Sagara begitu terluka dan sakit hati saat gadis yang baru saja dinikahinya beberapa jam lalu yang bernama Thania memintanya untuk menalaknya.Iya, Thania gadis yang dia cintai secara diam- diam sejak lama dan berhasil dia nikahi dengan cara dijodohkan oleh orang tua mereka, ternyata tidak mencintai Sagara. Dengan berdalih ingin melanjutkan kuliah, tepat di malam pertama Thania meminta Sagara untuk menceraikannya.
Apakah Sagara akan rela melepaskan Thania, gadis yang begitu dia cintai dan merupakan cinta pertamanya...? Yuk baca cerita selengkapnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Disalahkan
Ketika Shaina sedang menunggu di depan lift tiba- tiba tamu perusahaan datang menghampiri tuan Daniel yang masih berdiri di depan meja resepsionis di lobby utama.
"Apa kabar tuan Daniel Wardhana...?'' tanya tamu tersebut.
Mendengar apa yang dikatakan oleh tamu itu, Shaina pun kaget dan langsung menoleh ke arah di mana tuan Daniel dan tamu itu berdiri.
"Hah... Tuan Daniel Wardhana...? Ja..jadi pak tua itu...? Hah...?'' Shaina menutup mulutnya.
"Ya ampun jadi... Pak tua itu tuan Daniel, pemilik perusahaan ini...? Papanya tuan Sagara..? Oh astaga..." ucap Shaina.
"Ke...kenapa...oh ya ampun Shaina... Apa yang kamu lakukan...? Arrrkkhh...kamu benar- benar bodoh....!!'' sambung Shaina.
"Tring..."
Pintu lift terbuka dan Shaina segera masuk ke dalam lift dengan perasaan tidak menentu. Iya, tentu saja Shaina merasa bodoh sekali tidak tahu bahwa orang yang dia panggil pak tua itu ternyata orang yang punya perusahaan ini.
"Tring..."
Pintu lift kembali terbuka. Shaina lalu keluar. Namun tiba- tiba ponselnya berdering. Shaina segera mengambil ponselnya di saku celana. Dan terlihat di sana sang ayah yang menelponnya.
"Ayah... Ada apa ayah telpon siang- siang..." ucap Shaina.
Shaina lalu mencari tempat yang aman untuk menerima telpon. Yaitu di lorong yang menghubungkan arah ke ruang divisi keuangan ke toilet.
"Hallo assalamualaikum ayah..." ucap Shaina.
"Nak kamu lagi di kantor ya...? "tanya pak Wahyu di ujung telpon.
"Iya Yah...ada apa...?'' sahut Shaina.
"Begini nak... Ayah...ayah sedang butuh uang. Apa kamu bisa mengirimi ayah uang sekarang nak...?'' tanya pak Wahyu.
"Tapi Shaina belum gajian Yah... Masih lima hari lagi. Tanpa ayah minta juga nanti Shaina kirimkan uangnya ke ayah buat bayar hutang kan yah..." jawab Shaina.
"Iya nak ayah tahu, tapi tadi ada yang nagih hutang datang ke rumah, ayah tidak ada uang sama sekali..." sahut Pak Wahyu.
"Ya kan ayah bisa bilang , tunggu sampai Shaina kirim ayah uang nanti pas gajian..." ucap Shaina.
"Sudah nak... Tapi mereka marah- marah sama ayah..." sahut pak Wahyu sambil terisak.
"Ya ampun... Kalau nggak, ayah pinjam saja dulu sama pakde Ahmad..." ucap Shaina tak bisa membendung tangisnya karena sedih membayangkan sang ayah dimarahi penagih hutang.
"Pakde mu juga tidak punya uang nak..." jawab pak Wahyu.
"Ya ampun ayah... Sekarang ayah tahu kan seperti apa pusingnya kalau kita berurusan dengan rentenir...? Kalau saja ayah tidak gegabah dan berpikir sebelum bertindak, kita nggak akan susah seperti ini kan Yah... Buat mengkuliahkan Shaina sampai sarjana dari hasil hutang , kalau pada akhirnya Shaina juga yang harus membayar hutang ratusan juta dan ayah juga diteror terus sama rentenir...hik..hik..." Shaina menangis.
"Maafkan ayah nak...maafkan ayah... Ayah sudah menyusahkanmu..." ucap pak Wahyu merasa bersalah.
"Ya sudah Yah... Nanti ayah coba jelaskan pada mereka untuk sabar sampai Shaina gajian..." sahut Shaina.
"Iya nak...iya... Ayah minta maaf ya nak... Ayah sudah merepotkanmu..." jawab pak wahyu.
Sambungan telpon pun berakhir. Shaina segera menghapus air matanya. Namun Shaina tidak menyadari bahwa ada seseorang yang mendengar semua obrolannya dengan sang ayah. Dan orang tersebut segera pergi sambil menyeringai.
