Suamiku, dia tidak selingkuh tapi membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi dia membuat aku terluka akan sikap acuhnya. Dia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan segala hal tentang perasaanku dan lebih sibuk dengan ponselnya daripada bersenda gurau denganku. Aku kesepian, namun aku selalu menyemangati diriku sendiri hingga aku bertemu dengan Zavran, teman sekolahku dulu yang pernah menyatakan cinta padaku namun aku tolak karena aku pikir suamiku lah pria terbaik untukku.
Setelah pertemuan tak sengaja, kami mulai berhubungan. Kami saling suport hingga membuat aku tidak menyadari akan perasaan ini. Aku nyaman bersamanya, aku merasa di perhatikan olehnya, aku merasa di hargai dan di sayangi. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari suamiku sendiri.
Lalu bagaimana aku memendam perasaan ini? Apakah aku akan menyerah pada perasaan ini? Ikuti kisahku hanya di sini.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DOSA TERINDAH
Dera tunggu, aku akan ke sana~ Zavran
Dera terlonjak kaget saat membaca pesan dari Zavran.
" Benarkah Zavran mau ke sini? Duh aku kok deg deg an gini yah. Ah paling dua cuma ngeprank aja." Batin Dera.
Masih dengan lamunannya, tiba tiba ponselnya berdenting lagi.
Buka balkon kamarmu! ~ Zavran
" Apa?" Pekik Dera turun dari ranjang. Ia nampak mondar mandir di dalam kamarnya mencoba memikirkan sesuatu.
" Ya Tuhan, bukain nggak ya.. Kalau enggak nanti dia marah, tapi kalau di buka aku takut ketahuan para tetangga. Bodohnya kau Dera... Kenapa kamu malah menyuruhnya ke sini? Haduh bagaimana ini?" Monolog Dera. Jujur ini pertama kalinya ia berbuat nekat seperti ini. Meminta suami orang untuk datang menemuinya. Jantungnya terasa berdetak sangat kencang. Bahkan tubuhnya terasa gemetar.
Ting...
Gak mau bukain nih? Aku pulang ~Zavran
Rupanya cinta sudah membuat Dera gelap mata sampai sampai ia tidak rela Zavran pergi begitu saja.
Oke oke ~ Dera
Dera mengambil nafas dalam dalam lalu menghembuskannya melalui mulut. Ia sedang mencoba mengusir kegugupannya. Yang harus ia lakukan saat ini yaitu membuka pintu, masalah lain urusan belakang.
Ceklek...
Pintu balkon pun terbuka.
"Zavran" Gumam Dera menatap Zavran yang berdiri di depan pintu. Dera mengedarkan pandangan ke kanan, ke kiri bahkan ke bawah, ia takut ada seseorang yang melihat mereka berdua.
Zavran masuk ke dalam lalu segera mengunci pintunya sebelum ada tetangga yang melihatnya. Keduanya saling berhadapan menatap satu sama lain.
" Ya Tuhan, kamu benar benar nekat Vran. Kenapa kamu datang kemari? Bagaimana kalau ada tetangga yang melihat? Bisa bisa kita di grebek nanti." Ucap Dera
" Kan kamu yang minta aku ke sini, ya aku ke sini lah. Sekalian membuktikan cintaku padamu hmm." Sahut Zavran. ia menyentuh dagu Dera membuat jantung Dera hampir copot.
Deg deg deg...
" Ya Tuhan jantungnya rasanya berdebar kencang. Perasaan ini, sama dengan yang pernah aku rasakan terhadap mas Brian. Apakah benar aku jatuh hati kepada Zavran? Tapi bagaimana tidak? Perhatiannya, kasih sayangnya selama ini membuat aku berasa di perhatikan. Membuat aku merasa di hargai dan membuat aku merasa di sayangi." Ujar Dera dalam hatinya.
Ya, bahkan urusan makan, istirahat dan minum obat selalu Zavran ingatkan. Sangat berbeda dengan suaminya sendiri yang acuh tak acuh dan kurang mempedulikan dia.
Keduanya saling menatap satu sama lain. Tiba tiba entah sadar atau tidak, Zavran memajukan wajahnya lalu menempelkan bibirnya ke bibir Dera.
Deg... Deg... Deg...
Lagi lagi jantung Dera berdetak sangat kencang begitupun dengan Zavran. Bibir kenyal ini terasa begitu hangat.
" Bolehkah aku merasakannya?" Tanya Zavran sambil menatap mara Dera.
Bak tersihir melihat mata indah Zavran, Dera menganggukkan kepala. Merasa sudah mendapat persetujuan, Zavran pun memberanikan diri untuk melumat bibir Dera dengan lembut. Dera yang sudah lama tidak mendapat sentuhan, terbuai dengan ciuman yang Zavran berikan.
Tiada dosa yang pernah Dera rasakan seindah ini. Ia nampak bersemangat membalas ciuman Zavran. Keduanya saling membelitkan lidah menikmati indahnya berbagi saliva. Cukup lama bahkan hampir lima menit mereka melakukannya. Sampai tiba tiba sekelebat bayangan Brin melintas di pikiran Dera. Ia langsung melepas ciumannya.
