Baron sudah muak dan mual menjadi asisten ayah kandungnya sendiri yang seorang psikopat. Baron berhasil menjatuhkan ayahnya di sebuah tebing dan berhasil melarikan diri. Di tengah jalan Baron tertabrak mobil dan bangun di rumah baru yang bersih dan wangi. Baron mendapatkan nama keluarga baru. Dari Baron Lewis menjadi Baron Smith. Sepuluh tahun kemudian, Baron yang sudah menjadi mahasiswa hukum kembali dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yg dulu sering dilakukan oleh ayah kandungnya. Membunuh gadis-gadis berzodiak Cancer. Benarkah pelaku pembunuhan berantai itu adalah ayah kandungnya Baron? Sementara itu Jenar Ayu tengah kalang kabut mencari pembunuh putrinya yang bernama Kalia dan putri Jenar Ayu yang satunya lagi yang bernama Kama, nekat bertindak sendiri mencari siapa pembunuh saudari kembarnya. Lalu apa yang terjadi kala Baron dipertemukan dengan si kembar cantik itu, Kama dan Kalia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penglihatan
Baron menautkan kedua alisnya saat dia melihat ke belakang dan berhasil melempar botol yang dilempar ke belakang kepalanya Kama hanya dengan menggerakkan bola matanya. Kama menoleh kaget saat botol itu membentur meja bar dan pecah berantakan di bawah meja bar.
Kama memutar cepat kepalanya ke Baron dan saat dua bola mata hitamnya bertabrakan dengan dua bola mata cokelatnya Baron, Baron berkata lirih, "Aku juga punya rahasia. Aku......."
"Telekinesis" Desis Kama.
Baron mengangguk sambil berkata, "Iya" Lalu, pemuda tampan itu menatap Kama intens, "Kamu takut?"
"Kalau kamu? Kamu takut sama aku?" Kama balik bertanya sambil menoleh ke pecahan botol tadi yang kini sudah dikerumuni beberapa pengunjung klub malam yang berada di sekitar meja bar.
Baron menatap Kama tak berkedip dan membatin, dia bukan hanya cantik. Dia cerdas, pemberani, dan juga tangguh. Aku rasa aku hanya mengagumi kecantikannya Kalia waktu itu dan aku justru benar-benar detik ini juga aku disadarkan bahwa yang aku cintai itu the real Kama.
Saat semua mata pengunjung klub malam masih tertuju ke pecahan botol yang sudah mulai dibersihkan, Baron menarik tangan Kama dan langsung mengajak Kama berlari ke pintu keluar. Kama ingin menyemburkan protes, tetapi protesnya sontak tertelan kembali di tenggorokannya bersamaan dengan ucapannya Baron, "Ada pisau mengarah ke kamu"
Kama sontak menoleh ke belakang dan dia melihat ada pisau tertancap di bangku yang tadi dia duduki. Kama bergidik ngeri membayangkan pisau itu bisa saja tertancap di pelipisnya kalau Baron tidak menariknya.
Kama mengedarkan pandangannya dan menghela napas lega karena tidak ada satu orang pun yang melihat pisau itu.
Syukulah tidak ada yang lihat pisau itu. kalau ada yang lihat pisau itu, pasti aku dan Baron sudah ditahan dan ditanyai macam-macam sama security dan untungnya pisau itu tidak melukaiku. Batin Kama.
Kama mengarahkan pandangannya dengan cepat ke depan dan melihat Baron sudah membuka pintu. Baron mengajak Kama berlari sambil terus menoleh ke belakang, melihat Kama lalu berkata ke Kama, "Sepertinya hantu yang kamu lihat yang melempar botol dan pisau ke kamu, Kam"
Kama tidak menyimak omongannya Baron. Dia justru menarik tangannya dari genggaman tangan Baron lalu berbalik badan dan berlari ke arah persimpangan jalan.
