NovelToon NovelToon
MONOLOG

MONOLOG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:424
Nilai: 5
Nama Author: Ann Rhea

Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.

Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.

Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Si Cantik yang Cerdik

"Tumben sekali kamu mengunjungi Mama pas hari kerja. Ada masalah kah sama suami kamu?" ucap Merin terdengar rasa sinis dari biasanya, ia tengah menyiram tanaman hias di halaman belakang ketika putrinya datang tanpa memberi kabar.

Biasanya Lyodra hanya akan datang di hari libur itu juga malam hari dan selalu memberi tahu dulu.

Jadi Merin pikir ada masalah dengan rumah tangganya sampe mendadak datang. Bukan gak seneng, tapi orang tua mana yang gak khawatir coba.

Lyodra menghampiri Merin. "Oh Mama gak seneng aku datang? Aku kesini gak lama kok, cuman mau ketemu Mama abis itu udah."

Kini wanita itu meletakkan wadah air dan cuci tangan, lalu mengajak Lyodra masuk ke rumah untuk bicara. Semenjak putrinya menikah, saat pulang kesinipun rasanya dia seperti tamu yang asing. Itu juga yang Lyodra rasakan.

"Mama pikir kamu berantem sama Ken terus kabur ke sini. Tapi kalau sekarang papa masih di kantor, apa cukup ketemu Mama aja?"

Lyodra mengangguk. "Iya, gapapa kok. Gak salahkan aku mau ketemu Mama karena kangen? Sebenarnya aku abis dari kantor sih. Selesai mengundurkan diri dari jabatan aku."

Dahi Merin mengerut. "Lah kenapa? Kamu mau jadi ibu rumah tangga aja atau ada rencana lain? Apa Ken ngelarang kamu kerja?"

Kepalanya menggeleng. Lyodra ingin Merin tahu lebih dulu darinya bukan orang lain soal informasi ini. "Ah engga. Aku cuman mau pindah mengisi posisi direktur utama anak perusahaan kita. Karena aku merasa pasangan yang satu kerjaan bakalan kurang profesional dan sulit management waktu. Takutnya malah kebawa masalah kerjaan sama pribadi itu ke campur. Ken sejauh ini profesional tapi aku yang khawatir. Jadi kita sepakat buat jalanin ini."

"Kalian pasti abis debat ya?" tuduh Merin dengan wajah penuh penasaran. Ia tertawa dan menyilangkan kaki. "Dalam hubungan terlibat konflik itu wajar, tapi yang gak wajar kalau hal kecil dibiarkan jadi membesar dan tak terkendali, lalu melebar kemana-mana dan disangkut pautkan ke hal yang tak seharusnya."

Merin pun mempersilahkan putrinya minum teh dulu untuk menghilangkan haus sebelum lanjut bicara. "Mama cuman nitip, harus ada salah satu yang mau mengalah, jangan sama-sama keras kepala. Susah senang bareng, saling mendukung, yang penting komunikasi. Kalau kamu udah ngerasa gak berarti lagi buat dia, atau dia udah gak cinta sama kamu cepetan pulang, jangan ngemis cinta yang gak seberapa."

"Iya, Ma. Tapi menurut Mama, apa Mama percaya sama aku bisa jalanin semuanya sendiri?"

Merin tersenyum. "Pada akhirnya kita akan sendirian. Tapi kamu harus ingat, untuk sekarang kamu tidak sendiri. Masih ada mama, papa dan suami kamu. Itu cukup buat jadi jawaban atas semua resah kamu selama ini."

"Karena memang tidak ada yang mudah didunia ini, tapi bukan berarti dibalik kesulitan tidak ada kemudahan. Mama percaya kamu bisa. Makanya Mama izinkan kamu menikah di umur sekarang, dua puluh delapan cukup matang kan? Karena Mama rasa kamu telah siap, bukan hanya tentang umur melainkan fisik, mental dan pengetahuan, itu cukup buat jadi bekal kalian melangkah lebih jauh. Mama apresiasi kerja keras kalian selama ini, cukup meyakinkan Mama untuk melepas kamu menikah dengan pria bernama Kenziro Alderick, suami dari putri cantik kesayangan Mama yaitu kamu Lyodra Isabelle Wiranata."