" Kenapa? Apa kamu menyesal hmm?" Tanya Zavran menatapnya sambil mengusap bibir Dera dengan lembut.
" Aku tidak tahu Vran, aku bingung dengan perasaanku. Di sisi lain aku tidak mau mengkhianati mas Brian, tapi di sisi lain lagi aku tidak mau kehilangan kamu. Apa aku begitu serakah Vran? Apa aku jahat sampai sampai aku berbuat seperti ini denganmu tanpa memikirkan suamiku dan istrimu?" Dera menatap Zavran. Memang terlihat kebimbangan di dalam sorot mata Dera. Ia merasa bingung untuk melangkah, ia bagai terombang ambing di tengah Samudera tanpa tujuan.
Zavran tersenyum, " Kamu tidak salah. Bukan kah perasaan ini pemberian dari Tuhan? Hanya saja Tuhan tidak menakdirkan kita untuk bersama. Kau sudah menjadi milik orang lain Ra, begitupun denganku." Ucap Zavran. Tanpa Dera mengatakan, Zavran sudah bisa menilai jika Dera jatuh cinta padanya.
" Berapa persen perbandingan aku dan istrimu di dalam hatimu?" Tanya Dera memastikan apakah ia sama berartinya dengan istrinya Zavran
" Lima puluh lima banding empat puluh lima. Kau hampir memiliki separuh dari hati ini Ra. Maafkan aku jika aku tidak bisa memberikan seluruh hatiku padamu. Aku memiliki istri, aku memiliki kewajiban untuk tetap mencintainya. Begitu pun denganmu. Bagaimanapun kamu pasti lebih mencintai suamimu daripada aku." Ujar Zavran.
" Seorang wanita jika dia memiliki laki laki kedua di dalam hidupnya, maka laki laki itu sebagai pemenang hatinya, bukan suaminya lagi. Tapi kalau seorang pria, dia tetap akan memilih istrinya. Aku takut pada akhirnya aku yang akan terluka Vran karena memiliki perasaan ini padamu." Ucap Dera.
" Aku juga bingung dengan perasaanku sendiri Ra. Aku punya istri tapi aku tidak bisa melupakan perasaanku untukmu. Aku juga tidak bisa menjanjikan apapun padamu. Maafkan aku! Jika cintaku membuatmu merasa tidak nyaman apalagi tersakiti seperti ini." Ujar Zavran menyatukan kening mereka.
" Aku bisa mengerti Vran, aku sadar akan posisiku. Aku tidak akan menuntut apapun padamu." Ucap Dera.
" Kalau begitu, mari kita jalani hubungan ini. Meskipun hubungan ini tidak punya nama, tapi aku akan berusaha untuk membuatmu bahagia. Apa kau bahagia dengan hubungan ini?" Tanya Zavran menatap Dera.
" Aku tidak tahu, yang aku rasakan, aku merasa senang meskipun hanya berbalas pesan denganmu. Aku merasa tidak kesepian lagi Vran. Kau berhasil mengisi kekosongan hatiku yang terasa hampa. Aku seperti menemukan tujuan hidupku kembali." Sahut Dera.
" Aku bahagia Ra, aku sangat bahagia pada akhirnya perasaanku padamu terbalaskan. Aku mencintaimu." Ucap Zavran mencium kening Dera.
Dera hanya bisa diam, ia tidak tahu apakah yang ia lakukan ini salah atau sudah benar. Mempunyai suami cuek benar benar membuatnya kekurangan kasih sayang. Di saat ia butuh seseorang untuk menghilangkan kesepiannya, Zavran hadir untuk mengisi kekosongan dalam hatinya dan mengusir rasa sepi itu dengan menggantikannya dengan perasaan nyaman. Bukankah yang di butuhkan dalam cinta adalah sebuah kenyamanan? Dan itu Dera dapatkan dari Zavran bukan dari suaminya.
Takdir Tuhan sungguh aneh, jika ini dosa maka inilah dosa terindah yang pernah Dera dan Zavran lakukan. Keduanya saling mencintai, namun mereka tidak bisa memiliki. Mereka berdua hanya bisa saling mengungkapkan perasaan dengan cara bersembunyi sembunyi seperti ini. Andai saja waktu bisa di putar kembali, Dera tidak akan pernah menolak cinta Zavran. Cinta yang kini membuatnya bahagia dan merasa selalu ada yang menemaninya hingga ia melupakan rasa sepi yang telah mendera dalam hatinya selama satu tahun ini.
" Aku... Aku... " Dera tidak bisa berkata apa apa.
" Aku tahu, kau tidak perlu mengungkapkannya padaku. Kau juga mencintaiku." Ucap Zavran.