Shaina lalu berjalan menuju ruang kerjanya. Namun sebelum dia sampai di ruang kerjanya, dia bertemu dengan sekertaris Jo yang hendak pergi ke lift.
"Shaina... Dari mana saja kamu...?'' tanya sekertaris Jo.
"Kenapa kamu tadi lari...?'' sambung sekertaris Jo.
"Sa..saya..."
"Ini masih jam kerja kan, seharusnya kamu ada di ruang kerjamu..." ucap sekertaris Jo.
"Iya saya tahu..." jawab Shaina.
"Kalau kamu tahu kenapa kamu terus- terusan berkeliaran di luar ruang kerjamu...?'' tanya sekertaris Jo.
"Kembali ke ruang kerjamu..." ucap sekertaris Jo.
"Baik sekertaris Jo..." jawab Shaina.
"Oya... Nanti sepulang kerja kamu diminta ke ruang kerja tuan..." sambung sekertaris Jo.
"Untuk apa ...?'' tanya Shaina.
"Saya tidak tahu..." jawab sekertaris Jo dengan nada dingin.
"Apa dia mau menghukum saya...?'' tanya Shaina.
"Kalau kamu mau tahu apa maksud tuan memanggilmu, kamu tanyakan langsung saja pada tuan..." jawab sekertaris Jo dengan ketus dan segera berlalu dari hadapan Shaina.
"Iiih... Kenapa sih sekertaris Jo jutek begitu...? Apa dia ketularan tuan Sagara...! Ya ampun... Ada apa dengan hari ini...! Kenapa semua orang membuatku kesal...! Hik..hik..." Shaina kembali menangis sambil menyandarkan tubuhnya pada tembok.
Setelah puas menangis Shaina lalu pergi ke toilet untuk mencuci mukanya. Setelah itu dia kembali ke ruang kerjanya.
"Hei Sha... Dari mana saja kamu....? Gara- gara kamu, kerjaanku jadi numpuk...!" ucap Alvian terlihat kesal.
"Iya nih... Kamu keluyuran ke mana saja sih...! Harusnya kan selesai rapat kamu langsung kembali ke sini. Nona Thania saja sudah kembali satu jam yang lalu, kenapa kamu baru datang...? Jangan karena kamu dipercaya sama tuan Sagara, trus kamu jadi seenaknya begitu meninggalkan pekerjaan kamu ya..." sahut Arsil.
Sedangkan Thania yang duduk di samping Shaina hanya melirik sekilas ke arah Shaina, kemudian dia menghela nafas. Iya, Thania sebenarnya masih kesal pada Shaina, namun dia tidak ingin terlalu memperlihatkan kekesalahannya itu karena di ruangan ini ada orang lain selain mereka berdua.
"Sha.... Kamu nggak papa...?'' tanya Bimo yang merasa aneh dengan sikap Shaina yang diam terus sejak masuk ke ruang kerja.
Iya, biasanya Shaina selalu menjawab apapun yang dikatakan oleh Alvian dan Arsil.
"Kamu sakit Sha...?'' Bimo mendekat ke arah Shaina.
Shaina pun hanya menggeleng pelan.
"Mau aku bikinin kopi ...?'' tanya Bimo.
"Nggak usah..." jawab Shaina yang mulai sibuk dengan pekerjaannya.
Alvian dan Arsil pun saling pandang heran dengan sikap tak biasa Shaina. Sedangkan Thania hanya sesekali melirik ke arah Shaina.
Jam pulang kerja masih satu jam lagi, Shaina lalu pergi ke ruang kerja Fandi untuk memberikan berkas yang dia minta. Sedangkan pekerjaan Shaina sudah dikirim melalui email.
Dan di dalam ruang kerja Fandi, Shaina ditegur olehnya karena pekerjaan Shaina banyak kesalahan yang harus direvisi.
"Kamu gimana sih Sha... Yang fokus dong kerjanya. Masa kerjaan gampang begini kok banyak yang salah... Untung belum saya kirim ke email tuan Sagara, kalau tidak ...hah, pasti saya yang kena marah tuan Sagara..." Fandi nampak kesal.
"Maaf pak, biar nanti saya perbaiki lagi..." ucap Shaina.
"Kamu ini buang- buang waktu saja Shaina... Cepat perbaiki, karena tuan Sagara sudah menunggunya...." sahut Fandi.
"Baik pak..." jawab Shaina.
"Mana berkas yang saya minta tadi...?" tanya Fandi.
"Ini pak.." jawab Shaina.
"Bukan yang ini... Berkas yang untuk besok meeting..." sahut Fandi.
"Kalau yang itu belum siap pak... Nanti akan saya kerjakan..." jawab Shaina.
