Menikah dengan pria yang dicintai merupakan impian setiap wanita. Begitu pun dengan ku,bisa menikahi pria yang tak hanya kucinta,tetapi juga rupawan dan tentu baik hatinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ku. Ditambah mertua dan ipar dan keluarga suami begitu menyayangi ku.Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Hal itu berawal di saat aku memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang gak sengaja aku temukan di pabrik tempat aku bekerja. Suami,mertua,ipar dan semua keluarga nya menentang,yang katanya asal usul bayi itu tidak jelas.
"Kamu itu gimana sih,kok bisa-bisanya adopsi bayi itu tanpa persetujuan kami ? Gimana kalau bayi itu hasil dari hubungan gelap ? Asal usul nya gak jelas,bisa saja kan bayi itu hasil hubungan gelap,karena tak diinginkan makanya dibuang ,lah kamu malah pungut tuh bayi haram !" Ujar ibu mertuaku dengan kesal.
Sebagian cerita ini aku ambil dari kisah nyata dari beberapa narasumber di sekitar ku juga sebagian ada kisah ku juga.Jangan lupa like dan komen ya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Aku sudah mau menjalankan motor ketika seseorang datang. Aku kira dia datang padaku untuk mengantarkan makanan lagi untuk Arvan,karena dia membawa tentengan ditangan nya. Tapi ternyata dia terus jalan ke arah rumah mertua ku setelah sebelumnya dia tersenyum pada ku.
"Itu kan ...." Aku terkesiap saat mengingat wajah nya. Ya, wanita itu adalah wanita yang sama yang aku lihat di kafe bersama Mas Danu. Pantas saja kemarin aku merasa tak asing dengan wajah nya ketika ikut mengantarkan makanan bersama kader lain.
"Mau apa,dia ?" Gumam ku.
Motor yang sudah siap melaju ku matikan kembali mesin nya, hingga Arvan yang sudah duduk manis di kursi khusus menoleh dan mendongak ke arah ku. Mungkin bocah itu bingung dan ingin bertanya mengapa aku mematikan mesin motor.
"Sebentar ya sayang" Ucap ku pelan
"Assalamualaikum...." Ucap nya berdiri di ujung teras
"Waalaikumsalam...."Suara ibu mertua terdengar dari dalam
"Eeehhh....ada nak Santi. Pagi-pagi udah datang,aduh bawa apa itu ? Buat ibu ?" Tanya ibu mertua begitu beramah tamah pada kader baru itu.
"Iya,Bu. Tadi aku masak kebanyakan,sayang kalau gak kemakan " Ucap wanita itu
"Aduh,rajin banget pagi-pagi masak mana dianterin ke sini pula,jadi ngerepotin" Ucap ibu mertua sambil menerima masakan nya.
"Gak repot kok Bu,saya justru senang bisa ngasih ke ibu,tapi maaf kalau rasanya kurang enak "
"Wah pasti enak lah... beruntung banget nanti yang jadi suami nak Santi,udah cantik,jadi kader posyandu,rajin masak pula " Puji ibu mertua.
Ketika itu bapak mertua yang sudah siap dengan peralatan mancing nya juga keluar dan menyapa Sinta dengan tak kalah ramah. Melihat sikap mereka membuat ku yakin jika mereka mengetahui hubungan Mas Danu dengan wanita itu.
Kuhela nafas panjang untuk meredakan emosi di hati,melihat sikap ibu mertua dan bapak mertua yang seakan sengaja ingin memanasi ku. Apalagi jelas banget mata ibu mertua terus melirik ke arah ku. Meski hatiku sakit tapi tak ingin kembali larut dalam kesakitan ini. Aku lantas kembali menstater motor ku,dan melajukan nya pergi dari rumah. Tak perduli ketika bapak mertua memanggil ku untuk ikut nebeng sampai tempat pemancingan.
Perlahan pandangan ku pun mulai kabur,rupanya air mata ini tak mampu menahan rasa sakit di hati. Nyatanya sekuat apapun aku menahan nya tetap saja apa yang terjadi barusan melukai hati ku.
