu saya permisi dulun, tuan!" Merry mundur perlahan, berniat ingin kembali ke dapur.
"Tunggu Merry!!"
Merry berhenti," Ada apa tuan?"
"Aku tak suka dengan kedua wanita itu, bawa dia pergi secepatnya! Aku tidak mau melihatnya sampai esok!"
Mata Merry membulat, sedikit terkejut tapi tak berani membantahnya.
"Baik tuan...!" Merry kembali ke dapur.
Tak lama, terlihat mobil Bram datang. Ia lekas turun dan menghampiri Daniel.
"Sudah kau antar?"
"Sudah tuan."
"Bram, gadis itu mengaku pernah melihat Rinda dan ayahku datang menemui Rayyan di rumahnya. Menurut mu apakah dia berbohong? karena jika kulihat, dia bicara yang sebenarnya."
Bram sedikit terkejut, lalu berpindah berdiri menjadi berada di depannya.
"Kalau begitu dia benar tuan, karena menurut mata mata yang ku kirim menjadi salah satu pengawal tuan Steven, Rayyan dan juga Safar beberapa hari lalu berada di sana, mereka dalam perlindungan tuan Steven. Artinya, kemungkinan besar, tuan Steven memang ada hubungannya dengan kasus kecelakaan nyonya Arum."
"Artinya Rinda memang masih hidup? Kenapa ayah melakukan itu?" Daniel terdiam, angan angannya mulai menelisik jauh ke masa lalu.
"Kalau begitu, nyawa Ayra sedang dalam bahaya," imbuh Bram.
Daniel mendongak menatap Bram sambil memicing," siapa nama gadis itu?"
"Ayra, tuan."
"Ayra..." Daniel menyebut namanya sambil mengulas senyum.
"Keluarga Rayyan sudah tidak ada di rumah itu lagi tuan, aku sudah memeriksanya. Mereka sengaja meninggalkan rumah tersebut."
"Lalu kamu turunkan dimana Ayra?"
"Dia minta turun di rumahnya, aku fikir dia tidak akan tahu apa-apa, makanya aku tidak memberitahu jika aku sudah mengetahui kalau rumahnya sudah kosong."
"Kita harus menyusulnya, aku yakin, ayahku pasti tidak akan tinggal diam! Apalagi Ayra merupakan saksi yang masih berkeliaran saat ini, gadis itu akan mendapatkan masalah."
"Baik tuan!"
Daniel bergegas mengambil jas nya, lalu dengan langkah terburu buru. Dia dan juga pengawalnya berjalan menuju mobil dan meninggalkan villa.
***
Di tempat lain, Ayra yang saat itu sedang menggoes sepeda menuju restoran, terpaksa harus berhenti di depan restoran saat melihat beberapa mobil hitam, terparkir di depan restoran tempat ia bekerja. Beberapa orang berpakaian serba hitam, dengan tubuh tinggi besar mengacak-acak restoran dan seisinya.
Ayra menoleh ke sana kemari, tak melihat adanya satpam yang biasa berjaga di restoran. Lalu ia berjalan mengendap-endap untuk mengintip dari restoran bagian samping.
Di sana, ia melihat bos dan teman temannya sedang diintrogasi dan dipaksa memberi tahu tentang keberadaannya.
Ayra terkejut mendengar namanya berulang kali disebut.
"Kenapa mereka mencariku? apa dia suruhannya tuan Daniel? Tapi untuk apa dia menangkap ku lagi?" batinnya.
Tak lama, seorang pengawal nampak menerima telepon, dia menyebut nama tuan Steven dalam panggilannya.
"Steven...? Siapa lagi dia?" ucap Ayra. Ia perlahan mundur untuk segera pergi dari sana. Namun sayangnya tangannya menyenggol pot bunga dan membuatnya jatuh ke lantai.
"PRAAANG"
"Aduuh...!" Ayra segera bersembunyi di toilet tak terpakai, sementara para pengawal Steven berlari untuk memeriksa.
"Tidak ada siapa siapa? Cari ke seluruh lokasi ini! pasti ada mata mata yang tengah mengintai kita!" seru pengawal tersebut.
Para pengawal lain sibuk mencari keberadaan Ayra yang belum diketahui, sementara Ayra diam bersembunyi dibalik pintu toilet yang tak terpakai.
Beruntung mereka tidak menemukan Ayra dan kembali masuk ke dalam restoran. Melihat ada kesempatan, Ayra keluar pelan pelan lalu berlari menuju sepedanya.
Naasnya, salah satu pengawal Steven mengetahui kepergian Ayra dengan sepedanya.