"Kamu ini gimana sih...? Tuan Sagara sudah meminta berkas itu dari tadi lho. Ngapain aja kamu dari tadi...! Hah...!" Fandi marah.
"Dari tadi juga kamu tidak ada di meja kerjamu...? Ke mana...? Kenapa waktu kembali dari tempat meeting kamu tidak langsung ke meja kerjamu...? Keluyuran ke mana kamu...?'' tanya Fandi.
"Sa...saya..."
Fandi menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Sha...jadi kamu mulai besar kepala ya, gara- gara kamu dipercaya oleh tuan Sagara dan kamu dekat sama dia. Trus kamu bisa kerja senaknya ...? Eh Sha... Kamu ini cuma pegawai, kalau pun kamu dipercaya sama tuan, kamu jangan kegeeran begitu dong. Kamu pikir tuan Sagara punya perasaan lebih sama kamu...? Sehingga kamu bisa berbuat sesuka hati kamu...? Hah...?''' ucap Fandi.
"Sa...saya tidak berpikir seperti itu..."
"Ingat Sha... Tuan Sagara itu suaminya nona Thania. Jangan berani macam- macam kamu. Mau cari mati kamu hah...!''
"Kamu tahu tidak, sepanjang perjalanan kembali dari tempat meeting, nona Thania menangis karena tidak tahan melihat kedekatan kamu dengan tuan Saga..." sambung Fandi tidak memberi kesempatan pada Shaina untuk bicara.
"Memangnya apa yang saya lakukan pada tuan Sagara,pak, saya tidak melakukan apapun..." sahut Shaina.
"Kamu pikir saya tidak tahu... Kamu pernah berduaan dengan tuan Sagara di dalam lift. Dan kamu pernah diantar oleh tuan sampai ke tempat kost kamu...."ucap Fandi.
Tentu saja Shaina kaget karena Fandi bisa tahu akan hal itu.
"Tapi pak... Itu sebenarnya....
"Ah sudahlah... Cepat kamu kerjakan pekerjaan kamu..." sahut Fandi lagi- lagi tidak mau mendengarkan apa kata Shaina.
Shaina lalu keluar dari ruang kerja Fandi kemudian melanjutkan pekerjaannya. Namun Shaina nampak tidak fokus. Ucapan Fandi yang mengatakan bahwa dia tahu kalau Shaina pernah diantar oleh tuan Sagara ke tempat kost kembali terngiang di telinganya.
Shaina menoleh ke arah Thania dan kebetulan Thania pun sedang menoleh ke arahnya. Namun Thania langsung mengalihkan pandangannya ke bali ke layar komputer.
Iya, Shaina bisa melihat dengan jelas di wajah Thania kalau dia sedang kesal padanya. Shaina pun menghela nafas lalu dia kembali fokus pada pekerjaannya.
Pukul lima sore, para pegawai bersiap untuk pulang. Fandi pun keluar dari ruang kerjanya.
"Sha... Gimana, sudah selesai...?" tanya Fandi sambil berdiri di depan meja kerja Shaina.
"Sebentar lagi pak..." jawab Shaina.
Fandi menghela nafas.
"Lama sekali...ya sudah, nanti kamu antar berkasnya ke ruang kerja tuan Sagara..." ucap Fandi.
"Iya pak..." jawab Shaina.
Mendengar hal itu Thania yang masih duduk di meja kerjanya langsung menoleh ke arah Shaina. Thania menatap wajah Shaina dari samping masih dengan tatapan kesal. Namun Shaina tidak menyadari hal itu karena di lebih fokus ke layar komputernya.
Fandi, Alvian dan Arsil keluar dari ruang divisi keuangan. Kemudian Bimo menyusul. Namun dia pamit dulu pada Shaina.
"Sha... Aku duluan ya..." ucap Bimo.
"Eh tunggu...Bim..." Shaina mencegah Bimo pergi.
"Ada apa...?" tanya Bimo.
Shaina lalu berdiri kemudian dia berbisik di telinga Bimo.
"Pinjam duitnya seratus ..." bisik Shaina karena dia tidak ingin Thania mendengarnya.
"Hah...? Buat apaan...?'' tanya Bimo sambil berbisik pula.
"Udah, pinjam dulu besok aku kembalikan..." bisik Shaina lagi.
"Iya..iya..." jawab Bimo lalu mengeluarkan dompetnya kemudian mengambil satu lembar uang seratus ribu kemudian memberikannya kepada Shaina.
"Makasih ya...Bimo sayang..." ucap Shaina sambil mencubit pelan pipi Bimo.
Iya, Shaina memang sudah menganggap Bimo seperti adiknya sendiri.
"Ish...kau ini memangnya aku ini anak kecil apa..." sahut Bimo.
Shaina terkekeh. Kemudian Bimo segera pergi dari ruangan divisi keuangan. Shaina lalu kembali ke meja kerjanya, namun dia tertegun karena melihat Thania yang sedang menatap dingin ke arahnya.
