Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam Bersama
Yansya tidak membuang waktu. Matanya segera memindai lorong-lorong yang bercabang di hadapannya. Otaknya memproses setiap detail. Ia menghitung kemungkinan jalur tercepat dan paling aman yang akan membawa mereka langsung ke target utama yang kabur. Setiap cabang itu terasa seperti teka-teki visual yang harus dipecahkan secepat kilat.
"Rio, berikan aku analisis visual area itu," Yansya memberi instruksi dengan suara mantap. "Fokus pada jejak kaki atau residu yang mungkin mereka tinggalkan."
"Dan Delisa, siapkan dirimu untuk segala kemungkinan yang muncul, karena terowongan sempit ini penuh dengan kejutan." Ia lalu menunjuk ke salah satu jalur dengan keyakinan penuh pada pilihannya.
Dari markas, Lisa yang mendengarkan setiap komunikasi tim melalui earphone nirkabelnya tersenyum tipis. Kepuasan terpancar jelas dari raut wajahnya. Semua strategi yang ia susun bersama Yansya mulai menunjukkan hasil. Ia tahu ini baru permulaan dari keberhasilan besar yang akan mereka raih dalam misi penting ini.
Mengikuti arah yang Yansya tunjuk, Delisa segera menyalakan senter mininya. Cahayanya yang tipis menembus kegelapan lorong yang lembap dan berbau tanah basah. Senter itu menunjukkan tumpukan puing-puing serta genangan air di sana-sini.
Suara langkah mereka menggema menciptakan ritme konstan yang mengisi keheningan terowongan. Rio, dengan cepat menimpali dari van, "Aku mendeteksi sinyal panas dari target di jalur yang Yansya pilih, mereka tidak jauh dari posisi kalian, teruslah bergerak."
"Waspada terhadap hambatan yang tidak terduga, karena data menunjukkan ada beberapa titik sempit di depan!"
Yansya mengangguk pada Delisa, lalu ia mempercepat langkahnya. Sesekali ia membungkuk untuk melewati bagian lorong yang rendah. Pandangannya tetap fokus menganalisis pola retakan di dinding dan arah aliran air yang menggenang, karena ia mencari petunjuk tambahan dari lingkungan sekitar yang mungkin terlewat oleh sensor Rio.
Delisa mengikuti dengan gesit. Senternya kini bergerak lebih cepat, menyapu setiap sudut gelap, mencari bayangan atau pergerakan mencurigakan yang bisa menjadi jebakan.
Rio terus memberikan pembaruan posisi target dengan presisi tinggi, memastikan Yansya dan Delisa selalu selangkah di depan para buronan itu.
Tiba-tiba, lorong itu menyempit drastis, memaksa Yansya dan Delisa berjalan beriringan. Rio segera memberi peringatan, "Yansya, sinyal panas target tiba-tiba menghilang di balik titik sempit itu, sepertinya ada pintu tersembunyi lain di sana atau mereka punya cara untuk menyembunyikan jejak!"
Yansya menggerakkan jari-jarinya di sepanjang dinding yang kasar. Matanya memindai tekstur dan celah sekecil apa pun, mencari mekanisme rahasia yang mungkin tersembunyi di balik bebatuan yang menjulang.
Delisa mengangkat senternya lebih tinggi, menerangi setiap sudut yang gelap, karena ia ingin membantu Yansya menemukan pintu itu secepat mungkin.
Dalam hitungan detik, Yansya menyadari sebuah pola tak beraturan pada susunan batu yang terasa dingin di bawah sentuhannya. Itu adalah sebuah anomali yang hanya terlihat oleh kemampuan analisis super cepatnya.
Ia segera menekan tiga titik tersembunyi yang ia temukan secara berurutan. Bebatuan besar itu bergeser perlahan ke samping dengan suara berat, 'KREK!', lalu menampakkan sebuah celah gelap lain yang jauh lebih sempit dari sebelumnya.
"Ketemu!" Yansya berbisik pada Delisa.
Rio berseru dari van, "Yansya, sinyal panas target muncul kembali di balik celah itu, mereka pasti baru saja lewat, kalian berhasil menemukan jalur yang benar!"
Tanpa ragu, Yansya segera menyelinap masuk ke dalam celah yang sempit itu. Tubuhnya sedikit merunduk agar bisa melewati dinding batu yang terasa dingin dan lembap.
Delisa mengikutinya dengan cepat. Senternya yang kecil kini menjadi satu-satunya sumber cahaya di lorong gelap yang berkelok-kelok itu, karena mereka tahu target utama tidak akan menunggu lebih lama.
Rio, dengan napas tertahan, memantau pergerakan mereka di layar van, "Terus bergerak, Yansya, jalur ini sepertinya mengarah ke sistem saluran pembuangan, tempat yang sangat cocok untuk mereka bersembunyi atau melarikan diri sepenuhnya!"
Langkah mereka semakin cepat. Mereka melintasi genangan air keruh dan sesekali menghindari pipa-pipa besar yang melintang di atas kepala, karena terowongan itu terasa semakin sesak dan menekan. Target utama yang mereka buru kini semakin dekat.
Rio, dengan suara yang lebih mendesak, melaporkan, "Yansya, aku mendeteksi pergerakan cepat di depan kalian, kemungkinan besar target utama sudah menyadari kalian ada di belakang mereka, persiapkan diri untuk konfrontasi!"
Yansya mengangguk pada Delisa, lalu ia mengencangkan pegangan di senter mininya, bersiap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi di tikungan berikutnya.
Begitu Yansya dan Delisa melewati tikungan terakhir, sebuah ruangan bawah tanah yang luas namun remang-remang langsung terlihat. Di tengahnya, target utama sudah berdiri dengan dua pengawal bersenjata yang siap menyerang.
