Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa yang Telepon Miranda?
Di ruang tamu, ponsel Miranda berdering, ketika melihat layar ponselnya, wajah Miranda berubah.
Dari pintu dapur, Ranti terus memperhatikan pergerakan Miranda. Saat itu Miranda tengah berbicara dengan seseorang di ponselnya. Hanya sebentar saja, mungkin sekitar 10 detik, dan efeknya begitu hebat. Dengan raut wajah kesal, Miranda mematikan ponselnya lalu berdiri dari duduknya.
“Ada apa, Nyonya Miranda?” tanya Alya dengan polosnya.
Miranda berusaha menahan emosinya, kemudian menjawab dengan gigi terkatup erat, “Saya harus pergi sekarang.”
Kemudian, Miranda mengambil kembali bingkisan yang tadi katanya untuk Alya, dan tanpa berkata lagi dia langsung beranjak pergi. Namun, sebelum itu dia sempat melayangkan tatapan marahnya kepada Ranti yang ketika itu sudah berjalan keluar dari dapur.
Hanya dalam waktu tiga menit setelah Ranti meminta bantuan Arion, seorang Miranda benar-benar pergi dari rumahnya. Napas Ranti terasa plong sekali, setidaknya untuk saat ini, ibunya bisa dia selamatkan dari Miranda.
Alya yang tampak bingung dengan sikap Miranda tadi, tidak serta merta bertanya pada putrinya. Dia beranjak dari duduknya untuk menyusul keluar, dan mendapati Miranda yang telah pergi melaju dengan mobilnya.
“Yah, Ran, bingkisan Ibu kok di ambil lagi, ya?” tanya Alya lemas.
Di sebelah Alya, Ranti hanya bisa menggeleng pelan. Ibunya itu malah memikirkan bingkisan, tidak menyadari bahaya yang baru saja mengintainya.
Namun, Ranti tidak akan menceritakan apa pun pada ibunya. Hubungannya dengan Arion hanyalah sandiwara saja, untuk itu dia akan bersabar hingga sandiwara itu selesai tanpa Alya tahu.
“Eh, Ran, apa benar kata Nyonya Miranda tadi?” Alya teringat pada ucapan Miranda beberapa menit yang lalu.
“Soal apa, Bu?” tanya Ranti.
“Itu, katanya kamu lagi dekat sama Tuan Arion, memangnya benar, ya?” Wajah berbinar Alya tercetak jelas sekali di pantulan mata Ranti.
Ranti pun menjadi bingung untuk menjelaskan. Namun, di tengah kebingungannya itu tiba-tiba terdengar suara klakson mobil lagi.
“Astaga, itu taksi aku udah nungguin dari tadi, Bu. Aku pergi dulu, ya!” Bergegas Ranti berlari keluar sampai lupa mengecup pipi sang ibu.
Melihat putrinya tampak salah tingkah seperti itu, Alya tersenyum senang. “Suamiku, sepertinya jalan yang kamu buat sudah mulai terbuka,” bisiknya.
---
Di Hotel Phoenix..
Karena datang terlambat, hari itu Ranti terpaksa tidak mengikuti briefing hariannya. Saat tiba di ruang kerjanya, dia langsung menanyakan jobdesk hari ini dan juga hasil briefing tadi kepada asistennya. Beruntung ketika sadar bahwa dirinya akan terlambat tiba di kantornya tadi, Ranti sempat berpikir cepat dengan meminta Nina untuk menggantikan dirinya hadir dalam briefing tersebut.
Namun, ada yang aneh dengan raut muka Nina setelah Ranti perhatikan. “Kamu kenapa?” tanyanya.
Nina, Ibu satu anak itu lantas duduk di depan meja kerja Ranti dan mulai berkeluh kesah, “Mbak, Ran. Lain kali jangan minta aku deh yang gantiin Mbak briefing,” ujarnya dengan bibir maju tiga centimeter.
