Kamu anak tuhan dan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin aku menjadi makmum dari seseorang yang tidak sujud pada tuhanku? Tetapi, jika memang kita tidak berjodoh, kenapa dengan rasa ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUTMAINNAH Innah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 12
"Jika itu bisa membuatmu percaya sepenuhnya kenapa tidak," sahutnya sambil merogoh sakunya dan memberikan gawainya padaku.
Dengan ragu-ragu aku menerima ponsel mewah miliknya. Bahkan aku baru kali ini memegang gawai yang harganya selangit ini.
"Chatnya sangat panjang. Aku jarang sekali menghapus pesan," ucapnya setelah ponsel itu berada di tanganku. "Kamu bawa saja dulu ponselku, mungkin ada hal lain yang ingin kamu selidiki lagi," tebaknya.
Jujur aku salut dengannya. Nggak semua orang bisa memberikan barang privasinya ini pada orang lain, atau pada gebetannya sekalipun. Apalagi tanpa persiapan seperti ini.
"Aku juga jarang menghapus pesan," sahutku. "Bahkan pesan gilang, hingga saat ini masih ada di ponselku," ungkapku jujur. "Apa kamu juga ingin menyita ponselku?" tanyaku tertawa.
"Boleh, sebagai jaminan agar kamu tidak membawa kabur ponselku," candanya sambil tertawa.Tetapi jaminannya nggak semahal barang yang kusita," ucapku sambil memberikan juga ponselku padanya.
Kami lalu tertawa bersama. Suasana sudah mencair. Kuharap aku nggak menemukan apapun yang bisa membuat hubungan ini rusak. Begitu juga dengannnya. Apalagi chat dari gilang masih ada di sana.
Sampai di kontrakan, aku nggak sabar lagi menggeledah ponselnya. Kubuka pola gawainya seperti yang tadi diberitahukannya padaku. Setelah gawainya terbuka, aku langsung membuka aplikasi hijau miliknya yang umum dipakai orang-orang untuk berkomunikasi.
Cepat-cepat kucari nama Alice yang ternyata berada paling atas karna mereka baru saja berkomunikasi. Kulihat fotonya, cantik sekali. Seperti model, dengan balutan dress yang terlihat mahal. Posisinya sedang duduk di restoran mewah.
Aku lalu menggeser chatnya ke atas sampai menemukan chat mereka hari ini.Jasson.] Begitu bunyi pesan pertamanya.
Kulihat waktu chat itu masuk, kita-kira ini memang saat aku sholat di masjid tadi.
"Ya." Jasson hanya menjawab singkat tanpa embel-embel.
[Kamu di jakarta?] Chat dia selanjutnya, yang masuk selang beberapa detik.
"Iya, kenapa?" tanya Jasson.
Mungkin Alice ini tahu jika Jasson di Jakarta dari story-nya. Aku melanjutkan membaca chat mereka lagi.
[Kita ketemuan, yuk. Sebentar juga nggak apa-apa,] ajak Alice.
"Maaf, aku nggak bisa lagi ketemu, berkali-kali kubilang, kamu pasti bisa dapat yang jauh lebih baik dariku. Jika kita ketemu, itu hanya akan memberlambat proses kamu membuka hati," balas Jasson.
[Jangan berkata seolah aku nggak berusaha. Aku sudah semaksimal mungkin mengusahakan agar melupakanmu. Tapi benar-benar nggak bisa. Ayolah Jasson, sekali lagi kita coba.] Chat ini adalah yang terakhir. Jasson hanya membacanya saja. Mungkin ini saat aku tiba-tiba sudah ada di dekatnya. Dan dia langsung menyimpan ponselnya.
Dia agresif sekali. Aku mulai kesal dengannya. Aku juga wanita, sama sepertinya. Jika lelaki tidak mau dengan kita ya sudah. Wanita punya harga diri, nggak sepantasnya wanita mengemis cinta seperti ini.
Di sisi lain, aku merasa beruntung bisa mendapatkan hatinya Jasson. Benar ucapan satpamnya waktu itu, bahwa banyak wanita yang mengincarnya tetapi dia tidak merespons. Begitu juga ketika tadi dia ke kampusku. Puluhan pasang mata melihat kagum ke arahnya dan itu salah satu yang bisa membuatku bangga mendapatkannya. Apalagi Alice ini. kurang apa dia? Terlebih, mereka sepertinya seagama.
Aku lalu melihat chat lainnya. Ada beberapa temannya dengan isi chat yang standar saja. Lalu ada chat kakaknya yang membahas keluarga. Itu saja, selebihnya chat grup karyawan cafe dan beberapa grup.