"No...nona..." ucap Shaina.
Shaina menghampiri meja kerja Thania.
"Ehm...nona...a..aku..." sambung Shaina.
Thania lalu bangun dari duduknya dan berdiri berhadapan dengan Shaina. Mereka saling tatap satu sama lain. Thania menatap wajah Shaina dengan tatapan tidak suka hingga membuat Shaina merasa canggung.
"Shaina... Apa kamu tidak sadar di mana posisi kamu...?" tanya Thania.
"Ma...maksud nona apa...?'' sahut Shaina.
"Kamu tahu kan, aku ini siapa...? Aku istri bosmu, tuan Sagara.. Jadi aku mohon sama kamu untuk menjaga sikap di depan suamiku...! Kamu mengerti...! '' sahut Thania.
"No..nona...to..tolong jangan salah paham... A..aku tidak pernah....
"Cukup...! Aku tidak ingin mendengar apapun dari kamu...!" seru Thania lalu dia segera mengambil tasnya di atas meja dan segera pergi dari ruang divisi keuangan.
"Nona...nona tunggu nona... Nona salah paham..." Shaina mencoba mengejar Thania dan meraih tangannya. Namun Thania langsung menghempaskan tangan Shaina. Kemudian dia bergegas masuk ke lift khusus CEO dan para petinggi perusahaan.
"Oh ya ampun... Kenapa jadi begini...? Kenapa semua orang menyalahkanku...? Memangnya apa salahku...?'' ucap Shaina sambil memijit keningnya.
Iya, hari ini Shaina merasa lelah sekali. Bukan lelah fisik, melainkan lelah hati dan pikiran. Dari pertama dia bertemu dengan nyonya David yang dia yakini sebagai ibu kandungnya namun tidak mengenalinya. Ditambah lagi dia dipojokkan oleh Fandi dan Thania yang menganggapnya tidak tahu diri akan posisinya yang hanya sebagai pegawai biasa di perusahaan ini tapi menurut mereka Shaina kepedean dan dianggap sengaja mendekati Sagara.
Shaina juga kesal pada pak tua yang ternyata dia adalah pemilik perusahaan Putra Mandala Sentosa. Shaina merasa dibohongi olehnya. Shaina merasa bodoh karena dia menganggap pak tua adalah orang tua biasa. Bahkan tidak ada yang memberitahunya kalau dia adalah orang nomor satu di perusahaan tempat dia bekerja selama ini.
Shaina menghela nafas lalu menghembuskannya dengan kasar. Tak lama kemudian Shaina kembali ke ruang kerja. Namun baru sampai di pintu ruang divisi keuangan Shaina berpapasan dengan sekertaris Jo. Sekertaris Jo menatap wajah Shina beberapa saat. Entah apa yang ada dalam pikiran sekertaris Jo, yang jelas, tadi sekertaris Jo melihat dan mendengar apa yang Thania katakan kepada Shaina.
"Kamu ditunggu tuan di ruang kerjanya...'' ucap sekertaris Jo.
Shaina kembali menghela nafas. Iya Shaina begitu kesal. Padahal setiap kali Shaina melakukan kesalahan dia selalu dihukum oleh Sagara. Tapi dengan seenaknya Fandi dan Thania menuduhnya yang bukan- bukan dan menganggapnya dia sengaja mendekati Sagara.
"Iya nanti saya ke sana... Oya sekertaris Jo, tas saya mana...?" tanya Shaina.
"Ada di ruang kerja tuan..." jawab sekertaris Jo.
"Oh ya ampun..." sahut Shaina kembali memijit keningnya.
"Sudah sana kamu temui tuan, sekalian kamu bawa berkas persiapan meeting besok..." ucap sekertaris Jo.
"Baik..." jawab Shaina.
Bersambung....
kira" pak thamrin bakalan jujur apa tidak yah, uangnya sudah diberikan ke fandi. jadi biar jelas arah uangnya kemana... karena berita beredar kalau pak thamrin suka berhutang ke semua orng yg ada dikantor ataupun korupsi... eh si fandi malah ngamuk shaina bertanya tentang uang itu, jadi penasaran apa motifnya fandi menghamburkan uang kelebihan gaji shaina....
ta ttp aja jadi gosip orang ga ada yg tau kalau kamu mudah berpisah hemmmmm memang 1/2 ons susah ga mau upgrade 😂😂
ini juga tuan saga aja yg masih stuck di 1/2 ons 🤦🤦🤦
Dih dulu nolak Sekarang cemburu Thania...Thania..
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
eh, sekarang dia yg cemburu sagara dekat dengan shania .. tapi kalau memang sagara mulai ada rasa dengan shania, segeralah urus perceraian resmimu dengan thania biar dia nyesek telah menolak dirimu.