"Itu...!" teriaknya.
Semua orang mata memandang, lalu bergegas mengejar Ayra.
Ayra terus menggoes sepedanya sekuat tenaga menyusuri jalanan yang hampir gelap, ia tak memiliki tujuan khusus. Tujuannya saat itu, hanya ingin menghindari para pengawal yang mengejarnya.
Ayra menoleh kebelakang, melihat beberapa mobil tengah mengejarnya membuatnya panik dan semakin cepat menggoes sepedanya itu.
Di depan, ada gang kecil yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat. Ayra berinisiatif untuk berbelok ke sana. Tapi rupanya, para pengawal itu tak putus asa mengejar Ayra. Sebagian dari mereka turun lalu berlari mengejarnya.
"Waduuh, mereka masih ngejar!" seru Ayra ketika menoleh kebelakang.
"Bagaimana ini?" Ayra panik, gak tahu lagi mau kemana.
Reflek ia berbelok ke kanan menuju jalan raya.
Saat sudah berbelok dan hampir sampai di ujung, ia sangat terkejut melihat ada mobil yang berhenti dan menghalangi jalannya.
Ayra menekan rem sepedanya sekuat tenaga." Aaaaaaaa..."
""BRUAAAK"
Ayra terjungkal dan jatuh ke aspal jauh dari sepedanya.
"Ssshhhhh" Ayra meringis kesakitan, ia duduk dan memeriksa sikunya yang ternyata terluka.
Seseorang keluar dari mobil, lalu membopong tubuh Ayra masuk ke dalam mobil, tak peduli sekeras apa Ayra memberontak.
"Eh...! siapa kamu!" pekiknya.
"BRUUGH" Tubuh Ayra dijatuhkan kedalam mobil, menutup pintu dan mobil tersebut jalan dengan cepatnya.
Ayra membenarkan posisi duduknya, menoleh dan memperhatikan seorang pria yang duduk di sampingnya.
"Tuan...!" ucapnya, ketika tahu jika pria tersebut adalah Daniel.
Ayra mencibir, lalu kembali memeriksa lukanya. Sementara Daniel mengeluarkan kotak P3K lalu menarik lengan Ayra sedikit keras.
"Auuu..."
"Diam! Mau aku obati tidak?" ujar Daniel.
"Gak perlu! Aku tidak yakin tuan bisa mengobati ku. Sini...! Biar aku obati sendiri!" Tolak Ayra.
Daniel menatapnya tanpa menanggapi, ia menyodorkan kotak P3K tersebut pada Ayra. Sedangkan Ayra menarik kotak tersebut dengan kasar.
"Kenapa juga harus berhenti di tengah jalan seperti itu! Kan aku jadi jatuh!" Gerutunya.
Daniel tetap menatap jalanan, sementara Bram tersenyum kecil melihat mereka berdua dari kaca spion.
"Auuu..." Ayra kembali mengaduh saat lukanya tak sengaja tersenggol tangannya yang lain.
Daniel merebut kotak P3K yang dipegang Ayra kembali, ia duduk menghadap Ayra, meraih tangan Ayra dan mengobatinya.
Ayra hanya diam, ketika luka yang ada di sikunya perlahan dibersihkan dan diberi obat.
"Jidat mu juga terluka!" kata Daniel.
Ayra meraba bagian jidatnya yang ternyata terluka, ia mendesis karena merasa sedikit perih.
Daniel membersihkan lukanya, lalu menempelkan plaster. Disela-sela itu, Ayra memberanikan diri untuk menatap Daniel yang masih fokus mengobatinya.
"Tampan juga..." batinnya sambil tersenyum. Tapi tak disangka, saat Ayra menatapnya, Daniel juga beralih menatapnya. Sehingga tatapan mereka saling beradu, dan mereka terdiam untuk sesaat.
Tak mau kebablasan, Ayra segera menoleh menatap objek lain.
"Mana lagi yang sakit?!" tanya Daniel.
"Semua badanku sakit! Tapi tak apalah, yang penting aku selamat dari kejaran orang orang itu!" katanya.
"Kamu tahu siapa mereka Ayra?" tanya Bram menatapnya sekilas dari kaca spion.
"Tidak, tapi aku sempat dengar, orang yang menyuruh mereka untuk menangkap ku bernama Steven. Sungguh malang nasibku ini, keluar dari sarang buaya, tapi dikejar oleh kawanan harimau!" jawabnya, melirik Daniel sekilas.
Daniel menatapnya tajam, sementara Ayra tersenyum sambil mengacungkan dua jari peace.