Ada rasa tenang dan takut secara bergantian merasuk ke jiwanya. Antara masih ada terbesit rasa tidak rela di sorot mata Merin kalau dirinya jadi menikah dengan Kenziro.

"Mama masih gak suka sama Ken?"

"Kalau Mama masih gak suka, gak mungkin Mama sudi datang ke pernikahan kalian dan memberikan restu," jawabnya tegas seraya mengelus ujung gelas.

Lyodra pun mengangguk, ada rasa takut dan canggung meksipun pada dasarnya Merin itu sayang dan selalu realistis. "Takut aja Mama terpaksa dan merencanakan sesuatu yang buruk."

"Didunia ini tidak ada yang lebih indah dari pada cinta. Namun di dunia ini tidak ada yang lebih pedih dari pada tidak ada cinta. Mama pikir kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti semua permainan kehidupan yang kadang sulit untuk ditebak."

Lyodra menarik papan catur di bawah meja. "Mari kita main, bukankah Mama pasti rindu mengalahkan aku?"

Wanita itu paling suka bermain catur.

Merin terkekeh dan menyetujuinya. "Gunakan akal sehatmu ketika memutuskan suatu keputusan, jangan ketika marah ataupun sedih karena kamu bisa menyesalinya."

Selain bermain catur, Merin itu pandai bermain golf atau panjat tebing. Dia suka olahraga, seperti yoga dan berenang hingga membuat dirinya awet muda, tanpa banyak kerutan dan masih bugar seperti adik kakak dengan putrinya di usia pertengahan kepala enam.

Kali ini, Merin yang menang pertandingan, sebagai hukuman Lyodra disuruh menyanyikan lagu yang begitu sulit. Atau kalau tidak, dia harus menginap malam ini disini tanpa penolakan.

Suara perempuan itu melengking, menggema diseluruh ruangan, begitu tinggi dan merdu seperti angin malam yang berhembus pelan tapi menusuk jiwa.

Para pelayan berlalu lalang disekitar ruangan, melakukan pekerjaan mereka dengan baik dan sempat terhanyut ke dalam nyanyian sang nona. Seperti seorang bintang yang berdiri di atas panggung megah.

Ketika lagu berakhir, Merin bertepuk tangan. "Tidak sia-sia Mama mendaftarkan kamu les vokal, kamu memiliki vokal yang bagus, artikulasi suara yang cukup dan tidak buta nada. Jadi Mama rasa kamu juga pantas mendapatkan pasangan yang setara."

"Yaitu Ken," jawabnya percaya diri tak ingin bila kekasih hatinya di rendahkan atau dihina karena dianggap selalu kurang dimata keluarganya.

Merin begitu menyayanginya, jelas sekali. Meksipun kadang mereka tidak pernah satu sekutu, dalam pikiran apalagi kesukaan, lebih ketara banyak perbedaan yang membuat mereka kerap kali berdebat dan berjarak.

Dibandingkan dengan Merin, Lyodra lebih dekat dengan sang papa yang begitu meratukan dirinya. Namun kini, rupanya pria itu pulang lebih cepat, mencuri waktu untuk menyambut putri kecilnya yang berkunjung ke rumah untuk pertama kalinya setelah berubah status.

"Lyly!" seru Radja menghampiri putrinya dan memeluknya erat, seperti tidak pernah ingin melepaskannya lagi karena tahu besok akan berpisah.

"Gimana kamu tinggal sama Ken aman? Gak di jahatin? Kamu betah sama dia, dia gak kurang ajar?" Radja menangkup kedua pipi anaknya yang malah tersenyum meyakinkan.

Lyodra menurunkan tangan sang papa dan menggeleng. "Engga, Ken baik. Ken suka masakin aku, Ken bantu siapin semuanya keperluan aku."