"Ma...ma...uh...uh...nyenye !" Arvan menunjuk antusias ketika motor ku sudah sampai di depan rumah ibu . Ibu yang tengah menyapu halaman warung menghentikan kegiatan nya dan menatap kami dengan senyum hangat nya.Di depan warung nampak Mas Bayu yang ngekos di kamar ku tengah duduk sambil ngopi di warung.
"Assalamualaikum...."
"Waalaikumsalam. Pagi-pagi banget,ada apa ?" Tanya ibu saat aku mencium punggung tangannya
"Gak ada apa-apa Bu, cuman pengen main saja. Kasian Arvan bosan di rumah terus" jawab ku menggunakan Arvan sebagai alasan.
Arvan berjalan ke arah warung,ku biarkan saja sambil terus ku pantau pergerakan nya. Terlihat Arvan naik ke kursi kayu panjang lalu berdiri menghadap meja dan meraih pisang goreng.
"Arvan ! Hati-hati nak !" Teriak ku reflek berlari menghampirinya
"Gak apa-apa mbak,biar saya yang jagain" Ucap Mas Bayu terlihat memegangi tubuh Arvan
"Ya ampun ,Mas maaf jadi ngerepotin" Ucap ku tak enak
"Gak repot kok,justru saya senang bisa ketemu lagi sama Arvan " Ucap Mas Bayu sambil tersenyum.
"Mila,..kamu udah sarapan belum?" Tanya ibu membuat pandangan ku teralihkan.
"Iya Bu,belum. Tadi baru nyuapin Arvan saja " Jawab ku,meski aku sering iseng ikut makan barang satu atau dua suap saat menyuapi Arvan,tetap saja perut belum kenyang dan masih terasa lapar.
"Ya sudah, mending mbak nya makan dulu, Arvan biar sama saya dulu" Aku menoleh kembali ke arah Mas Bayu
"Tapi,apa gak ngerepotin? memang nya Mas Bayu gak kerja ?" Tanya ku ragu
"Hmm... sebenarnya saya pengangguran,hehe ..kemarin kerja tapi gak betah " Jawaban nya membuat kening ini berkerut.
"Ada-ada saja, dimana-mana gak ada kerja yang enak,kalau mau betah ya tinggal di rumah saja" Batin ku
"Ya udah deh,saya titip Arvan sebentar ya," Ucap ku sambil meringis senyum. Seumur Arvan, baru kali ini aku menitipkan nya,selama ini aku melakukan apa-apa sendirian sambil digelendoti Arvan.
Namun saat aku membalik badan hendak pergi ke rumah ibu,tubuh ku mematung saat mendengar suara Arvan ketika memangil Mas Bayu.
"Papa..."
Aku lantas kembali berbalik menatap Arvan yang tengah menatap Mas Bayu dengan mata berbinar.
"Pa...pa..." Air mataku menetes dengan deras, perasaan ku campur aduk ,antara syukur, sedih,dan tak enak hati pada Mas Bayu. Aku bersyukur karena Arvan kembali bisa menyebut kan satu kata lain,tapi sedih karena kata itu bukan ditujukan pada Mas Danu tetapi pada orang lain yang baru dikenal.
"Ya ampun sayang,ini bukan papa nak...Mas Bayu maaf ya " ucap ku lirih
"Gak apa-apa mbak. Justru saya senang saya jadi merasa kalau Arvan itu anak saya"Ucap Mas Bayu bikin aku jadi makin tak enak hati.
"Gak apa lah,Mil. Lihat tuh Arvan seperti nya senang banget. Udah jangan rusak kebahagiaan nya. Kasihan Arvan,mungkin selama ini dia tidak pernah merasakan kasih sayang ayah nya, makanya Arvan begitu sulit menyebutkan kata papa ,tapi lihat wajah nya begitu cerah, mungkin dia merasa nyaman dengan nak Bayu" Ujar ibu
"Maaf ,ini maksudnya apa ya ? Kenapa Arvan sampai bisa kekurangan kasih sayang ayah nya,ayah nya ada kan, maksud saya kalian tidak bercerai?" Tanya Mas Bayu,aku tak lantas menjawab. Bingung juga mau jawab apa.
"Maaf jika pertanyaan saya menyinggung perasaannya mbak Mila " Ucap Mas Bayu yang sepertinya merasa tak enak padaku.
