Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKIT 14
Sedangkan saat ini Alma hanya bisa menunduk, dia tidak tahu harus berbuat apa, jantungnya mendadak bergetar, ketika melihat wajah tampan yang sudah di penuhi dengan lautan hasrat yang menggebu.
"Mendekat lah!" perintah Ameer yang tidak bisa dibantah.
Gadis itu mulai memajukan langkahnya, dan seketika tangan Ameer langsung menarik tangan kirinya, sehingga gadis tersebut terperangkap diatas pangkuannya.
Alma sudah tidak kuasa menahan rasa yang tidak bisa diutarakan oleh kata-kata, ketika jarak antara dia dan Ameer hanya beberapa inci saja, bahkan hangatnya nafas Ameer sudah bisa dia rasakan.
"Cium aku!" pinta Ameer yang membuat gadis itu semakin bingung harus memulainya dari mana.
"Ci- cium," ujarnya dengan nada yang bergetar.
"Iya, ayo cium aku, bukannya sekarang aku sudah menjadi suamimu," sahut Ameer dengan nada sedikit ketus.
Dengan sedikit bergetar, akhirnya Alma memberanikan diri untuk meraih wajah suaminya itu, lalu dirinya mulai menempelkan bibirnya ke bibir Ameer, hanya sekejap dan hal itu benar-benar membuat hati Ameer semakin dongkol.
"Sudah Tuan," ucap Alma.
"Hanya segitu?" tanya Ameer.
"Iya," sahut Alma dengan nada polosnya.
"Heeeemb, kau ini bodoh apa polos sih!" gerutu Ameer yang membuat Alma ketakutan.
"Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Alma.
"Pakai nanya lagi!" ketus Ameer, sambil meraih wajah Alma.
Pria itu tidak sabaran, dia pun langsung meraih wajah istrinya itu, lalu mulai memberikan kehangatan diantara celah bibirnya, pertama Alma langsung terkejut, bahkan permainan Alma begitu kaku, karena memang ini untuk yang pertama kalinya.
"Auuu, sakit Tuan," keluh Alma ketika pria dewasa itu sedikit iseng menggigit bibirnya.
"Tapi enak kan," sahut Ameer yang langsung melepaskan pangutannya.
"Tuan kenapa menyakiti aku," ujar Alma dengan tatapan sendunya.
Entah kenapa melihat Alma yang seolah merajuk membuat hati Ameer sedikit gelisah, rasanya dia seperti tidak rela melihat istri kecilnya itu bersedih, padahal niat hati dirinya menikahi Alma karena ingin menjadikan gadis itu pemuas nafsunya saja.
'Ah, aku tidak boleh begitu aku harus tegas dengan gadis kecil ini,' batin Ameer bergejolak.
"Turun dari pangkuanku!" perintah Ameer dengan nada ketusnya.
Alma pun langsung turun, dan melihat suaminya itu keluar dari kamarnya, sebagai seorang istri Alma tidak tahu apa yang harus dia lakukan di kamar yang ukurannya begitu luas, sedangkan sang suami tidak pamit ataupun meninggalkan pesan.
"Hah! Main pergi saja, sebenarnya apa tujuan Tuan Ameer menikahi aku," ucapnya sendiri.
*****
Malam harinya saat ini Alma mulai kebingungan sendiri, pasalnya ia tidak tahu, harus berbuat apa di kamar sebesar ini, bahkan sedari tadi Ameer tidak kunjung datang, entah kemana dia pergi, dan hal ini benar-benar membuat Alma gelisah, apalagi lapar kini mulai melanda perutnya.
"Ya Allah aku harus apa? Sedari tadi Tuan Ameer belum juga datang," ucapnya sendiri penuh kegelisahan.
Alma mencoba untuk keluar dari kamarnya, perlahan dia mulai menuruni anak tangga, karena memang dia ingin mencari sesuatu yang bisa di makan di dapur sana, ketika dirinya mulai melewati beberapa ruangan, di situ langkahnya terhenti ketika dia mendapati pemandangan keluarga cemara, yang berada di ruang makan bersama seorang anak laki-laki seusianya.
"Sepertinya keluarga itu begitu hangat, tapi sayang, padahal kedua orang tua Tuan Ameer tahu, kalau anaknya sulungnya membawa istri ke rumah ini, tapi mengapa mereka tidak mencari ku? Apa mungkin Tuan Ameer di sini posisinya sama seperti ku, yang kehadirannya tidak diharapkan," gumam Alma, lalu mulai mengendap-endap jalannya agar tidak di ketahui keluarga dari suaminya.
