NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hiling Dulu

Hari libur yang dibicarakan Ika kemarin akhirnya tiba. Amira dan Ika sudah bersiap-siap meninggalkan rumah megah itu untuk sejenak menikmati waktu luang. Mereka harus kembali sebelum malam, dan bukan hanya mereka berdua yang mendapat kesempatan berlibur, beberapa karyawan lain pun ikut serta.

Amira membawa sebuah catatan yang telah ia susun rapi sebelumnya. Isinya adalah rencana-rencana masa depan. Ia sadar, pendapatan dari pekerjaannya sekarang tidak akan bertahan selamanya. Bayi yang ia rawat pun akan tumbuh besar dan berhenti mengonsumsi ASI. Karena itu, Amira merasa perlu membuat langkah-langkah konkret sejak sekarang untuk kedepannya.

Dengan penuh keyakinan, Amira menatap catatan di tangannya. Ia sadar, semua rencana dalam daftar itu tidak mungkin langsung diwujudkan hanya dengan gaji pertamanya. Tapi itu bukan halangan. Ia akan merealisasikannya sedikit demi sedikit, sesuai kemampuan dan waktu. Dan sebelum dia benar-benar pergi berlibur, Amira yang tugasnya di rumah ini tidak bisa digantikan oleh siapapun harus menyetok persediaan ASI untuk Tuan Kecil. Dia juga sudah memastikan itu dengan aman.

"Ayo Mbak Amira."

"Ayo!"

Keduanya melangkah mantap keluar gerbang yang terbuka lebar untuk karyawan yang sedang mendapat jatah libur.

...*****...

Tempat pertama yang Amira dan Ika kunjungi adalah Mall. Amira bilang kepada Ika bahwa ia ingin membeli HP, bahkan sempat meminta saran merek dan tipe yang bagus.

Mendengar itu, Ika menanggapi dengan santai. Baginya itu hal biasa terjadi. Gaji pertama memang sering dihabiskan untuk membeli HP keluaran terbaru. Tapi saat Amira menjelaskan bahwa ia membeli karena memang belum pernah memiliki ponsel sebelumnya, Ika benar-benar terkejut. Ia tak menyangka, di zaman sekarang masih ada orang yang hidup tanpa HP. Rupanya selama mereka bekerja di rumah Tuan Arga, Amira hanya mengandalkan fasilitas komunikasi yang tersedia di sana, jadi Ika baru menyadari hal itu sekarang.

Rasa penasarannya pun muncul. Bagaimana mungkin Amira bisa mendapatkan informasi lowongan kerja hingga akhirnya diterima bekerja di rumah Tuan Arga, padahal dia tak memiliki HP? Ika jadi banyak bertanya-tanya ke Amira.

Amira hanya menjawab singkat. Ia bertemu seorang wanita paruh baya di mushola saat sedang mencari pekerjaan. Hanya itu yang ia sampaikan. Lebih jauh dari itu, Amira memilih bungkam. Ia takut jika terlalu jauh bercerita, luka lama akan kembali menganga. Terlebih jika nama Galen disebut, air matanya pasti tak akan bisa ditahan.

Kemudian, mereka menuju lokasi kedua tempat hiling yaitu alun-alun kota. Amira ingin kulineran, mencoba semua jajanan yang ia inginkan dengan hasil jerih payahnya sendiri, bukan lagi bergantung pada orang lain seperti dulu. Sudah lama ia memimpikan moment tersebut.

"Mang, ciloknya satu porsi, ya."

"Pedas nggak, Neng?" tanya si penjual.

Baru saja Amira hendak menjawab 'pedas', pikirannya langsung melayang pada Tuan Kecil. Ia harus menjaga kualitas ASI-nya, jangan sampai makanan yang ia konsumsi berdampak buruk bagi bayi itu.

"Enggak, Mang. Jangan pakai sambal, ya."

Setelah cilok, Amira melangkah ke gerobak tahu gejrot. Kali ini ia minta cabai hanya satu biji saja, cukup untuk rasa, tapi tak sampai menyengat. Terakhir, ia memesan es doger. Tapi begitu menerima gelasnya, ia justru menyerahkannya pada Ika yang sejak tadi menemaninya.

"Ini buat kamu aja, Mbak Ika. Aku mau beli jus alpukat."