"Cowok kok kayak cewek," cetus Merin seraya membetulkan rambutnya.

Lyodra cemberut. "Ih bukan gitu, dia itu memperlakukan aku kayak ratu. Kayak Papa sayang sama aku. Kayak Mama juga. Dia gak pernah bikin aku sebel apalagi kabur dari rumah."

"Oh syukurlah, terus dia dimana kok engga ikut?" Radja melirik sekitar, tidak menemukan keberadaan hidung menantu biadabnya yang suka jahil padanya itu.

"Dia masih dikantor banyak kerjaan biasalah, ada masalah serius yang mengancam saham kita juga," ucap Lyodra merasa berat hati. "Tapi kalian jangan khawatir kita bisa handle semua kok."

Merin hanya membuka setiap lembar majalah fashion. "Hati-hati lho itu tanda-tanda kebangkrutan udah jelas, kalian harus udah ada plan kedepannya gimana. Kalau seandainya usaha yang kalian miliki bermasalah apalagi sampai gak bisa beroperasi lagi."

"Gampang, Ma. Kuncinya jangan putus asa. Tapi istirahat dulu, jangan menyerah, bangkit lagi. Bangun usaha baru dan belajar lagi. Hidup itu isinya tentang belajar, kalau kita gak mau belajar, mana bisa kita hidup didunia ini. Yang ada tersesat, gak akan maju. Maju bukan berarti uangnya bertambah terus, tapi maju itu berarti lebih baik dari kemarin. Maju bukan cuman tentang penghasilan aja, maju itu artiannya banyak, dalam pola pikir dan langkah yang kita ambil selanjutnya," jawab Radja untuk membuka pikiran istrinya.

Lyodra tersenyum ia suka obrolan begini, mampu membuka jalan pikiran baru agar tidak sempit.

"Lily mau childfree?" tanya Radja baik-baik. "Kalau iya, Papa tidak akan mempermasalahkannya, itu keputusan kamu, karena itu tubuh kamu dan sepenuhnya hak kamu."

Lyodra jelas menggeleng. "Engga kok Pa, aku mau punya anak tapi satu aja. Cuman nanti ya, sekarang aku belum mau apalagi siap."

"Siap bukan cuman tentang finansial, tapi mental dan tubuh kita. Kalau soal bisa atau engga nya, dulu juga Mama gak bisa rawat anak, tapi Mama sambil terus belajar sampai bisa dan lebih maju. Kayak yang Papa bilang tadi," jawab Merin memberikan nasihat. "Jangan takut, jangan termakan omongan orang apalagi terhasut perkembangan zaman. Jangan jadikan anak alasan dari hal yang tak seharusnya di normalisasi, tapi jadikan dia penyempurna kebahagiaan, pelengkap keluarga. Bukan malah menjadikan dia sumber uang, dia tidak meminta lahir, tapi kita yang memintanya lahir."

Sudut bibir Lyodra tersenyum begitu indah. Ia peluk kedua orang tuanya penuh cinta. Semoga bener saja mereka tidak akan menuntut hal itu.

"Kamu harus lanjut kuliah sampe strata tiga, Mama gak mau tau, kamu harus berpendidikan tinggi!" sentak Merin memaksa. "Pendidikan itu penting, Mama masih sanggup biayain itu."

Lyodra menelan ludahnya. "Aku bakalan pikirin secepatnya."

"Kamu harus cerdas, berpengetahuan luas, jangan mau jadi perempuan yang cepat puas sama ilmu pengetahuan. Dunia terlalu luas dan indah kalau cuman kamu nikmati di tempat yang sama terus menerus!" balas Merin tegas.

1
douwataxx
Seru banget nih cerita, aku gk bisa berhenti baca! 💥
Ann Rhea: makasihh, stay terus yaa
total 1 replies
menhera Chan
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Ann Rhea: wahh selamat menemani waktu luangmu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!