Sesampainya di dapur para pelayan mulai menatap syok ke arah Alma, mungkin para pelayan mengira Alma penyusup, bahkan ada yang langsung bertanya dengan tatapan nyalang.
"Kamu siapa?" tanya pelayan itu dengan tatapan sinis.
"Aku istri Tuan Ameer," sahut Alma.
Sedangkan pelayan tersebut langsung membulatkan matanya, karena merasa tidak percaya kalau wanita sederhana dihadapannya ini merupakan istri dari Tuannya.
"Kamu jangan bohong deh, mana ada Tuan Ameer mempunyai istri," sahut pelayan itu.
"Iya Mbak aku memang istrinya, dan baru tadi pagi Tuan Ameer menikahi ku, kalaupun aku bukan istrinya mana bisa aku masuk ke rumah yang penjagaannya super ketat seperti ini Mbak," jelas Alma.
"Ah, itu mah hanya akal-akalan mu saja, semua orang bisa kok masuk ke rumah ini dengan kelicikannya," cetus pelayan itu.
Ketika Alma mulai berdebat dengan pelayan yang sedari tadi tidak mengijinkan ia makan, ternyata pelayan satunya lagi mulai memanggil Nyonya besar di rumah ini yaitu Sintia yang merupakan ibu sambung dari Ameer.
Sintia pun mulai mendatangi dapur, lalu mulai menatap sinis ke arah Alma, sepertinya wanita itu tidak menyukai Alma lihat saja cara dia menatapnya, begitu kejam.
"Siapa yang menyuruhmu makan?" tanya Sintia dengan tatapan sadis.
"Aku lapar, bukannya ini rumah suamiku," sahut Alma dengan berani, dia tidak menyangka kalau ibu sambung Ameer akan sejahat ini persis dengan perlakuan ibu sambungnya juga.
"Heeeemb, rumah suamimu, memangnya rumah ini milik suamimu! Ingat ya gadis ingusan, ini rumah suamiku bukan suamimu, jadi aku yang kuasa atas semua rumah ini kau paham itu!" tekan Sintia dengan kata-kata yang kurang pantas di dengar.
"Tapi suamiku adalah anak dari suami anda, jadi dia juga berhak atas rumah ini, dan kalian bukannya ini pekerjaan kalian, kalau sampai kalian tidak melayaniku, maka kalian akan aku adukan bagaimana kelakuan kalian terhadapku!" ancam Alma, karena memang ia sangat menginginkan makanan itu.
"Kau berani mengancam mereka, sombong sekali, padahal kau baru saja tinggal di rumah ini, dasar anak muda tidak tahu diri, sana kau pergi ke kamar mu, ini dapur kuasaku, dan hanya keturunanku saja yang boleh memakan makanan yang ada di sini," cetus Sintia yang membuat Alma mengerti, berarti suaminya itu bukan anak dari wanita dihadapannya itu.
Alma hanya bisa terdiam, bahkan dirinya sudah tidak bisa lagi mengancam para pelayan suaminya yang memang sudah di doktrin oleh ibu tiri dari suaminya itu, dan terpaksa dia kembali lagi ke kamarnya dalam kondisi lapar.
"Astaga gak di rumah gak di sini, ternyata sama saja, aku pikir Tuan Ameer itu pria jahat, sekarang aku mulai paham, apa yang membuatnya seperti itu," gumam Alma.
Waktu terus saja berputar, mata Alma tak berhenti menatap jam dinding yang berada di kamar suaminya, hingga pukul 12 malam suaminya itu tidak ada pulang, bahkan Alma merasa kesal dan menangis sendiri, karena merasa lapar.
"Tuan, sebenarnya apa yang kau lakukan di luar sana sehingga kau lupa dengan posisiku yang saat ini tengah kelaparan," ucap Alma dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
Bersambung
kalau sampai kecolongan ya ttnda global 😂😂😂😂 ya kan thor
ibu ga da otak,, segampang itu ninggalin anaknya segampang itu minta peluk
keren Alma good girl,,smart juga tuan Ammer
itu ibu turu perlu di kasih pelajaran yg sadis bisa Thor,,ku rasa ga yah is ok yg lain aja yg bikin dia sengsara