"Oke Mbak, terimakasih. Oh iya, tiba-tiba aku pengen ke sana." Nunjuk salah satu stand makanan yang antriannya cukup ramai.

"Iya silahkan, tapi aku mau kesana dulu ya."

Tak lama kemudian mereka berpencar. Ika tertarik melihat stand jajanan ala Korea, sementara Amira menyeberang ke sisi lain alun-alun untuk membeli jasuke. Namun langkah Amira terhenti ketika suara yang tidak asing memanggil dari arah samping.

"Amira."

Ia menoleh. Di hadapannya berdiri Bibi Nunik, bibinya Ardi yang masakannya dibilang tidak enak. Tatapan mencemooh langsung terlihat di wajah wanita itu, dengan ujung bibir terangkat.

"Jadi kamu masih di kota ini, ya? Kukira sudah balik ke ujung desa. Apa kamu kehabisan ongkos buat pulang? Atau masih berharap balikan sama Ardi?" ujar Bi Nunik, menyilangkan tangan di dada. Sikapnya congkak sekali, seolah siap meledakkan 'bom' tentang rencana pernikahan Ardi esok hari. Ia menanti reaksi Amira, yang ia tebak pasti menangis sedih tersedu-sedu.

Namun Amira hanya menatapnya sebentar, lalu menjawab datar, "Nggak dua-duanya, tuh." Ia berbalik, berniat pergi begitu saja.

Bibi Nunik refleks menarik tangan Amira, tapi dengan cepat Amira mengibaskannya.

Dalam hati, Bi Nunik mendesis, tengil banget sekarang nih bocah. Dia jadi penasaran bagaimana Amira hidup selama ini. Amira sudah makan apa sampai sikapnya berubah lebih keras. Maklum, Bi Nunik tidak ada disana sewaktu Amira meradang sampai memecahkan meja kaca, lalu berakhir perceraian. Jadi dia tidak tahu perubahan sikap Amira, karena cerita yang dia dengar dari Shinta dan Ibunya sudah digoreng sedemikian rupa.

"Kamu sombong sekali ya sekarang. Tidak ada hormat-hormatnya sama orang tua." Semprot Bi Nunik dengan suara yang meninggi.

Amira menatapnya dingin, "Anda ada urusan apalagi, ya? Mau dihormati dengan cara apa? Seperti dulu, dihina, dicaci, terus saya diam saja, begitu?

Bi Nunik tercekat. Untuk sementara, dia tidak bisa berkata-kata. Amira benar-benar beda, gumam Bi Nunik. Gugup mulai merayapi gerak-geriknya.

Melihat itu, Amira jadi membenarkan satu hal bahwa menghadapi orang yang semena-mena memang harus dengan ketegasan. Jangan sekali-kali menunjukkan kelemahan di depan orang seperti ini.

"Kalau tidak ada lagi yang ingin Anda katakan, saya permisi."

"Cih. Sok hebat banget sekarang," ujar Bi Nunik cepat-cepat, "Saya cuma mau ngasih tahu, Ardi besok nikah. Sama perempuan cantik, kaya, dan penyayang keluarga. Nggak kayak kamu."

Amira menatapnya datar, "Terus?"

"Yang pasti kamu nggak diundang."

"Kalau nggak diundang, kenapa anda repot-repot ngabarin?"

Bi Nunik terdiam lagi. Ucapannya justru berbalik memalukan dirinya sendiri. Apa-apaan ini, pikirnya, kok jadi aku yang kena mental? Ah tapi kan bukan itu maksud dia tadi, sebelum tahu Amira sudah berbeda drastis. Sepertinya Amira sudah bisa move on dari Ardi. Jadi daripada meneruskan topik gagal yang bakal mempermalukan dirinya sendiri, Bi Nunik akhirnya menyerang Amira dari arah lain.

"Eh Amira, sekarang kamu jangan sok hebat ya. Meskipun aku akui sikap kamu memang berbeda, tapi tetap penampilan mu kampungan. Hahahay... lihatlah, penampilanmu masih tetap sama, tidak modis sama sekali. Jadi kaya gak balance gitu lho!"

Baru saja Amira hendak menjawab, Ika tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Mbak Amira," panggilnya dengan wajah pias.

Amira segera menggenggam tangan Ika dan menariknya menjauh dari jangkauan Bi Nunik.

"Ada apa, Mbak Ika?"

"Nganu, Mbak… ini ada telepon buat Mbak Amira."