Tanpa menunggu, salah satu pengawal menembakkan pistolnya ke arah Yansya. 'DOR!' Yansya, dengan refleks super cepatnya, langsung menjatuhkan diri ke samping, menghindari peluru yang melesat tipis di telinganya.
Delisa melempar senter mininya ke wajah pengawal lain, menciptakan gangguan sesaat yang langsung dimanfaatkan Yansya untuk melancarkan serangan balasan.
Rio, yang melihat baku tembak itu di layar van, berteriak, "Perhitungan menunjukkan kalian punya waktu tiga puluh detik untuk mengamankan target sebelum ada bala bantuan, Yansya, jangan biarkan mereka kabur lagi!"
Dengan tatapan dingin dan tajam, Yansya memperkirakan setiap gerakan lawan. Ia menganalisis kecepatan dan pola serangan mereka. Lalu dalam benaknya, sebuah angka muncul: tujuh detik.
"Aku bisa mengalahkan mereka hanya dalam tujuh detik," Yansya berbisik pada dirinya sendiri. Keyakinan mutlak terpancar dari sorot matanya yang kini memancarkan cahaya biru terang. Ia tahu setiap milidetik di medan pertarungan ini adalah kesempatan untuk mengakhiri pengejaran ini dengan cepat dan presisi.
Rio, dari van, yang merasakan perubahan aura pada Yansya melalui data biometrik yang muncul di layarnya, terdiam sejenak. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, karena ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Yansya segera melesat bagai kilat. Ia bergerak begitu cepat sampai pandangannya nyaris tidak bisa diikuti oleh mata telanjang. Dalam sekejap, ia sudah berada di belakang pengawal pertama.
Ia melumpuhkan sendi lututnya dengan sebuah tendangan mematikan yang tak terduga, membuat pengawal itu jatuh tersungkur dengan ringisan tertahan.
Delisa, yang melihat pembukaan itu, langsung bergerak mengalihkan perhatian pengawal kedua. Ia melemparkan beberapa alat kecil yang sudah ia siapkan dari kantungnya ke arah pengawal itu, menciptakan serangkaian suara berisik yang memecah konsentrasi, karena ia tahu tugasnya adalah mendukung serangan Yansya.
Rio, dengan napas tertahan, memantau setiap titik lemah yang terekam oleh sistemnya. Ia dengan cepat mengirimkan data lokasi titik lemah itu ke lensa kontak Yansya, agar Yansya bisa mengakhiri pertarungan dalam waktu yang sudah ia perkirakan.
Hanya dalam hitungan detik, sesuai dengan prediksinya, dua pengawal itu sudah terkapar tak berdaya di lantai yang basah. Tangan Yansya bergerak cepat dan efisien, melumpuhkan mereka tanpa memberikan kesempatan untuk melawan.
Ia langsung beralih ke target utama yang kini berdiri terpaku, bibirnya pucat pasi karena ketakutan. "Target utama aman, Rio, Delisa, kita berhasil!" Yansya melaporkan melalui komunikasi internal, suaranya terdengar sedikit terengah namun penuh kemenangan, karena misinya telah berjalan sesuai rencana.
Delisa mengangguk padanya, senyum puas terukir di bibirnya. Rio berseru gembira dari van, "Kerja bagus, tim! Waktu kalian enam koma delapan detik, lebih cepat dari yang Yansya perkirakan!"
Setelah mengamankan target utama dan kedua pengawalnya, Yansya segera memeriksa kondisi mereka, memastikan tidak ada yang terluka parah namun tetap tidak bisa bergerak. Lalu ia memberi instruksi pada Delisa untuk segera memborgol mereka dengan kabel khusus yang sudah disiapkan.
Rio, dengan cepat, mengirimkan koordinat lokasi mereka ke markas, "Lisa, target sudah diamankan, kami menunggu instruksi selanjutnya untuk evakuasi dan pengembalian ke markas!"
Lisa yang mendengarkan di markas, langsung tersenyum lebar, "Kerja bagus, Unit Beta! Aku akan segera mengirimkan tim penjemputan, kalian semua layak mendapatkan istirahat setelah misi yang luar biasa ini!"
Tak lama kemudian, sebuah tim penjemputan tiba di lokasi. Mereka membawa serta tim medis untuk memeriksa kondisi para penyerang dan target utama. Unit Beta dengan sigap menyerahkan semua barang bukti yang berhasil mereka amankan.
Beberapa jam kemudian, Yansya, Delisa, dan Rio sudah kembali ke markas, disambut senyum bangga dari Lisa yang berdiri di depan pintu ruang rapat.
Di saat yang sama, tim Alpha juga tiba dengan laporan keberhasilan misi mereka di Eropa, karena mereka berhasil membongkar jaringan penyelundup yang lebih besar, melengkapi kemenangan Unit Beta.
Lisa lalu berdiri di hadapan kedua tim. Matanya berbinar penuh kebanggaan melihat keberhasilan mereka yang luar biasa. Dengan senyum hangat, ia berkata, "Malam ini, semua kerugian divisi sudah tertutup tuntas, kalian semua telah menunjukkan kinerja yang jauh melampaui ekspektasi."
"Karena itu, aku ingin merayakan keberhasilan ini dengan makan malam bersama di restoran terbaik, kalian setuju?"
Sebuah riuh rendah kegembiraan langsung memenuhi ruangan. Namun di balik semua itu, Yansya merasakan ada sesuatu yang janggal, sebuah perasaan aneh mengganjal dalam benaknya, karena semua ini terasa terlalu mudah, terlalu sempurna. Seolah ada benang merah tersembunyi yang belum terungkap dan mungkin saja akan mengubah segalanya di masa depan yang tak terduga.