“Lho, kenapa memangnya? Bukannya kita ini satu tim, tugasku adalah tugas kalian juga, kan?” kata Ranti dengan kedua alis yang saling mengernyit.
“Ya, iya memang begitu. Tapi masalahnya tadi itu aku nggak lihat Tuan Arion di sana, Mbak!” sahut Nina, kedua tangannya bergerak-gerak di atas tumpukan berkas tanpa tujuan.
“Jadi cuma karena itu? Ya ampun, Nin…” Ranti geleng-geleng kepala tak mengerti pada sikap Nina.
“Lha, cuma itu gimana, Mbak? Mbak Ranti sih enak udah sering ngelihat Tuan Arion langsung, tiap hari lagi. lha pas aku udah punya kesempatan, Tuan Arion malah nggak hadir, ck!” Bibir Nina manyun lagi, kali itu keluhannya mendapat tertawaan dari Prilly dan Maya. Nina melengos menatap keduanya.
“Mbak, Nin, jangan-jangan tadi itu Tuan Arion lagi sama Mbak Ranti di luar kantor. Kan Mbak Ranti juga nggak ada pas briefing.” Maya berseloroh, dan diangguki oleh Prilly.
“Hah? Iya juga, ya!” Nina berpaling ke arah Ranti lagi. “Memang iya, Mbak?” lanjutnya penasaran.
“Ih, kalian itu jangan bikin gossip nggak jelas begitu, ya! Nggak ada aku pergi sama Tuan Arion, aku ada di rumah tadi, terlambat karena ada tamu!” jawab Ranti tegas.
“Apa tamunya itu Tuan Arion, Mbak?” tanya prilly dari tempat duduknya. Nina ikut terkejut dengan pertanyaan itu, dan langsung menatap Ranti menunggu jawaban dengan tak sabar.
Ranti menatap satu per satu dari timnya tersebut, kemudian dia menghela napas panjang. “Kenapa semua orang jadi menghubungkan aku sama Tuan Arion, sih!” ujarnya dalam hati, dan dia jadi kesal sendiri.
“Dengar, kalian semua. Aku nggak akan jawab apa pun pertanyaan kalian kalau itu ada hubungannya tentang Tuan Arion, karena aku dan dia nggak pernah terlibat urusan secara langsung. Titik! Sekarang kalian mending fokus kerja lagi.”
Dengan perkataan tegasnya itu, ketiga asistennya langsung duduk dalam posisi masing-masing dan mulai bekerja dengan serius.
Untuk sejenak Ranti memang tampak biasa saja dan mendominasi. Namun, sebenarnya dia menggigit bibirnya dengan rasa khawatir. Bagaimana jika suatu saat nanti, salah satu dari asistennya itu melihat dirinya sedang bersama dengan Arion? Apakah dia akan dicap sebagai pembohong? Dan mereka akan merasa dibohongi olehnya?
Hufth…
Tiba-tiba dia jadi memikirkan Arion. “Apa iya tadi Tuan Arion nggak ikut briefing? Apa karena permintaanku tadi, ya? Apa mungkin dia yang nelepon Nyonya Miranda terus ngajak ketemu Ibunya itu makanya Nyonya Miranda buru-buru pergi?”
“Ah, sial! Bisa-bisa abis ini dia bakal minta ganti rugi lagi, deh!”
Di saat itu ponsel Ranti berdenting. Ada sebuah pesan singkat dari sang ibu.
“Ran, ukuran baju kamu mana? Kirim sekarang, ya. Jeng Gadis sudah nanyain itu.”
“Astaga!”
kenapa si harus di permainkan, Arion kenapa kamu gak jujur?
sekarang semua kesalah pahaman membuat pertemanan bubar
berlanjut
lalu siapa yg tidur dgn Ranti ?
nggak kebayang gimna sakitnya ranti
smg pelaku utama nya ditemukan
ditannya malah balik nanya
/Proud//Proud//Proud/