"Hei, Kam! Tunggu!" Baron berlari panik menyusul Kama.
Kama mengabaikan teriakannya Baron karena dia sedang fokus mengejar arah kari hantu wanita yang jahat itu. Hantu wanita yang ingin mencelakai dirinya.
Baron mengerutkan kening dan mempercepat laju larinya setelah dia berhasil menyeberangi jalanan yang lumayan ramai tanpa memperhatikan rambu-rambu yang tersedia untuk diperhatikan dan dipatuhi.
Baron berlari semakin cepat sambil berteriak, "Kama, tunggu!"
Kama masuk ke gedung apartemen dan Baron berhasil menyusul Kama masuk ke dalam lift. Mereka berhasil masuk ke dalam lift di saat penjaga apartemen sedang membungkuk mengambil barangnya yang jatuh.
"Kenapa kamu nekat mengejar henti itu? Dia hantu jahat dan ingin mencelakai kamu. bahaya, Kam"
"Karena di keningnya ada tanda yang sama dengan tanda yang ditemukan di kening Kalia. Tanda zodiak cancer.
Deg! Jantung Baron seperti dihantam palu besar.
"Dia masuk lift ini?" Tanya Baron kemudian untuk mengurai rasa campur aduk di hatinya.
"Iya. Dia tadi masuk ke lift ini dan memencet tombol empat" Kama membentuk angka empat di jarinya lalu menunjukannya ke Baron sambil berkata, "Dia sengaja menunjukkan angka empat ke aku" Kama menunjuk ke tombol angka empat di lift.
Ting! Pintu lift terbuka. Kama bergegas keluar dan Baron mengikutinya. Gadis cantik yang mewarisi wajah papanya itu, menoleh ke kanan lalu ke kiri dan langsung berlari ke arah kiri setelah berkata, "Dia ke kamar ujung"
Baron mengentikan langkahnya di samping Kama, Mereka berdua tertegun di depan pintu apartemen yang tertempel deretan angka 405.
Kama dan Baron kemudian saling pandang dengan wajah bingung bercampur panik.
Baron mencegah tangan Kama saat gadis cantik itu ingin menyentuh handle pintu.
Kama melihat Baron dan Baron melihat Kama sambil berkata, "Jangan sentuh apapun! Takutnya ada sidik jari penting di handle pintu"
Kama menarik tangannya dari genggaman tangan Baron sambil berkata, "Ah, iya. Kamu benar"
Kama kembali mengarahkan pandangannya ke pintu.
Melihat Kama ingin masuk ke dalam kamar itu dan terlihat sangat penasaran, Baron langsung berkata, "Kita ke bawa lagi aja dan minta kunci pintu ini ke penjaga apartemen" Ajak Baron.
Kama menoleh ke Baron, "Tapi, alasannya apa kita minta kunci kamar ini? Masak aku bilang aku penasaran sama kamar ini karena hantu yang aku lihat masuk ke kamar ini"
Baron mengajak Kama melangkah kembali ke lift sambil berkata, "Kita bilang saja kalau teman kita yang tinggal di kamar 405 tidak bisa dihubungi"
Kama mengangguk tanda setuju. Saat mereka berdua sudah berada di dalam lift, Kama menoleh ke Baron untuk berkata, "Terima kasih kamu sudah menyelamatkan aku dua kali dan terima kasih kamu mau berlari menyusulku kemari"
Baron menoleh ke Kama, tersenyum, lalu berkata, "Sama-sama"
Kama bergegas mengarahkan pandangannya ke depan dengan umpatan di dalam hatinya, sial! Dia cakep banget kalau senyum dan sejak kapan aku tidak tahan melihat senyumannya itu?
Beberapa saat kemudian, mereka berdua sudah berdiri di depan meja penjaga apartemen itu.
"I need your help, Sir" Ucap Kama setelah dia melepas topi dan maskernya.
"Yes, what can i do for you?"