"Dari siapa?"

"Pak Genta."

Amira cepat-cepat mengambil ponsel itu. "Halo, Pak…"

Raut wajahnya langsung berubah tegang begitu mendengar suara di seberang. Tanpa banyak bicara, ia segera mengajak Ika pulang ke rumah Tuan Arga. Sambil sibuk memesan taksi online, sebuah mobil hitam melaju mendekat. Pintu terbuka, seorang bodyguard keluar dengan ekspresi serius.

.

.

Bersambung.

1
Zaskia Natasya
lanjut kak up doubel dong/Rose//Rose/
Zenun: siap, ini lagi ditulis
total 1 replies
Muliana
Author hebat ya /Heart/
Zenun: Kakak juga hebat❤
total 1 replies
Muliana
Ahh,,, perih ya!! Mau nangis juga.
Terlena dengan bab ini, karena ikut merasakan kehilangan seperti Arga.
Zenun: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
Muliana: Sangat! Apalagi, kala orang tersayang pergi selamanya
total 3 replies
Santi
gladys,jdi seperti itu,makanya serasa arga sudah mengenal Amira,tpi dimana Amira pernah lihat asistennya Arga?
Santi: Siap kak
Zenun: ada di next bab kak, pantengin aja ya hehe
total 2 replies
RE💜
Sad 😭
Zenun: Bisa, mungkin dengan pertumpahan darah dulu. Atau bisa juga nggak
RE💜: Bisakah Amira mencairkan hati Arga
total 3 replies
RE💜
Aku jg msh heran, banyak sodaraku yg sadar dulu malah makan dlu, sblm akhirnya meninggal ternyata emang ada bahasa medisnya ya
Zenun: entah kenapa tik tok aku muncul terminal lucidity mulu😁
RE💜: Baru tau aku dek
total 3 replies
RE💜
emg yg kena otak pst ada masalah sm ingatan
Zenun: betul sekali
total 1 replies
Teteh Lia
Si Ardi emang kudu di getok biar bener. Arga, Ardi... baru ngeh sama2 berawalan huruf A
Zenun: dari A semuanya, ke Amira juga
total 1 replies
Teteh Lia
Ternyata Arga manis banget. meleyot dagu ini 😍
Zenun: hehehhe, uhuuyy
Teteh Lia: Daku... malah jadi dagu /Facepalm/
total 2 replies
Muliana
Amira, berbakti pada mertua boleh, tapi dibodoh-bodohi mertua jangan ya
Zenun: ih ada kakak😁
total 1 replies
Muliana
Mungkin itulah, peran orang tua sangat-sangat penting untuk anak-anak. Karena apa, karena kita tidak tahu, apa yang akan di alami sang anak kedepannya. Setidaknya, sebelum kita meninggalkan mereka, kita udah memberikannya beberapa pesan dan jug kasih sayang.
Sehingga ia tahu, mana yang tulus mana yang modus
Zenun: Betul sekali kakak. Biar gak salah arah
total 1 replies
RE💜
sebenarnya aku pikir Gladys sm Amira itu teman sblm Gladys menikah mkanya mikir kok bisa nikah sm Arga gitu, tp di bab sebelumnya dijelaskan jd ngerti
Zenun: hehehe, yang lain juga nyangkanya gitu
total 1 replies
Lestari Riie
galak
Zenun: hihihi
total 1 replies
Teteh Lia
Kalau udah soal duit mah... yang tadinya merah langsung jadi ijooo
Zenun: betuuul
total 1 replies
Teteh Lia
Aq malah takut naik sepeda listrik. 🙈
Zenun: sama aku juga
total 1 replies
nowitsrain
Udeh dapet duit tuh padahal, masih aje ngomel-ngomel /Smug/
Zenun: Ora danta emang
total 1 replies
nowitsrain
🤧🤧 sedih banget sih... di keluarga sendiri nggak dapet kasih sayang, nemu mertua juga kayak titisan dajja
nowitsrain: Betulll
Zenun: tapi sekarang giliran dia senangnya
total 2 replies
nowitsrain
Nggak ada begitu. Jangan positif thinking kalau sama manusia lucknut kek gini
nowitsrain: Emang harus bodoh dulu sih biar comeback smarter
Zenun: masih anu
total 2 replies
nowitsrain
Gundulmu
nowitsrain
Busuk hatiiiiiii
Zenun: hehehehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!