Dera tersenyum, tanpa ragu ia memeluk Zavran dengan erat seolah tidak mau kehilangannya. Pelukan Zavran begitu membuatnya merasa nyaman dan hangat. Begitu pun dengan Zavran. Yang ia rasakan saat ini yaitu sebuah kenyamanan. Entah mengapa bersama dengan Dera membuatnya merasa tenang, damai dan hangat. Berbeda sekali saat ia bersama dengan istrinya di rumah.
Tidak jauh berbeda dengan sikap Brian. Sikap Yulia, istrinya Zavran juga sama cueknya. Dia wanita yang dingin dan kurang bersosialisasi. Bahkan ia tidak mampu menjalin hubungan baik dengan mertuanya. Selain sikapnya yang dingin, ia juga wanita pemalas yang tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah seperti wanita yang sudah menikah pada umumnya. Bangun tidur, ia hanya bisa makan dan bermain ponsel sampai seharian. Hal ini membuat Zavran merasa jengah. Bayangan bayangan sikap Dera selama ini, membuat Zavran membanding bandingkan antara istrinya dan Dera. Sifat mereka berdua sangat bertolak belakang.
Mengingat istrinya, Zavran jadi ingat sesuatu.
" Aku pulang dulu ya. Takutnya istriku nyariin soalnya dia tahunya aku sedang merokok di balkon." Ucap Zavran.
" Apa harus sekarang?" Entah mengapa rasanya Dera tidak rela jika Zavran pergi begitu saja.
" Lain kali kalau ada kesempatan, aku pasti akan menemuimu lagi. Untuk kali ini, sampai di sini dulu. Kita harus berjalan dengan hati hati supaya hubungan ini bisa langgeng. Apa kamu mengerti?"
Dera menganggukkan kepala. " Ya aku mengerti. Kamu hati hati." Ucap Dera menjauh dari Zavran.
" Langsung tidur ya, jangan begadang terlalu malam. Tidak baik untuk kesehatan. Kalau masih sering pusing, minum vitamin." Lagi lagi Zavran memberikan perhatian yang selalu membuat Dera semakin nyaman.
" Iya." Sahut Dera.
Cup...
Zavran mencium kening Dera, " Selamat malam." Ucap Zavran.
" Malam, kamu hati hati ya. Jangan sampai ketahuan orang." Ujar Dera.
Zavran mengacungkan jempolnya. " Ship."
Zavran keluar dari kamar Dera, ia kembali melewati beberapa balkon tetangga tetangga sebelahnya. Seperti tupai yang lihai, dengan cepat Zavran langsung sampai di balkon kamarnya
Dera menutup pintunya, ia bersandar di balik pintu. Ada perasaan bersalah di dalam hatinya untuk Brian. Brian sedang berjuang jauh di sana demi masa depan mereka, namun dirinya malah berbuat dosa dengan laki laki lain.
" Maafkan aku mas, aku telah mengkhianati cintamu. Hatiku tak kuasa menolak perasaan ini. Perasaan yang telah di bangun oleh Zavran di dalam hatiku. Dan perasaan ini terasa lebih indah dari perasaanku padamu. Jika mencintai Zavran adalah dosa, maka inilah dosa terindah yang sengaja aku lakukan. Maafkan aku ya Tuhan! Aku ingin bahagia." Dera kembali ke ranjangnya.
Tidak mau berpikir lebih jauh lagi, ia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur.
*
Zavran segera masuk ke kamarnya membuka dengan hati hati, setelah masuk ia pun menutup pintunya dengan pelan agar tidak ketahuan sang istri yang mungkin belum tidur. Saat ia berbalik badan, ia berjingkrak kaget mendapati dang istri yang berdiri di depannya.
" Darimana mas?" Tanya Yulia.
" Da.. Dari merokok. Kan tadi aku udah bilang mau merokok di balkon." Sahut Zavran sedikit gagu.
" Apa iya? Sepertinya tadi waktu aku ke kamar mandi, enggak ada kamu tuh di balkon. Emang kamu pergi kemana?" Selidik Yulia.
Ya Tuhan istri satu ini sudah seperti detektif saja. Ingin sekali Zavran menjahit bibirnya agar tidak banyak bertanya, pikir Zavran.
" Masa iya? Aku daritadi duduk di pojokan tuh. Kamunya aja yang nggak liat kali. Udah ah aku ngantuk, mau tidur." Kilah Zavran melewati Yulia begitu saja.
" Mas kenapa bajumu bau parfum minyak wangi?"
Deg...
Jantung Zavran berdetak kencang, benar. Baju Zavran bau parfum yang entah berasal dari minyak wangi atau handbody yang di pakai oleh Dera. Entah memakai parfum apa si Dera hingga baunya seharum ini. Begitu menangkan pikiran Zavran.
" Mas parfum siapa ini? Baunya seperti parfum perempuan. Kamu habis pelukan sama siapa? Kamu bohongin aku ya." Desak Yulia.
" Sembarangan! Ini... "
Bisakah Zavran membodohi Yulia? Atau justru hubungan yang baru di mulai ini akan terbongkar?
TBC....