"Hem,gak apa-apa kok. Hanya saja saya bingung jelasinnya. Lagipula gak enak jika harus menceritakan masalah rumah tangga" Ucap ku agar Mas Bayu tak akan lagi mempertanyakan nya.
"Iya,..iya. Saya ngerti" Mas Bayu nampak menanggapi nya dengan anggukan
"Ma...ma...." Aku mengalihkan pandangan ku pada Arvan.
"Iya sayang ..."
"Pa....pa..." Tunjuk nya pada Mas Bayu
"Sayang,...itu om Bayu , bukan papa nak..." Meski ibu mengatakan biarkan saja tetapi aku tak bisa,rasanya sangat aneh dan tak enak hati pada Mas Bayu meski tadi dia juga mengatakan tidak apa-apa.
"Udah mbak ,gak apa-apa" Ucap Mas Bayu lagi
Aku pun hanya bisa menghela nafas berat,dan akhirnya mengiyakan saja.
Pagi menjelang siang ,ponsel ku berdering. Ada panggilan masuk dari Sasa.
"Iya ,Sa assalamu'alaikum " Ucap ku begitu mengangkat telponnya
"Waalaikumsalam " Balas Sasa
"Kenapa ?" tanya ku
"Aku cuman mau ngasih tahu,kalau hari ini ada meeting bareng Bu Risma"
"Bu Risma ? Kan biasanya juga suka kamu wakili ,kamu wakili saja ya. Aku lagi males keluar " Ucap ku beralasan
"Aduh gak bisa,Mil. Kata Bu Risma beliau ingin ketemu langsung sama owner nya" Kata Sasa. Memang selama ini selalu Sasa yang mewakili ku jika ada meeting-meeting penting. Dan kalau tak salah Bu Risma ini adalah partner kerja kami, beliau yang selalu memasok ikan dan sayuran organik. Dulu saat kami pertama kali bekerja sama juga Sasa yang jadi perantara nya. Aku mempercayakan nya pada Sasa.
"Ya udah ,aku berangkat sekarang saja. Kebetulan aku sedang ada di rumah ibu " Ucap ku yang langsung di iya kan oleh Sasa.
Setelah panggilan berakhir,aku menghampiri ibu di warung. Beberapa pembeli mulai berdatangan,hingga Mas Bayu membawa Arvan berpindah ke teras. Dan mereka bermain di sana. Ya Allah ,melihat pemandangan itu aku jadi membayangkan jika itu adalah Mas Danu yang tengah bermain bersama. Ku gelengkan kepala ku sebelum pikiranku ini membawaku pada sebuah angan yang tidak mungkin terjadi.
"Bu,aku harus ke kafe. Aku titip Arvan sebentar ya Bu " Ucap ku tak enak hati.
Ya Allah , maafkan aku. Sudah tahu ibu tengah kerepotan di warung tapi masih saja aku bikin repot dengan menitipkan putra ku. Apalagi ayah sudah beranjak ke kebun pisang karena katanya sudah ada beberapa pohon yang buah nya mulai matang dan sebagian dimakan kelelawar.
"Biar Arvan sama aku saja,mbak. Hari ini aku gak kemana-mana kok,daripada bengong mending main sama Arvan. Iya kak sayang " Ucap Mas Bayu sambil menatap Arvan.
Entah mengerti atau apa,anak itu malah mengangguk sambil tersenyum.
"Ya udah ,kalau gitu mama pergi dulu. Kamu baik-baik sama om ya,jangan repotin om" Ucap ku sambil mengusap kepala Arvan
"Pa...pa..." Ucap Arvan
Huuufftthhh....
Aku hanya menghela nafas panjang sambil meringis senyum.
"Maaf ya mas " Ucap ku lirih
"Iya ,gak apa-apa,kan sudah dibilang tadi. Yang penting Arvan happy ,mau dia panggil aku papa ,om ,atau kakek sekalipun ya gak masalah "
Aku terkekeh kecil mendengar ucapannya. Setelah itu aku pun pergi. Saat di jalan aku mengerutkan kening ketika berpapasan dengan seseorang yang mirip Mas Danu. Ku hentikan motor ku lalu aku menoleh ke belakang. Benar ,itu motor Mas Danu. Aku hafal betul pelat nomor nya.
"Darimana dia ?"
Bersambung....