"My friend needs my help. She is in room 405"
"What happened to her?" Kerut penjaga apartemen itu berkerut.
Kama menoleh ke Baron.
Baron mengangguk ke Kama lalu berkata ke penjaga apartemen, "We called her last night and she didn't answer our call and she didn't open the door when we knocked it several minutes a go"
"Oke, let us go upstairs" Ucap penjaga apartemen itu sambil meraih segepok kunci.
Ting! Pintu lift terbuka dan mereka bertiga bergegas keluar dari dalam lift lalu berlari menuju ke kamar 405.
Saat penjaga apartemen membuka pintu kamar itu, Kama melangkah masuk dengan perlahan dan seketika itu juga dia mendengar ada suara burung burung gagak, "Kaaakkkkk, Kkkaaaakkkk!!!!"
"Ada burung gagak juga di sini?" Gumam Kama.
Baron menoleh kaget ke Kama, "Burung gagak?"
Kama menunjuk ke pintu balkon yang terbuka. Kama bisa melihat ada burung gagak yang terbang dan hinggap di pohon besar yang nampak beberapa meter di depan mereka.
"Kenapa pintu balkon itu terbuka?" Baron bergumam kaget lalu dia melihat ke Kama, "Ya, aku melihat burung gagak itu"
Penjaga apartemen bergegas ke pintu balkon lalu menutup pintu balkon sembari mengomel memakai bahasa Perancis yang tidak Kama pahami.
Baron menoleh ke Kama, "Dia mengumpat dan mengusir burung gagak itu" Kama menoleh ke Baron lalu ber-o panjang sambil mengedarkan pandangannya.
Kama sontak memejamkan matanya sambil menutup kedua gendang telinganya dengan telapak tangan ketika secara tiba-tiba terdengar bunyi melengking yang berdenging kencang dan hampir membuat gendang telinganya pecah.
Bau darah membuat Kama bergegas membuka kedua kelopak matanya. Baunya tidak hanya menyengat hidung, tetapi seolah-olah meresap ke sekujur tubuhnya. Bau itu menyebar di dalam diri Kama seperti gema. Bayangan-bayangan aneh berkelebat di depan mata Kama. Deretan lampu jalan dengan cahaya kuning di tengah derai hujan, lalu Kama melihat ada air berpusat di bawah kakinya, payung merah tua yang terbang diterpa angin lalu menggelinding di jalan yang basah karena hujan deras, terpal daerah konstruksi yang berkibar ditiup angin. Bayangan pria tinggi besar yang memunggunginya bernyanyi dengan suara yang tidak jelas terlintas di benak Kama.
Gadis di tengah hujan........
Gadis di tengah hujan itu......Kalia......dia masuk ke sebuah mobil sedan mewah berwarna merah. Ada pria dengan topi baseball yang sama dengan yang dia lihat di dekat pintu air.
Dia........pria bertopi baseball itu......si pemburu zodiak cancer.
Kama berusaha memejamkan penglihatannya dengan kedua tangan mengepal erat dan alis bertaut erat. Pelipisnya mulai dibanjiri keringat dan hawa dingin seketika menyergapnya. Dingin sangat dingin dan suara burung gagak semakin melengking, telinganya terasa sakit, tulangnya terasa linu, buku kuduknya meremang hebat, tetapi Kama terus berusaha menajamkan penglihatannya. Dia ingin melihat dengan jelas wajah pria bertopi baseball itu. Namun, tiba-tiba Kama merasakan tenggorokannya seolah-olah terbakar. Kulitnya serasa mendidih dan matanya juga perih. Telinganya semakin nyeri karena lengkingan suara burung gagak. Butiran debu berputar-putar di depan mata Kama, Kama melihat ada Salib terbalik melayang beberapa meter di depannya dan tulang jari jemari manusia terbang mengelilingi Salib terbalik itu. Kama lalu roboh ke lantai.